Mereka yang Balapan Antre Pijat
Setelah Lebaran, tempat pijat tradisional di kota besar ramai pelanggan. Mereka balapan antre pijat mengusir lelah.
Seusai Lebaran, arus balik mengalir deras ke kota-kota besar untuk menjalani rutinitas penghidupan. Namun, penat terasa menumpuk di tubuh setelah perjalanan panjang dan euforia merayakan hari kemenangan. Nah, sekarang saatnya antre untuk pijat.
Sembari memejamkan mata, Werdiningsih (49) dan Suwarni (71) berbaring di atas kasur yang bersebelahan. Duo ibu dan anak ini tengah menikmati pijatan kesehatan dari dua terapis di Pijat Waras, Jakarta Selatan, Kamis (18/4/2024), siang.
”Semalam kami sekeluarga baru pulang mudik, ya, terus macet danrest area penuh, jadi badan pada sakit dan kaki pegal-pegal. Makanya hari ini langsung ke sini,” ujar Werdiningsih.
Werdiningsih sekeluarga yang berdomisili di Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur, mudik ke Brebes, Jawa Tengah. Jika waktu tempuh pergi sekitar lima jam, waktu tempuh pulang memakan waktu sampai delapan jam. Lelah di badan jadi menumpuk.
Karena itu, Werdiningsih yang masih cuti langsung memesan tempat pijat andalannya pada pagi hari ini. Sudah dua tahun mereka berlangganan di Pijat Waras. ”Saya sengaja pijat di hari kerja karena di sini weekend biasa penuh dan harus masuk daftar tunggu,” ujarnya.
Sesuai kata Werdiningsih, mobil dan motor tamu datang tanpa henti ke Pijat Waras hari itu. Sekitar pukul 14.00, sudah ada lima tamu baru di area resepsionis yang siap masuk untuk mengikuti sesi berikutnya. Beberapa tamu yang datang mendadak harus sabar menunggu sampai sesi pukul 15.30. Syukur-syukur ada tamu yang batal datang. Mereka seperti balapan antre pijat.
Tempat pijat di lokasi lainnya tidak kalah ramai. Di Mal Poin Square, Jakarta Selatan, Rojak dan Ami sudah mengantre lama di salah satu tempat pijat di sana. Namun, pasangan yang baru kembali mudik dari Pemalang, Jawa Tengah, ini tak kunjung mendapat giliran. ”Habis ibu itu, giliran saya, ya?” tanya Rojak kepada seorang terapis, Rabu (17/4/2024). Ternyata belum.
Rojak dan istrinya sejak pagi sudah mencoba datang ke tempat pijat lain di wilayah Bintaro yang tak jauh dari rumahnya di Cirendeu, Tangerang Selatan. Mereka kaget bukan kepalang. Tempat pijat langganan mereka penuh.
Baca juga: Dongeng tentang Kecantikan Indonesia
”Wah, enggak tahu dapat jam berapa kalau di sana tadi. Saya lalu ke sini, eh sama saja, tapi masih lumayanlah, antre hampir dua jam di sini, sudah dekat giliran saya. Kaki pegel banget. Nyetirmobil dan kena macet 16 jam dari Pemalang ke Cirendeu,” ujar Rojak.
Rojak dan Ami tidak seberuntung pengunjung lain, Saripah (54), warga Ciputat, Tangerang Selatan. Badannya yang semula pegal dan tengkuk terasa berat sekarang sudah enakan. Selama 90 menit, tubuhnya dipijat dari badan sampai ujung kaki.
”Ah, enak nih badan habis dipijat,” ujar Saripah setengah berteriak sembari mengayunkan dua tangannya dengan kencang dari atas kepala ke bawah untuk menunjukkan rasa leganya.
Ia lalu menyelipkan uang Rp 100.000 kepada terapis yang melayaninya untuk membayar biaya pijat sebesar Rp 90.000. Sisanya untuk tip. Saripah sangat kecapaian setelah merayakan Lebaran sejak hari pertama. Ia berkunjung ke rumah orangtua dan sanak saudara di berbagai tempat di Jakarta, mulai dari Tangerang hingga Bogor.
”Saya enggak sering pijat, hanya kalau sudah kecapaian kayak sekarang. Maklum emak-emak, sekarang gampang capek, tapi habis dipijat, ya, enakan. Seger lagi,” ujar Saripah.
Kebanyakan makan
Berburu pijat tidak hanya dilakukan mereka yang mudik, tetapi juga orang yang semangat merayakan Lebaran. Seperti Achmad Rizal (50), seorang aparatur sipil negara, yang langsung mampir ke Pijat Waras seusai pulang kantor, Kamis (18/4/2024), sore.
Selain melancarkan peredaran darah, pijat bisa untuk relaksasi, juga untuk melepas stres.
Tubuh bagian belakang Rizal terasa pegal seminggu terakhir. Dia curiga kadar kolesterolnya naik. Soalnya, dia ingat betul lahap menyantap ketupat sayur, semur daging, dan opor ayam selama tiga hari berturut-turut saat Lebaran.
”Saya memang enggak nambah makan, tapi porsi makannya memang banyak waktu itu karena euforia. Beberapa hari kemudian badan mulai terasa enggak enak, padahal paginya masih olahraga. Saya udah enggak tahan sakitnya, makanya ke sini,” kata laki-laki Betawi yang tinggal di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, ini diiringi tawa kecil.
Rizal sebelumnya mencoba joging dan minum jahe buatan sendiri untuk memulihkan tubuh. ”Ini memang harus pijat karena badan bergerak udah enggak enak,” ujarnya.
Manajer Pijat Waras, Eni Susanti, menjelaskan, pasca-Lebaran biasanya adalah momen puncak kunjungan untuk bisnis pijat. Pijat Waras sudah memprediksi hal tersebut sehingga perusahaan telah menginformasikan kepada pelanggan tentang jadwal tutup dan buka kembali dua minggu sebelum Lebaran tiba.
Pijat Waras tutup selama 8-12 April 2024, lalu buka kembali pada 13 April 2024. ”Pelanggan kami sudah tahu, bahkan ada yang sudah daftar duluan untuk nanti,” tutur Eni.
Berdiri sejak tahun 2000, Pijat Waras menawarkan pijat kesehatan, pijat pengobatan, kerik, dan lulur. Pijat pengobatan mencakup penyakit, antara lain, stroke, diabetes, kolesterol, dan saraf terjepit. Untuk satu sesi selama 90 menit, contohnya, tarif ruangan biasa Rp 160.000 dan tarif ruangan VIP Rp 180.000.
Eni menjelaskan, Pijat Waras memiliki 16 terapis yang melayani 60-70 pelanggan setiap hari. Sejak dibuka kembali setelah Lebaran, pelanggan yang datang naik cukup signifikan.
”Jumlahnya bertambah kira-kira jadi 75-80 tamu sehari. Kami sudah prediksi habis mudik akan ramai, jadi kami sudah menginformasikan kepada terapis yang pulang kampung untuk kembali sebelum 13 April, kecuali mereka ada kepentingan mendesak,” kata Eni.
Eni melanjutkan, meskipun zaman semakin modern, pijat tradisional tetap dilirik warga kota. ”Ini bagian dari pengobatan alternatif yang alami. Selain melancarkan peredaran darah, pijat bisa untuk relaksasi, juga untuk melepas stres,” ujarnya.
Animo luar biasa ke tempat pijat turut membuat beberapa tempat pijat harus menolak tamu. Ada empat tempat terapi pijat di Mal Poin Square yang terpaksa melakukan hal tersebut.
”Belum ada orang, Bu, masih pada mudik. Yang di sini saja sudah ngantre atuh,” kata Dani Ahdani, salah satu terapis di Intan Therapy, menolak tamu. Dani dan empat rekannya pada hari itu sudah menolak lebih dari 10 orang.
Warga Jakarta juga menyerbu tempat pijat mewah seperti Taman Sari Royal Heritage & Spa, Jakarta Pusat. Tempat terapi pijat mewah yang berdiri sejak tahun 2000 ini menyediakan layanan terapi seluruh badan untuk perseorangan ataupun pasangan dengan tarif mulai dari Rp 300.000 sampai Rp 3 juta.
Baca juga: Rajin Bergaul, Kolaborasi Ganjarannya
Dian V Soeryomurti, Head of Spa & Wellness yang membawahkan Taman Sari Royal Heritage & Spa di Jakarta dan Yogyakarta, menyampaikan, jumlah pelanggan dari 10-15 orang per hari naik menjadi 15–20 orang pada akhir pekan dan pasca-Lebaran seperti sekarang. Seminggu seusai Lebaran, reservasi mulai berdatangan untuk layanan hari Jumat, Sabtu, dan Minggu pekan ini.
Taman Sari Royal Heritage & Spa mempunyai 20 terapis. Untuk mengatur aliran tamu agar tak menunggu, tempat ini menerapkan wajib reservasi.
”Tapi ada juga yang tiba-tiba datang berombongan, terutama yang ikut tur, bisa 10-15 orang, jadi terpaksa ada yang antre dulu. Tapi, untuk setelah Lebaran, biasanya aman karena wajib reservasi tadi,” tutur Dian, Jumat (19/4/2024).
Pengobatan tradisional
Menurut Pedoman Pijat Tradisional Indonesia 2016 oleh Kementerian Kesehatan, pijat adalah teknik perawatan tubuh dengan cara mengusap, menekan, meremas, menepuk, dan menggetarkan dengan menggunakan tangan, kaki, atau alat bantu tumpul. Tindakan ini memberi efek stimulasi dan relaksasi, melancarkan peredaran darah, mengoptimalkan fungsi organ tubuh, serta memelihara kesehatan.
Proses pijat memberi mereka ruang interaksi dengan orang lain, baik dengan keluarga, tetangga, teman, maupun kenalan.
Pijat merupakan salah satu pengobatan tradisional yang diwariskan turun-temurun. Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-8 menunjukkan penggambaran pijat. Selain itu, pijat di Indonesia banyak mendapat pengaruh dari India, China, dan beberapa negara Eropa.
Secara terpisah, sosiolog dari Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, Budi Rajab, mengatakan, keberadaan tempat-tempat pijat tradisional di kota-kota besar merupakan bentuk nostalgia masyarakat urban pada hal-hal yang berbau tradisional.
”Pijat bisa memberi mereka kesembuhan yang tidak disediakan oleh perawatan medis modern. Selain itu, proses pijat memberi mereka ruang interaksi dengan orang lain, baik dengan keluarga, tetangga, teman, maupun kenalan,” kata Budi.
Jika zaman dulu pijat identik dengan tindakan penyembuhan, makna pijat telah berkembang di kalangan masyarakat urban. ”Bagi warga kota, pijat juga bermanfaat untuk relaksasi di tengah kepenatan,” ujar Budi.
Oh, pantas. Mereka seperti balapan antre pijat setelah Lebaran.