Film ”Vina” Raih 2,1 Juta Penonton, Polisi Minta Publik Bedakan Fiksi dan Fakta
Kasus pembunuhan Vina kembali dibicarakan seusai film tentang kasus itu tayang. Film itu sudah ditonton 2,1 juta orang.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Film Vina: Sebelum 7 Hari yang terinspirasi kasus pembunuhan pelajar bernama Vina di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, telah ditonton 2,1 juta orang dalam lima hari penayangan di bioskop. Kepolisian Daerah Jawa Barat menyatakan, terdapat sejumlah cerita dalam film itu yang tidak ditemukan dalam proses penyidikan sehingga masyarakat diharapkan bisa membedakan fiksi dan fakta.
Kasus pembunuhan Vina bersama kekasihnya yang bernama Muhammad Rizky terjadi di Cirebon pada tahun 2016. Kasus ini kembali dibicarakan oleh warganet setelah film Vina: Sebelum 7 Hari tayang di bioskop.
Berdasarkan informasi di akun Instagram @filmvina, penonton film produksi Dee Company itu dalam lima hari terakhir sudah mencapai 2.121.373 orang.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Jules Abast mengakui, kasus Vina kembali menjadi perhatian setelah film tersebut tayang. Menurut dia, pembuatan film Vina merupakan hak dari sutradara dan rumah produksi.
Akan tetapi, Jules menyatakan, terdapat beberapa hal dalam film itu yang tidak ditemukan dalam penyidikan ataupun fakta persidangan. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan bisa membedakan antara cerita fiksi dan fakta.
”Silakan masyarakat membedakan mana yang film dengan cerita fiksi atau nonfiksi. Dalam film mungkin ada cerita yang sesungguhnya bukan fakta yang ditemukan dalam proses penyidikan ataupun fakta di persidangan,” ucap Jules di Bandung, Selasa (14/5/2024).
Kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Vina terjadi di jembatan layang Kecamatan Talun, Cirebon, pada 27 Agustus 2016. Selain Vina, para pelaku yang merupakan anggota geng motor juga membunuh Muhammad Rizky yang merupakan kekasih Vina. Kasus ini dilaporkan ke Polres Cirebon Kota pada 31 Agustus 2016.
Awalnya, polisi menduga keduanya adalah korban kecelakaan tunggal. Namun, keluarga korban mencium ada upaya rekayasa atas kematian Vina dalam kasus itu.
Dari hasil penyelidikan akhirnya terungkap para pelaku yang terlibat sebanyak 11 orang. Dari 11 pelaku, polisi baru menangkap delapan pelaku pembunuhan dan pemerkosaan Vina.
Tujuh pelaku divonis penjara seumur hidup, sedangkan seorang lainnya dipenjara delapan tahun. Delapan pelaku ini adalah Jaya, Supriyanto, Eka Sandi, Hadi Saputra, Eko Ramadhani, Sudirman, Rivaldi Aditya Wardana, dan Saka Tatal.
Jules memaparkan, polisi masih memburu tiga pelaku pembunuhan Vina dan Rizky yang buron hingga kini. Identitas mereka adalah Dani (28), Andi (31), dan Pegi (30).
”Ketiganya telah ditetapkan dalam daftar pencarian orang (DPO). Kami terus menelusuri keberadaan para pelaku di sekolah, rumah, dan kerabatnya,” ucap Jules.
Dalam film mungkin ada cerita yang sesungguhnya bukan fakta yang ditemukan dalam proses penyidikan ataupun fakta di persidanga.
Dukungan penuh
Produser sekaligus CEO Dee Company Dheeraj Kalwani mengatakan, film ini mendapat dukungan penuh dari keluarga Vina. ”Film ini dibuat atas restu keluarga. Saya sangat berterima kasih atas kepercayaan keluarga Vina kepada Dee Company,” ucapnya dalam rilis tertulis.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jabar Siska Gerfianti berharap pihak berwajib mengungkap pelaku dan menegakkan keadilan. Dia menyebut, kasus pembunuhan yang belum terungkap menjadi situasi yang memilukan dan membingungkan bagi semua pihak terkait.
Siska pun berharap penayangan film tentang Vina dapat dimaknai secara positif, yakni sebagai bentuk sosialisasi untuk waspada terhadap segala bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak.
”Semoga pihak berwenang dapat mengupayakan penyelidikan yang optimal sehingga dapat mengidentifikasi dan menangkap pelaku yang buron,” ucap Siska.
Berdasar data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Jabar sepanjang 2023 mencapai 1.128 kasus. Korbannya mencapai 1.151 orang. Kota Bandung memiliki jumlah kasus tertinggi, yakni 234 kasus.
Sementara itu, pada Januari hingga April 2024, ada 220 kasus kekerasan terhadap perempuan di Jabar. Korbannya tercatat 224 orang. Kasus tertinggi dalam empat bulan terakhir ada di Kabupaten Bekasi dengan 36 kasus.