Tumbang dari Guinea, Asa Indonesia U-23 ke Olimpiade Paris Pupus
Meski gagal memenuhi mimpi tampil di Olimpiade Paris, perjuangan tim U-23 Indonesia patut diacungi dua jempol.
CLAIREFONTAINE, KAMIS — Tiga kesempatan tim U-23 Indonesia untuk menembus putaran final Olimpiade Paris 2024 berakhir dengan kegagalan. ”Garuda Muda” kembali menelan kekalahan pada laga penentu menuju Paris. Pada gim playoff Olimpiade 2024, giliran Guinea mengalahkan Indonesia 0-1, Kamis (9/5/2024), di Stadion Pierre Pibarot, Clairfontaine, Perancis.
Kenyataan pahit itu mengulang kisah menyedihkan yang dialami Indonesia pada Februari 1976. Kala itu, Indonesia juga gagal meraih kemenangan akibat kalah adu penalti 4-5 dari Korea Utara pada laga perebutan tiket ke babak utama Olimpiade Montreal 1976.
Tak ayal, penantian Indonesia untuk berlaga di pesta sepak bola terakbar sejagat itu sejak edisi Melbourne 1956 belum berakhir. Mimpi itu akan bertahan lebih dari 70 tahun karena babak kualifikasi Olimpiade Los Angeles 2028 baru akan dimulai pada 2027 atau tiga tahun mendatang.
Di sisi lain, Indonesia gagal mengakhiri nasib buruk wakil Asia di babak playoff Olimpiade. Sebelumnya, pada edisi London 2012, Oman kalah juga dari duta Afrika, Senegal, dalam duel perebutan tiket pamungkas ke babak utama Olimpiade.
Baca juga: Indonesia Vs Guinea, Palagan Sengit di Kedua Sisi Lapangan
Indonesia juga gagal mengukuhkan empat wakil Asia di putaran final Olimpiade. Dengan kegagalan Indonesia, maka catatan terbaik duta Asia di Olimpiade masih tercipta pada edisi London 1948. Sebanyak empat tim mewakili Asia, yaitu China, India, Korea Selatan, dan Afghanistan.
Meski telah gagal mewujudkan mimpi tampil di Olimpiade, tim U-23 Indonesia sejatinya telah mencapai prestasi tertinggi dalam persaingan sepak bola level umur. Belum ada tim U-23 Indonesia sebelumnya yang bisa melaju hingga babak semifinal Piala Asia U-23, bahkan hanya berjarak satu kemenangan lagi dengan babak utama Olimipiade.
Perjalanan di Piala Asia U-23 2024 sekaligus kualifikasi Olimpiade Paris 2024 dapat menjadi bekal pemain-pemain Garuda Muda untuk meningkatkan level permainan mereka bersama tim nasional Indonesia. Pemain-pemain andalan seperti Marselino Ferdinan, Ernando Ari, Ivar Jenner, Pratama Arhan, Rafael Struick, Witan Sulaeman, dan Nathan Tjoe-A-On menjalani laga-laga penting di Piala Asia U-23 2024 hingga tampil di Perancis kontra Guinea.
Teriakan ratusan suporter Indonesia di akhir laga tetap memberikan semangat kepada skuad Garuda Muda. Meski kapasitas tribune suporter terbatas, suara yel-yel dukungan fans Indonesia yang membawa bendera Merah Putih menggema keras selama 90 menit.
”Indonesia tetap semangat,” ungkapan pelipur lara dari sejumlah suporter Indonesia ketika pemain hendak meninggalkan lapangan.
Baca juga: Indonesia Vs Guinea, Ambisi Kembar Akhiri Penantian Panjang Tampil di Olimpiade
Akhir penantian Guinea
Sementara itu, Guinea mampu kembali tampil ke Olimpiade untuk kedua kali. Mereka telah menanti sejak Meksiko 1968 untuk tampil di Olimpiade, turnamen sepak bola dunia di bawah Piala Dunia.
Guinea bergabung dengan Grup A di Paris 2024. Tim berjuluk ”Gajah Nasional" itu akan bersaing dengan tuan rumah Perancis, lalu Amerika Serikat dan Selandia Baru.
Meskipun diliputi kelelahan mental hingga rentetan masalah cedera ringan yang dialami beberapa pemain dari Piala Asia U-23 2024, Garuda Muda bisa memberikan performa maksimal untuk menyulitkan Guinea. Secara skor,Indonesia memang lebih inferior, tetapi anak asuhan Pelatih Shin Tae-yong memberikan performa maksimal.
Mereka mampu mencatatkan 51 persen penguasaan bola dengan 312 operan selama 90 menit laga. Pressing ketat yang dilakukan pemain-pemain Guinea tidak membuat Garuda Muda putus asa membangun serangan dengan operan-operan pendek.
Pemain-pemain Indonesia, seperti Witan dan Kelly Sroyer, tampil ngotot dan berani untuk melakukan duel-duel fisik dengan pemain Guinea. Selain itu, keduanya juga rajin turun hingga ke sepertiga akhir pertahanan Indonesia dalam proses bertahan untuk menutup celah di sisi sayap pertahanan Indonesia.
Baca juga: Tumbang dari Irak, Indonesia Mengetuk Pintu Terakhir ke Olimpiade Paris
Kesalahan kecil
Indonesia pun kemasukan gol akibat kesalahan kecil Witan yang tanpa sengaja menyentuh kaki penyerang Guinea, Algassime Bah, yang tengah berlari untuk menyambut umpan silang dalam proses serangan balik di menit ke-28. Situasi itu membuat wasit asal Perancis, Francois Letexier, tanpa ragu menunjuk titik putih.
Peluang bersih pertama Gajah Nasional itu dimanfaatkan dengan baik oleh gelandang klub Getafe, Ilaix Moriba, melalui eksekusi penalti di menit ke-29. Moriba menendang bola ke arah tengah gawang, sedangkan kiper Indonesia, Ernando Eri, bergerak ke sisi kiri.
Pada menit ke-73, Guinea kembali mendapat penalti setelah bek pengganti, Alfeandra Dewangga, menjatuhkan Bah dalam situasi satu lawan satu. Kondisi itu membuat Shin kesal hingga membuka jaket dan melepas topinya. Ia pun berteriak dan protes keras kepada wasit.
”Wasit. Bola,” ujar Shin sambil menunjukkan gestur tangan membentuk bola setelah menilai Dewangga menyentuh bola, alih-alih menekel kaki Bah.
Itu membuat Shin mendapat dua kartu kuning hanya dalam kurun waktu dua detik. Protes Indonesia membuat laga sempat terhenti sekitar empat menit.
Akan tetapi, eksekusi penalti Bah mengenai tiang gawang Indonesia. Pada laga playoff, Letexier, yang berstatus wasit elite UEFA, tidak mendapat fasilitas asisten wasit video (VAR) akibat keterbatasan sarana di Clairfontaine. Protes keras Shin dan pemain-pemain Indonesia disaksikan langsung oleh Presiden FIFA Gianni Infantino yang menyaksikan laga dengan diapit Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan Presiden Federasi Sepak Bola Guinea Bouba Sampil di tribune.
Guinea sempat mendapat dua peluang emas masing-masing tercipta pada menit 45+5 dan ke-54. Pada masa tambahan waktu babak pertama Bah telah berhadapan satu lawan satu dengan Ernando seusai merebut bola dari penguasaan Nathan. Tetapi, sepakan Bah mampu ditepis dengan kaki oleh Ernando.
Kemudian, pemain pengganti, Alseny Soumah, mendapat kesempatan krusial untuk menambah keunggulan timnya ketika babak kedua baru berjalan sembilan menit. Sepakan Soumah, yang menerima umpan silang Bah, di muka gawang Indonesia masih bisa disapu oleh Nathan di depan garis gawang.
Adapun Indonesia mencatatkan tujuh situasi penguasaan bola di kota penalti Guinea. Tiga peluang sempat tercipta di babak pertama melalui penetrasi di sisi sayap yang diakhiri umpan silang mendatar, tetapi tidak ada yang berbuah tembakan mengarah ke gawang. Sebab, bek-bek Guinea sigap membuang bola sebelum bola bisa dikuasai pemain depan Garuda Muda, terutama Rafael.
Selanjutnya di babak kedua, Marselino mampu menghasilkan dua peluang. Tetapi, sepakan gelandang klub Belgia, Deinze, itu juga bisa diblok pemain belakang Gajah Nasional.