Bali Maritim Tourism Hub Akan Tingkatkan Konektivitas Pariwisata Indonesia Timur
BMTH diharapkan menopang aksesibilitas destinasi wisata di Indonesia timur dan membuka konektivitas kawasan sekitar.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran Bali Maritim Tourism Hub atau BMTH sebagai gerbang penghubung jalur pariwisata domestik dan internasional diharapkan turut merangsang peningkatan aksesibilitas destinasi wisata di Indonesia timur. Dengan begitu, efek domino dari pengoperasian BMTH tidak hanya dirasakan oleh Bali, tetapi juga semua wilayah lain di Tanah Air.
BMTH yang berlokasi di kawasan Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditargetkan rampung dibangun dan mulai beroperasi pada September 2024. Pengembangan dan pengelolaan BMTH nantinya dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) sebagai pengelola Pelabuhan Benoa.
Cetak biru proyek pembangunan BMTH memperlihatkan bahwa kawasan dibangun untuk mengintegrasikan sektor pariwisata, pelabuhan, dan pusat hiburan. BMTH akan mengintegrasikan berbagai fasilitas maritim, seperti terminal kapal pesiar, yacht, dan kapal pengangkut gas alam cair (LNG).
Keberadaan ’hub’ internasional yang mengintegrasikan sektor pariwisata, pelabuhan, dan hiburan di Bali dapat merangsang pertumbuhan sektor-sektor terkait pariwisata dan maritim di wilayah Indonesia lainnya.
Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana, Bali, I Gede Pitana menilai pengoperasian BMTH sebagai hub tempat berlabuhnya kapal pariwisata, baik dari domestik maupun mancanegara, akan membuka konektivitas destinasi wisata di wilayah lain di Indonesia, utamanya di bagian Indonesia Timur.
”Selama ini persoalan industri pariwisata di Indonesia timur adalah soal aksesibilitas. Dengan adanya hub pariwisata internasional di Bali, maka pihak swasta akan terangsang untuk membangun infrastruktur penunjang pariwisata maritim di Indonesia timur karena investor akan follow the market,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Senin (13/5/2024).
Dalam skala kecil, Gede mencontohkan, pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan di wilayah Bali turut berdampak pada kunjungan wisatawan ke area sekitar, seperti pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Barat dan wilayah di ujung timur Pulau Jawa.
Dengan begitu, dalam skala yang lebih besar, keberadaan hub internasional yang mengintegrasikan sektor pariwisata, pelabuhan, dan hiburan di Bali dapat merangsang pertumbuhan sektor-sektor terkait pariwisata dan maritim di wilayah Indonesia lainnya.
”Brand Bali untuk menarik wisatawan dunia sudah sangat kuat. Sejalan dengan beroperasinya BMTH nanti diharapkan akan ada juga program-program dari pemerintah atau swasta yang kuat agar kunjungan wisatawan melalui BMTH dapat berlanjut ke wilayah lain di luar Bali,” katanya.
Sebelumnya, seusai melakukan kunjungan ke lokasi proyek pembangunan BMTH, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut bahwa saat sudah beroperasi nanti, BMTH dapat menggulirkan efek pada peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) Bali sampai dengan 2,7 kali lipat.
Hitung-hitungan tersebut berdasarkan pada potensi peningkatan kunjungan turis asing sebanyak 50 persen serta turis domestik sebanyak 100 persen di Pelabuhan Benoa seiring dengan beroperasinya BMTH.
Di luar itu, lanjut Erick, BMTH akan mengintegrasikan berbagai fasilitas maritim, seperti terminal kapal pesiar, yacht, dan kapal pengangkut gas alam cair (LNG), sehingga aktivitas ekonomi UMKM di sekitar area Pelabuhan Benoa akan ikut terdorong.
”Kawasan ini akan mengintegrasikan sektor pariwisata dan entertainment. Harapannya, event kelas dunia seperti Tomorrow Land dan Summer Sonic bisa dihadirkan di kawasan BMTH sehingga turut mendorong ekonomi lokal,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.
Potensi kunjungan wisatawan kelas atas melalui BMTH tinggi mengingat sepanjang 2023, Pelabuhan Benoa tercatat telah menyandarkan 48 kapal pesiar dengan arus penumpang mencapai 77.000 orang. Salah satu kapal pesiar terbesar yang tahun lalu bersandar di dermaga Benoa adalah Celebrity Solstice yang membawa 2.776 penumpang dan 1.168 awak kapal.
Dengan dukungan dan kerja sama yang apik antara Kementerian BUMN dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Erick meyakini BMTH bisa menjadi ikon pariwisata maritim Indonesia.
Direktur Utama PT Pelindo (Persero) Arif Suhartono menuturkan, pengerjaan proyek BMTH telah menyerap sekitar 1.900 pekerja lokal. Ia memastikan, saat beroperasi nanti, BMTH tetap akan menjadi lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal.
”Progres pembangunan BMTH saat ini sudah mencapai 93 persen. Hal ini menunjukkan komitmen dan kerja keras semua pihak yang terlibat dalam proyek ini, dan sesuai dengan arahan Menteri BUMN akan segera dirampungkan pada September 2024,” katanya.
Selain itu, Pelindo juga telah menyusun rencana pengembangan zona Port Associated Industry (PAI) untuk penataan kapal-kapal tangkap ikan yang beroperasi di area pembangunan BMTH. Saat ini perseroan telah melakukan pemetaan rencana induk BMTH ke dalam empat area, yaitu Benoa existing, area pengembangan I, area pengembangan II, dan area HPL Pelindo nonpelabuhan.
”Ada beberapa alternatif lokasi pemindahan kapal-kapal tangkap ikan tersebut sehingga pengembangan BMTH tidak mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat yang sudah berjalan,” ujar Arif.