Kemenangan 4-0 City atas Brighton memperlihatkan bagaimana perbedaan eksekusi ide dari Guardiola dan De Zerbi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
BRIGHTON AND HOVE, JUMAT — Ide Manajer Brighton and Hove AlbionRoberto De Zerbi dan Manajer Manchester City Josep Guardiola sama-sama sangat menarik. Namun, eksekusi kedua tim terpisah bagai bumi dan langit. Dengan para pemain kelas dunia yang dimiliki, City mengungguli semua aspek di lapangan atas tim tuan rumah.
Perbedaan eksekusi itu terlihat dari papan skor di Stadion Amex pada Jumat (26/4/2024) dini hari WIB. Tim asuhan Guardiola menang telak empat gol tanpa balas atas Brighton. Bahkan, saat turun minum, tim tamu sudah unggul tiga gol berkat penampilan dengan intensitas sangat tinggi sejak menit pertama.
”Selalu sangat sulit melawan Brighton. Mereka selalu tampil berani dan tidak pernah menyerah. Dengan kondisi sedang kesulitan karena banyak pemain absen, mereka tetap menampilkan itu. Tetapi, kami mampu menemukan ritme dan momen tepat untuk menghukum mereka. Kredit besar untuk para pemain,” kata Guardiola.
Pahlawan kemenangan City adalah gelandang serang Phil Foden. Pemain andalan tim nasional Inggris itu menginspirasi tiga gol di paruh pertama. Dia memecah blok rendah pertahanan Brighton dalam gol pembuka yang dicetak Kevin De Bruyne. Lalu, Foden menyumbang dua gol beruntun hanya dalam rentang delapan menit.
Pengaruh besar Foden diakui langsung oleh Guardiola. Sang manajer berkata, anak asuhannya itu pantas untuk mendapatkan gelar pemain terbaik Liga Inggris musim ini. Dia sudah jauh berkembang dan lebih tenang dalam pengambilan keputusan di sepertiga akhir. Adapun Foden sudah menyumbang 16 gol dan 7 asis di liga.
Sosok pembeda seperti Foden itu yang tidak dimiliki Brighton. De Zerbi harus memilih skuad tanpa sembilan pemain yang sedang cedera. Salah satunya bek sayap Pervis Estupinan yang digantikan pemain usia 19 tahun, Valentin Barco. Adapun Barco sempat membuat blunder di pertahanan sendiri yang berujung gol ketiga City.
City adalah salah satu tim terbaik di dunia dan mereka bermain sangat baik hari ini.
Guardiola datang dengan ide sangat berani. Dia memainkan blok supertinggi sejak menit awal. Berkali-kali, lima pemain City menekan intens area kotak penalti lawan. Guardiola memanfaatkan ”kenaifan” De Zerbi yang selalu berupaya membangun serangan dari bawah walaupun dengan kondisi skuad terbatas.
De Zerbi sukses dengan ide serupa sekitar setahun lalu saat City berkunjung ke Stadion Amex. Ketika itu, mereka bisa menahan imbang tim juara bertahan itu 1-1 dan lebih berbahaya di depan gawang. Brighton hanya menguasai bola 39,6 persen, tetapi unggul dalam percobaan tembakan 20-13.
Manajer asal Italia itu berharap bisa mengulangi hal serupa dini hari tadi. Namun, De Zerbi mungkin lupa, tidak ada pemain bintang yang bisa menjadi pembeda seperti pada musim lalu. Penyerang sayap Kaoru Mitoma, misalnya, yang absen sejak Februari. Adapun Brighton hanya mampu mencatat tujuh kali tembakan.
”City adalah salah satu tim terbaik di dunia dan mereka bermain sangat baik hari ini. Bermain dari belakang memang berisiko, tetapi terkadang kami bisa mengambil keuntungan dengan cara itu. Hari ini kami kurang beruntung, terutama saat kecolongan dua gol awal,” kata De Zerbi yang sudah tidak menang lima laga beruntun.
Garis tinggi pertahanan City turut berpengaruh membatasi ancaman Pascal Gross dan rekan-rekan. Brighton lima kali terjebak offside dalam situasi transisi. Saat mereka terbebas dari jebakan offside, para pemain di lini serang selalu gagal menemukan sentuhan akhir yang tepat. Momentum mereka pun selalu hilang.
Brighton juga berupaya menekan tinggi. Namun, kiper City, Ederson, selalu bisa menjadi pemain ekstra untuk memecah tekanan. Umpan Ederson bahkan berujung transisi untuk gol keempat yang dicetak Julian Alvarez. ”Itulah mengapa City sangat sulit ditekan,” kata mantan gelandang timnas Inggris, Jamie Redknapp, kepada Sky Sports.
Lima final untuk City
City kembali memperlihat kemewahan skuad di Stadion Amex. Mereka meraih kemenangan telak itu tanpa pencetak gol terbanyak tim, Erling Haaland. Alvarez memimpin lini serang sejak awal, tetapi tidak terlihat perbedaan yang mencolok dari tim tamu. Pertahanan mereka juga tidak diperkuat duet bek utama, John Stones dan Ruben Dias.
Wajar saja jika City kembali difavoritkan untuk mempertahankan gelar juara liga. Saat ini, mereka kembali menduduki peringkat kedua dengan 76 poin dari 33 laga. Hanya tertinggal satu poin dari pemuncak klasemen, Arsenal (77 poin), yang sudah memainkan 34 laga. Jika mampu menyapu bersih lima laga tersisa, City dipastikan juara.
Setelah laga itu, menurut prediksi superkomputer Opta, peluang juara City sudah mencapai 71,1 persen. Kans Liverpool merosot jadi 1,6 persen setelah kekalahan dari Everton. Arsenal (27,3 persen) masih membuntuti City. Meskipun diunggulkan, kata Guardiola, perebutan gelar juara masih panjang.
”Kuncinya saat ini hanyalah memenangi laga. Kami memiliki lima laga tersisa dan ada beberapa yang sulit. Fokus kami selalu laga selanjutnya. Banyak hal masih bisa terjadi. Apa yang terjadi dengan Liverpool bisa saja terjadi pada kami, juga Arsenal. Tidak ada satu pun yang aman. Kami harus memulihkan diri sebaik mungkin,” pungkas Guardiola. (AP/REUTERS)