Pilah Pilih Tabir Surya Penangkal Sengatan Matahari
Tabir surya sudah pasti harus dipakai saat mentari menyengat. Masalahnya, tabir surya apa yang cocok untuk kulit kita?
Akhir-akhir ini, sengatan matahari semakin terasa pedih di kulit. Pada pukul 08.00 atau 09.00 saja sudah terasa seperti sengatan matahari di siang hari. Jika berada di dalam ruangan tanpa penyejuk ruangan (AC), rasanya gerah.
Fenomena itu bukan hanya terjadi di Indonesia. Panas menyengat hingga gelombang panas mendera Asia Tenggara pada akhir April hingga awal Mei 2024. Sekolah di Filipina dan Thailand sampai ditutup gara-gara suhu panas. Pemerintah mau melindungi murid agar tidak kepanasan di antara sekolah dan rumah.
Baca juga: Thailand-Filipina Membara karena Suhu Melebihi 50 Derajat
Di Thailand, banyak orang pingsan bahkan tewas gara-gara gelombang panas. Malaysia, Maladewa, dan Myanmar juga menderita. Sebagian Thailand sampai mencatatkan suhu di atas 50 derajat celsius.
Kemungkinan besar tahun ini akan jadi tahun rekor bencana iklim dan penderitaan manusia.
Hanya dalam lima hari pertama di bulan Mei, 70 negara atau wilayah memecahkan rekor suhu terpanas. Pakar iklim Maximilliano Herrera yang melacak rekor suhu di seluruh dunia menyebutkan, Asia Tenggara mengalami malam terpanas pada minggu ini.
Suhu di sebagian wilayah Thailand tidak turun-turun dari rata-rata 30,9 derajat celsius. Bahkan, pada akhir April lalu, sebagian wilayah Thailand mencapai suhu 44 derajat celsius. Lonjakan pemanasan global selama 11 bulan terakhir ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Tidak heran jika iklim ekstrem memburuk. ”Jika rekor lanjut pemanasan ini berlanjut, kemungkinan besar tahun ini akan jadi tahun rekor bencana iklim dan penderitaan manusia,” kata Dekan Lingkungan Hidup di Universitas Michigan, Amerika Serikat, Jonathan Overpeck.
Baca juga: Bersiaplah Menghadapi Rekor Panas pada 2024
Dunia sudah mencoba beradaptasi dengan suhu panas. Caranya, dengan rancang bangun kota-kota yang mampu menghadapi suhu panas dan curah hujan tinggi.
Namun, ilmuwan iklim di Texas A&M University, Andrew Dessler, mengatakan, perubahan iklim yang terjadi saat ini sudah jauh melampaui kemampuan manusia untuk menanganinya. Perserikatan Bangsa-Bangsa juga sudah memperingatkan, dunia berada di ambang jurang perubahan iklim.
Bentengi diri
Sebelum ikut berjuang melawan pemanasan global, ada baiknya masing-masing membentengi diri dari sengatan matahari terlebih dahulu. Caranya, dengan menggunakan tabir surya.
Cairan pelembab tabir surya—mulai dari bentuk krim, semprotan, hingga batangan—ini bisnis yang ”tidak ada matinya”. Kehadirannya semakin dibutuhkan kala dunia semakin panas. Di Amerika Serikat saja, bisnis tabir surya bernilai 10 miliar dollar AS per tahun.
Jika Anda akan berada di pantai dalam waktu lama, lebih baik pakai formula mineral.
Ada banyak jenama tabir surya dipasarkan. Banyaknya jenama kerap membuat bingung. Belum lagi keragaman bahan atau kandungan di dalamnya. Pilih berbahan kimia atau mineral saja sudah membuat orang pusing.
Baca juga: Bahaya Sinar Ultraviolet dan Pentingnya Tabir Surya
Lalu, bagaimana cara memilih tabir surya yang terbaik? Pertama, ditentukan dulu mau tabir surya berbahan kimia atau mineral?
Majalah Time, Kamis (9/5/2024), yang mengutip para ahli dan dokter kulit, menyatakan, meski bahannya berbeda, fungsi keduanya sama. Tabir surya berguna sebagai pencegah kulit terbakar dan mengalami kerusakan lainnya akibat radiasi ultraviolet (UV) matahari.
Namun, cara kerjanya berbeda. Kepala Dermatologi di Rumah Sakit Glen Clove, New York, AS, Raman Madan menjelaskan, tabir surya yang terbuat dari mineral titanium diosida dan seng oksida menciptakan penghalang fisik di atas kulit yang mampu memantulkan sinar UV.
Sementara tabir surya kimia mengandung bahan aktif yang menyerap sinar UV seperti kerja spons. Bahan-bahan kimia itu termasuk homosalate, oxybenzone, avobenzone, octinoxate, octisalate, dan octocrylene.
Baca juga: Setelah Dua Jam Terpapar Matahari, Tabir Surya yang Mengandung Seng Oksida Bisa Bersifat Toksik
Banyak orang lebih memilih bahan kimia karena dapat meresap lebih baik ke dalam kulit. Sementara formula mineral meninggalkan residu putih berkapur.
Residu itu justru bukti daya tahan produk berbahan mineral. Formula mineral cenderung bisa tahan lebih lama ketimbang kimia.
”Jika Anda akan berada di pantai dalam waktu lama, lebih baik pakai formula mineral. Sebab, tidak perlu khawatir harus sering mengoleskannya lagi,” kata Ketua Departemen Dermatologi Fakultas Kedokteran Universitas Florida, AS, Abel Torres.
Pakai mineral
Orang dengan kulit sensitif dan berjerawat juga lebih baik memakai tabir surya mineral. Alasannya, bahan mineral tidak akan meresap jauh ke dalam kulit. Artinya, hampir tidak mungkin akan menyebabkan alergi. Bagi yang khawatir dengan keamanan produk berbahan kimia, bisa memakai formula mineral saja.
Baca juga: Tetap Cantik Saat Panas Menyengat Kulit
Manda dan Torres mengatakan, ada penelitian terbaru yang menunjukkan bahan-bahan kimia dalam tabir surya masuk ke aliran darah setelah meresap ke dalam kulit. Penelitian lain yang dilakukan pada hewan juga menunjukkan bahan kimia tabir surya seperti oksibenzon mungkin terkait dengan gangguan hormon dan peningkatan risiko kanker tertentu. ”Akan tetapi, masih terlalu dini untuk bisa menentukan apakah penyerapan bahan kimia itu memengaruhi kesehatan,” kata Madan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyatakan, titanium dioksida dan seng oksida secara umum dianggap aman dan efektif. Kelompok Kerja Lingkungan, organisasi nirlaba yang menganalisis keamanan tabir surya di AS, juga pernah meneliti 83 tabir surya berbahan mineral. Semua aman.
Torres mengingatkan, penelitian belum membuktikan formula kimia berbahaya. Mereka hanya mengisyaratkan potensi risiko. Tabir surya dengan kedua bahan itu masih bermanfaat bagi tubuh, yakni mengurangi risiko kanker kulit. ”Apa pun yang dipilih, lebih baik memakai tabir surya daripada keluar tanpa perlindungan,” ujarnya.
Pertimbangan kedua ada pada masalah SPF mana yang terbaik? SPF adalah ukuran sejauh mana tabir surya itu dapat melindungi kulit dari sinar UV.
Semakin tinggi SPF, semakin kuat perlindungannya. FDA merekomendasikan memilih produk dengan SPF minimal 15. Sementara Akademi Dermatologi Amerika menyarankan lebih baik menggunakan SPF 30 atau lebih.
Baca juga: Demi Kulit Wajah nan Sehat
Orang berkulit cerah, kata Madan, mungkin lebih memilih SPF tinggi. Apa pun SPF yang dipilih, tabir surya tetap harus dioleskan kembali setelah beberapa jam di bawah sengatan sinar matahari. Ini terutama jika sedang berenang atau mengeluarkan banyak keringat.
Selain memeriksa tingkat SPF, Yayasan Kanker Kulit AS merekomendasikan untuk memilih tabir surya yang berlabel ”perlindungan spektrum luas”. Ini artinya, tabir surya itu melindungi terhadap sinar UVA dan UVB. Sinar UVA bertanggung jawab atas munculnya kerutan dan penuaan kulit. Adapun sinar UVB menjadi penyebab utama kulit terbakar.
Para ahli juga merekomendasikan untuk menggunakan krim ketimbang tabir surya berbentuk stik dan semprotan. Krim lebih menempel pada kulit sehingga lebih terlindungi. Hal ini didukung hasil penelitian yang menyebutkan produk semprotan tak efektif karena mudah terbawa angin. Dengan semprotan, malah ada risiko menghirup zat-zat berpotensi bahaya.
Akan tetapi, sekali lagi, kata Madan, lebih baik melindungi diri dengan tabir surya apa pun daripada tidak memakai sama sekali. (AP)