Gunung Ruang Masih Awas, Gunung Awu dan Gunung Ibu Naik Siaga
Gempa vulkanik di wilayah Indonesia timur tercatat masih tinggi. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas di zona bahaya.
Oleh
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
·4 menit baca
SIAU TAGULANDANG BIARO, KOMPAS —Aktivitas kegempaan di Gunung Ruang, Sulawesi Utara, masih berada di level tertinggi. Tingkat kegempaan Gunung Ruang yang masih tinggi tidak berpotensi tsunami. Selain itu, status beberapa gunung di wilayah Indonesia timur juga naik menjadi Siaga seperti Gunung Ibu, Halmahera Barat, di Maluku Utara dan Gunung Awu, Sangihe, Sulawesi Utara. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas di dalam zona bahaya. Kenaikan aktivitas dinilai tidak saling berkaitan, tetapi bisa dipicu oleh pergerakan lempeng yang sama.
Berdasarkan data Badan Geologi, hingga Jumat (10/5/2024) pukul 18.00 waktu Indonesia tengah (Wita), status Gunung Ruang masih berada di level IV atau Awas. Pada pengamatan pukul 12.00 hingga 18.00 Wita, sebagian puncak Gunung Ruang masih terlihat, tetapi ada beberapa bagian yang tertutup abu. Abu dari kawah utama juga masih keluar dari kawah, dengan tinggi berkisar 200 meter-400 meter dari puncak.
Petugas di Pos Pemantau Gunung Ruang Badan Geologi, Julius Rampolii, menjelaskan, sejumlah gempa masih terjadi di gunung api tipe kerucut atau stratovolcano tersebut. Alat seismograf mencatat ada satu kali gempa gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 5 milimeter, dengan durasi gempa selama 10 detik. Lalu ada gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 5 milimeter dengan lama gempa selama 16 detik.
Selain itu, pihaknya mencatat adanya gempa tremor terus-menerus sebanyak satu kali dengan amplitudo 2-4 milimeter, dengan amplitudo dominan sebesar 3 milimeter. Terakhir, masih ada gempa embusan dengan amplitude 4 milimeter dan lama gempa 21 detik.
”Masyarakat yang bermukim di jarak 5 kilometer dari gunung agar segera dievakuasi. Warga juga diimbau untuk menggunakan masker, menghindari paparan abu vulkanik,” ucapnya di Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, Jumat.
Aktivitas kegempaan vulkanik dalam ataupun dangkal yang masih terjadi menandakan masih adanya aktivitas batuan atau cairan yang akan menyembul dari kawah. Adanya gempa tremor menandakan masih terdapat pasokan magma di dapur magma Gunung Ruang. Dari pantauan di Desa Laingpatehi yang berada di kaki Gunung Ruang, Jumat, lahar dingin yang membeku membenamkan rumah warga mulai dari ketinggian 1 meter hingga 4 meter.
Selain di Gunung Ruang, aktivitas kegempaan yang tinggi juga terjadi di Pulau Halmahera. Pada Kamis (9/5/2024), Badan Geologi menaikkan status Gunung Ibu, Halmahera Barat, Maluku Utara, dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga). Status ini belum diturunkan hingga Jumat pukul 18.00 Wita.
Pada pengamatan Jumat, Badan Geologi mencatat, ada 112 kali gempa vulkanik dangkal yang terjadi dengan amplitudo 2-16 milimeter, dengan durasi gempa selama 4-15 detik. Lalu ada gempa vulkanik dalam sebanyak 3 kali dengan lama gempa selama 5-6 detik. Selain itu, ada gempa tektonik jauh sebanyak 2 kali dengan amplitudo 2-3 milimeter.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menjelaskan, pada Rabu (8/5/2024) erupsi abu Gunung Ibu mencapai ketinggian 2.000 meter dari atas puncak kawah. Masyarakat dan juga wisatawan diimbau untuk tidak beraktivitas di dalam radius 3 kilometer.
Selain di Gunung Ibu, aktivitas Gunung Awu di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, juga tinggi. Pada Selasa (16/4/2024), status Gunung Awu dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga). Status ini belum diturunkan hingga Jumat. Warga diimbau tidak beraktivitas di dalam radius 5 kilometer.
”Pengamatan kegempaan Gunung Ibu menunjukkan seismisitas yang tinggi. Kegempaan didominasi oleh jenis gempa letusan, gempa embusan, dan gempa vulkanik. Pada saat menjelang terjadinya erupsi, terekam rentetan gempa vulkanik yang cukup intens serta getaran tremor,” ujar Muhammad Wafid.
Lempeng Pasifik
Aktivitas tiga gunung api yang berada di Lempeng Pasifik tersebut dinilai tidak saling berkaitan. Ketua Satuan Tanggap Darurat Gunung Ruang Badan Geologi Kristianto menjelaskan bahwa tiap-tiap gunung api memiliki dapur magmanya sendiri. Untuk itu, kondisi geokimia dan vulkanik yang bisa memicu erupsi berbeda satu dengan yang lainnya.
Budaya mitigasi bencana perlu ditingkatkan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah kepulauan ini.
Ia menjelaskan, gunung-gunung api ini berada di jalur Lempeng Pasifik, tepatnya zona subduksi ganda yang bertemu dari Halmahera di arah timur, dan dari arah Sulawesi Utara di arah barat. Di jalur barat terdapat gunung api aktif, seperti Gunung Awu, Gunung Karangetan, Gunung Ruang, dan Gunung Lokon. Kelima gunung tersebut berada di Provinsi Sulawesi Utara.
Di jalur timur terdapat beberapa gunung, seperti Gunung Gamalama dan Gunung Ibu di Provinsi Maluku Utara. ”Walaupun ada di zona yang sama, gunung ini punya kelakuannya sendiri-sendiri,” ujar Kristianto.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Deddy Arif menjelaskan, aktivitas kegempaan Gunung Ibu memang sudah terlihat naik sejak awal tahun lalu. Letusan Gunung Ibu tercatat terjadi pada tahun 1911, lalu terjadi kembali pada tahun 1998. Sejak tahun 1999 hingga saat ini, Gunung Ibu terus erupsi.
Senada dengan Kristianto, Deddy menjelaskan, aktivitas kegempaan gunung api berbeda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, gunung-gunung api ini berada pada zona tektonik yang sama, yakni Lempeng Pasifik, sehingga gempa di wilayah ini bisa memicu peningkatan gempa di gunung api tersebut. Ia mencontohkan gempa yang terjadi di Pulau Doi, Halmahera Utara, pada pertengahan April lalu yang memicu gempa di Gunung Ruang.
”Kewaspadaan menjadi yang utama. Pengetahuan dan budaya mitigasi bencana penting bagi warga yang tinggal di wilayah kepulauan di Indonesia timur ini,” kata Deddy.