Indonesia Vs Guinea, Palagan Sengit di Kedua Sisi Lapangan
Indonesia dan Guinea akan sajikan pertarungan dari pemain sayap untuk merebut tiket pamungkas ke Olimpiade Paris.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Pemain-pemain sayap tim Indonesia U-23 bakal menentukan hasil akhir pada laga playoff Olimpiade 2024 menghadapi Guinea, Kamis (9/5/2024) pukul 20.00 WIB, di Pusat Latihan Nasional Clairefontaine, Perancis. Peluang besar ”Garuda Muda” menciptakan gol adalah dari para penyerang sayap. Di sisi lain, penyerang dan bek sayap perlu meningkatkan kedisiplinan dalam bertahan agar tak pulang dengan kepala tertunduk dari Perancis.
Dari enam pertandingan di Piala Asia U-23 2024, Indonesia mencetak delapan gol, yang lima di antaranya disumbangkan oleh trisula penyerang, yakni Rafael Struick, Marselino Ferdinan, dan Witan Sulaeman. Rafael dan Marselino mencetak masing-masing dua gol, sedangkan Witan menghasilkan sebuah gol.
Namun, gol-gol yang diciptakan tiga penyerang itu hanya tercipta pada satu laga. Marselino dan Witan menyumbang gol untuk membantai Jordania 4-1 pada laga pamungkas fase grup, sedangkan Rafael menciptakan brace atau dua gol pada duel perempat final kontra Korea Selatan.
Di dua laga perebutan tiket ke Olimpiade 2024 pada babak semifinal dan perebutan tempat ketiga Piala Asia U-23 2024, ketiga penyerang andalan Pelatih Shin Tae-yong gagal menjalankan tugasnya dalam sektor serangan. Pada laga kontra Uzbekistan dan Irak, Marselino hanya menghasilkan masing-masing satu tembakan yang tidak tepat sasaran.
Rafael, yang absen menghadapi Uzbekistan akibat akumulasi kartu kuning, juga gagal menunjukkan tajinya di depan gawang Irak. Ia hanya menciptakan satu tembakan spekulasi yang melayang di atas mistar. Adapun Witan sempat mengawali peluang yang menghadirkan gol Indonesia ke gawang Irak setelah umpannya bisa disundul keluar oleh bek Irak.
Dalam enam gim di Qatar 2024, skema menyerang Shin berjalan amat efektif pada laga melawan Jordania dan Korsel. Ketika menguasai bola, Indonesia memainkan formasi 3-2-5.
Taktik menyerang itu membuat Indonesia mampu menekan bek-bek sayap lawan serta unggul jumlah pemain di lini tengah. Pasalnya, tiga penyerang akan berkeliaran di tengah bersama dua gelandang tengah.
Ketika bola berada di kedua bek sayap, salah satu dari tiga penyerang terdekat juga akan berdekatan dengan bek sayap untuk menghadirkan opsi operan pendek atau umpan silang panjang.
Guinea memiliki pemain-pemain yang bermain di Eropa sehingga mereka bukan tim sembarangan. Itu harus kami antisipasi.
Gol ketiga Indonesia ke gawang Jordania serta gol pembuka di pertandingan melawan Korsel adalah buah keberhasilan rencana permainan itu.
Taktik itu membantu pemain-pemain Indonesia tidak hanya leluasa memainkan bola di sepertiga akhir pertahanan lawan, tetapi juga memperbesar kans memenangi second ball atau bola liar dari sapuan atau benturan bek lawan.
Namun, cara menyerang itu bisa diantisipasi dengan baik oleh Uzbekistan dan Irak. Mereka meredam sejak dini aliran bola dari lini belakang dan tengah. Antitesis itu harus bisa dicarikan jalan keluar oleh tim pelatih Indonesia.
Tim Amerika Serikat U-23 menunjukkan cara bermain efektif untuk mengalahkan Guinea. Pada duel yang dimenangi AS 3-0, akhir Maret lalu, di Girona, Spanyol, dua gol awal diciptakan AS melalui penetrasi dari sisi sayap yang diawali umpan panjang dari sepertiga lapangan.
Untuk melawan Guinea, Shin amat berhati-hati. Ia menganalisis permainan tim berjuluk ”Gajah Nasional” itu melalui rekaman pertandingan sejak akhir pekan lalu.
”Mereka adalah tim yang sangat baik dan kuat. Guinea memiliki pemain-pemain yang bermain di Eropa sehingga mereka bukan tim sembarangan. Itu harus kami antisipasi,” kata Shin dalam keterangan kepada media, Rabu (8/5/2024) malam.
Antisipasi pertahanan
Meskipun menyajikan performa apik dalam menyerang, pemain-pemain sayap Indonesia kerap kedodoran menghadapi gempuran lawan dari sisi sayap.
Uzbekistan dan Korsel memanfaatkan lengahnya permainan dari kedua sisi sayap untuk mencetak gol pertama di laga kontra Indonesia.
Bahkan, dalam beberapa situasi, pressing pemain Indonesia tidak terlalu ketat ketika lawan menginisiasi serangan dari sisi sayap. Terkadang pula Indonesia kalah jumlah pada proses awal lawan membangun serangan dari sisi luar.
Gol pertama Korsel yang menyamakan kedudukan di ujung babak pertama, misalnya, menunjukkan minimnya tekanan kepada bek sayap Korsel yang telah berada di sepertiga tengah lapangan dan masuk zona Indonesia.
Hal itu membuat mereka lebih leluasa untuk melakukan kolaborasi dengan pemain sayap yang berdiri berdekatan dengan bek sayap kiri Indonesia, Pratama Arhan. Pemain di depan Arhan, seperti Rafael Struick dan Nathan Tjoe-A-On, kurang rapat mengawal pemain Korsel.
Hal serupa tercipta pada situasi gol pertama Uzbekistan yang meruntuhkan mental Indonesia.
Pemain Uzbekistan unggul jumlah di sisi kiri pertahanan Indonesia sehingga dapat menyajikan umpan silang memanjakan penyerang di kotak penalti ”Garuda Muda”.
Wahyu Tanoto, legenda timnas Indonesia, mengingatkan, skuad ”Garuda Muda” wajib berusaha memainkan pressing secara konsisten untuk menutup ruang pemain-pemain Guinea. Meskipun relatif buta kekuatan Guinea, kata Wahyu, prinsip bermain untuk meredam tetap sama.
”Melawan tim sekaliber dunia sekalipun, kita harus menjaga lawan man-to-man marking dan mereka tidak boleh didiamkan untuk bisa mengembangkan permainan. Kita wajib mempersempit pergerakan lawan,” kata Wahyu yang membela Indonesia pada dekade 1980-an.
Keleluasaan pemain tengah Guinea menguasai pertandingan sama saja bumerang bagi Indonesia. Guinea memiliki gelandang lulusan Barcelona, Illaix Moriba, yang bisa menyajikan operan-operan terobosan dan umpan panjang diagonal untuk mengelabui garis pertahanan Indonesia.
Di sisi lain, Guinea juga memiliki pemain sayap cepat yang berani melakukan penetrasi dengan skill individu. Hal itu telah ditunjukkan Guinea pada lima pertandingan di Piala Afrika U-23 2023. Mereka dominan menyerang lawan dari kedua sisi lapangan.
Tak ayal, pertarungan adu mujarab serangan sisi sayap dari kedua tim akan mendominasi duel di Clairefontaine. Tim yang secara kolektif mampu lebih baik meredam upaya lawan membongkar pertahanan mereka berpeluang lebih besar meraih tiket ke Paris 2024.