Asia jadi pusat dekarbonisasi baru dengan fokus pada proyek-proyek yang berdampak besar bagi kawasan Asia dan global.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
SINGAPURA, KOMPAS — Pusat Keunggulan Karbon Asia diluncurkan South Pole dan GenZero di Singapura, Rabu (17/4/2024). Pusat ini menjadi platform untuk membuka potensi Asia dalam jalur dekarbonisasi baru dengan fokus pada proyek-proyek yang berdampak besar bagi kawasan Asia ataupun global.
Peluncuran Pusat Keunggulan Karbon Asia (Asia Center of Carbon Excellence/ACCE) dilakukan dalam rangkaian kegiatan Ecosperity Week 2024 di Singapura, 15-17 April 2024. Pelaksaan kegiatan ini bersamaan dengan Konferensi Filantropi Asia atau Philanthropy Asia Summit (PAS) 2024 di Expo Sands & Convention Centre, Marina Bay Sands, Singapura.
CEO Interim South Pole John Davis mengatakan, ACCE merupakan pusat baru bagi para pakar internasional yang berfokus pada pengembangan proyek karbon yang inovatif, kebijakan karbon, dan peningkatan kapasitas. Pusat pendanaan teknis dan karbon yang canggih ini berlokasi di Singapura.
Dengan dukungan Dewan Pembangunan Ekonomi Singapura (Singapore Economic Development Board/EDB), ACCE akan memberikan keahlian yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai tantangan yang kompleks dan mengatalisasi peluang baru untuk aksi iklim di seluruh Asia.
”Asia sudah matang untuk pengembangan proyek baru dan Singapura memiliki peran besar dalam perdagangan internasional kredit karbon berkualitas tinggi berdasarkan Pasal 6 Paris Agreement, yang akan membantu negara dan dunia usaha mencapai tujuan iklim mereka,” katanya.
Fokus utama ACCE yaitu membuka pendekatan mutakhir untuk memenuhi target pengurangan emisi Paris Agreement secepat mungkin. ACCE juga akan membantu Singapura mengembangkan keterampilan profesional untuk sepenuhnya membuka potensi jalur dekarbonisasi baru di Asia.
Tim ACCE akan menjajaki peluang pengembangan proyek karbon dan realisasi pasar dalam rantai nilai di Asia ataupun global lewat kolaborasi dengan perusahaan dan pemerintah regional. Tim akan membantu sektor publik dan swasta mencapai strategi dan tujuan net zero global dengan cara yang hemat biaya, sekaligus mempercepat tindakan menuju masa depan yang hijau dan berkelanjutan.
”Pusat ini (ACCE) akan berperan sebagai pusat kegiatan bagi Singapura dan fokus pada proyek-proyek pertama yang berdampak besar dan sangat berharga bagi kawasan ini,” ujarnya.
Proyek-proyek tersebut mencakup penghentian awal pembangkit listrik tenaga batubara, mendorong pengembangan pelayaran ramah lingkungan, hidrogen ramah lingkungan, dan amonia ramah lingkungan. Selanjutnya, mendorong penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon serta mendukung penerapan instrumen penetapan harga karbon, seperti mekanisme penyesuaian perbatasan karbon Uni Eropa.
”Singapura memiliki reputasi yang kuat dalam peranannya memajukan aksi iklim di luar negaranya. Hal itu menjadikannya tempat yang ideal untuk menjadi tuan rumah Pusat Keunggulan Karbon Asia yang baru,” katanya.
Kolaborasi
Kolaborasi sektor publik-swasta, menurut Davis, menjadi satu-satunya cara untuk mencapai tujuan iklim berdasarkan Paris Agreement. ACCE bisa dikatakan sebagai contoh terbaik dari model kolaborasi itu.
”Pengetahuan teknis dan inovasi yang berani akan menentukan cara kerja tim kami untuk meningkatkan kepemimpinan Asia dalam perdagangan dan mitigasi karbon internasional,” katanya.
South Pole pun telah merancang dan menerapkan solusi pendanaan karbon mutakhir di seluruh Asia, termasuk inisiatif Coal to Clean Credit dengan Rockefeller Foundation. Inisiatif kredit itu berupaya membuka pendanaan karbon untuk mempercepat penghentian dini pembangkit listrik tenaga batubara dan menggantinya dengan energi terbarukan.
Saat ini, Indonesia juga sudah menunjukkan komitmen kuat untuk menurunkan emisi karbon, tinggal diperkuat langkah konkretnya.
Menurut CEO GenZero Frederick Teo, pasar karbon akan memainkan peran penting dalam transisi ramah lingkungan di Asia. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan untuk mengembangkan metodologi kredit karbon baru dan pendekatan inovatif untuk mempercepat dekarbonisasi, terutama yang memiliki relevansi lebih besar di Asia.
”Kami senang bisa bermitra dengan pakar proyek karbon terkemuka, seperti South Pole, untuk mendirikan Asia Centre of Carbon Excellence yang akan memperkuat kemampuan tersebut di Singapura. Keahlian yang dibangun di sini akan mengatalisasi solusi pendanaan karbon baru dan mendorong upaya kawasan ini menuju net zero,” ujarnya.
Wakil Presiden Eksekutif dan anggota Exco Dewan Pembangunan Ekonomi Singapura Lim Wey-Len mengatakan, Singapura sedang membangun ekosistem jasa karbon yang dinamis untuk berkontribusi terhadap aksi iklim global dan mempercepat transisi rendah karbon. Sebagai kawasan yang menyumbang emisi terbesar di dunia, Asia-Pasifik memiliki potensi besar yang belum dimanfaatkan untuk merintis jalur dekarbonisasi yang inovatif.
”Kami menyambut baik kehadiran ACCE yang baru didirikan di Singapura untuk mengembangkan metodologi proyek karbon baru dan menantikan kontribusinya dalam mewujudkan proyek dekarbonisasi berdampak tinggi, seperti penghentian awal pembangkit listrik tenaga batubara dan hidrogen hijau,” katanya.
Manajer Senior Ketahanan Pesisir Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Mariski Nirwan, yang hadir dalam acara PAS 2024 di Singapura, mengatakan, Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia dan memiliki kawasan mangrove terbesar di dunia. Oleh karena itu, potensi dan cadangan karbon Indonesia sangat besar.
YKAN telah melakukan penilaian karbon awal pada 2022 untuk stok karbon di atas dan di bawah tanah serta biomassa tanah atau sedimen. Kajian tersebut memperkirakan luas mangrove di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, misalnya, mencapai 40.020 hektar (ha). Total cadangan karbon di kawasan itu diperkirakan sebesar 66.248.970 ton atau rata-rata 1.655 ton karbon per ha.
”Saat ini, Indonesia juga sudah menunjukkan komitmen kuat untuk menurunkan emisi karbon, tinggal diperkuat langkah konkretnya. Sangat disayangkan kalau kita sampai ketinggalan dalam hal ini karena potensinya sangat besar,” ujarnya.