Saat ”Drone” dan Rudal Iran Menyerang Israel…
Pencegatan atas serangan besar-besaran ”drone” dan rudal Iran ke Israel sesungguhnya merupakan pertempuran luar biasa.
Terlepas dari serangan balik Israel ke Iran, upaya Israel dan koalisi AS menangkal serangan ratusan drone dan rudal Iran akhir pekan lalu sejatinya merupakan operasi militer yang luar biasa.
Betapa tidak. Dari segi jenis dan jumlah senjata saja serangan Iran tersebut merupakan serangan udara yang terbesar dalam dekade ini. Ada sekitar 170-180 drone, 110 rudal balistik, dan sekitar 30 rudal jelajah yang menyerang seluruh wilayah Israel pada dini hari tanggal 14 April 2024 tersebut.
Jumlah drone dan rudal dalam serangan Iran itu dua kali lipat serangan rudal besar-besaran Rusia ke Ukraina. Sebagaimana serangan Rusia pada 10 Oktober 2022, saat Presiden Rusia Vladimir Putin marah besar karena Jembatan Crimea yang ikonik berhasil diputus oleh ledakan truk. Jumlah drone dan rudal yang diluncurkan Rusia saat puncak kemarahan itu ”hanya” 150-an unit.
Tak heran, karena besarnya jumlah drone dan rudal yang diluncurkan Iran, sejumlah analis militer dunia menduga bahwa Iran sebenarnya telah mengerahkan segenap kemampuan militernya di matra udara. Malahan diyakini kemampuan mengerahkan kekuatan serangan sebesar itu tak lagi bisa diulang angkatan bersenjata Iran, paling tidak dalam waktu dekat ini.
Hampir seluruh serangan drone, rudal jelajah, dan sebagian besar rudal balistik Iran diklaim mampu ditangkal Israel dan koalisi AS. Jika saja drone dan rudal-rudal itu tak mampu ditepis sistem pertahanan udara Israel, Amerika Serikat, dan koalisinya, bisa dipastikan daratan wilayah dan manusianya bakal mengalami kehancuran tak terperikan karena besarnya kekuatan ledakan yang terjadi.
Dampak kehancuran akibat ledakan sebuah rudal balistik dengan hulu ledak di atas 500 kilogram bisa dilihat dalam perang Rusia-Ukraina. Kawah ledakan pada bidang tanah datar bisa mencapai kedalaman belasan meter dan lebar puluhan meter.
Ini disebabkan energi ledakan disertai energi kinetik sangat besar karena hulu ledak sebuah rudal balistik kelas medium range (1.000 sampai dengan 3.000 km) bisa menghunjam sasaran dengan kecepatan hipersonik, lebih dari tiga kali kecepatan suara (The Center for Arms Control and Nonproliferation).
Merujuk laporan kantor berita BBC, Minggu (14/4/2024), ada empat rudal balistik Iran yang berhasil mengenai pangkalan udara militer Nevatim di gurun Negev, Israel selatan. Pangkalan militer ini menjadi home base jet tempur Stealth F-35I Adir Israel, yang menjadi pelaku serangan ke konsulat Iran di Syria.
Dilaporkan, kerusakan terjadi pada bagian ujung landasan dan dua hanggar pesawat. Satu rudal lainnya menyasar situs radar di Israel utara, tetapi luput mengenainya. Informasi agak berbeda justru dilaporkan laman Times of Israel yang menyatakan satu pesawat angkut C-130 juga terkena serangan rudal.
Yang unik, dampak serangan rudal balistik tersebut tidak sejalan dengan besarnya daya hancur rudal balistik yang dipakai Iran. Hanya terlihat kawah berdiameter relatif kecil yang tak menggambarkan dampak hantaman sebuah hulu ledak rudal balistik. Entah pihak mana yang melakukan disinformasi.
”Prestasi” militer Iran
Meskipun hampir seluruh serangan drone, rudal jelajah, dan rudal balistik Iran mampu ditangkal Israel dan koalisi AS, serangan itu tetap dianggap sebuah keberhasilan karena pesan yang ingin disampaikan adalah keberanian Iran menyerang Israel besar-besaran.
Secara geopolitik, tidak ada negara di Timur Tengah yang mampu dan berani menyerang Israel sebesar serangan Iran pada 14 April 2024 lalu. Keberanian Iran menyerang secara besar-besaran juga membuktikan daya jangkau, serta keandalan dan akurasi drone dan rudal Iran kini memasuki fase yang membahayakan Israel.
Betapa pun serangan itu dianggap memuaskan oleh Iran, juru bicara militer Israel atau Israel Defence Force (IDF), Laksamana Muda Daniel Hagari, menyatakan 99 persen rudal dan drone Iran berhasil dicegat sebelum memasuki teritorial udara Israel. Diklaim bahwa tak ada drone dan rudal jelajah yang berhasil mencapai Iran, hanya beberapa rudal balistik yang mencapai sasaran.
Meski demikian, kesaksian koresponden BBC di Jerusalem dan rekaman video di media sosial menunjukkan bukti berbeda. Puluhan drone dan rudal Iran telah mencapai langit Israel pada dini hari itu. Sistem Iron Dome terlihat beroperasi sangat sibuk berseliweran ibarat kembang api dan terlihat jelas di atas kawasan Masjid Al-Aqsa (Dome of The Rock) Jerusalem.
Merujuk rilis kantor berita Iran, IRNA (15/4/2024), drone yang dipergunakan adalah jenis Shahed-131/Shahed-136 berbobot 200 kg. Sementara rudal balistik yang dipakai adalah Kheibar Shekan berbobot 4,5 ton dan rudal Emad berbobot 17,5 ton. Sementara itu, jenis rudal jelajah yang dipergunakan adalah jenis Paveh dengan bobot total tidak diketahui.
Dari laporan laman X IDF, serangan Iran sampai di Israel mulai sekitar pukul 03.18 waktu setempat dan baru dinyatakan ”aman” pukul 11.54 waktu setempat ditandai kembalinya pesawat tempur F-35I Adir dari patroli udara. Secara keseluruhan serangan Iran datang bergelombang selama sekitar lima jam.
Meski serangan udara besar-besaran Iran tidak menimbulkan korban jiwa, ada satu korban seorang gadis suku Bedouin bernama Amina al-Hassouni berusia tujuh tahun di kota Arad Israel selatan. Gadis kecil itu terkena pecahan (shrapnel) puing rudal Iran yang jatuh dan menembus atap rumahnya.
Beredar pula foto tiga selongsong besar bekas badan roket rudal balistik atau jelajah yang masih dalam kondisi utuh. Selongsong rudal itu sungguh besar, berdiameter sekitar 1,25 meter dan panjang sekitar 15 meter. Video terbaru laman FOX, Selasa (16/4/2024), menunjukkan, juru bicara IDF, Daniel Hagari, di samping selongsong sebuah rudal balistik yang diklaim membawa 500 kg hulu ledak itu.
”Drone” dan rudal Iran
Drone Shahed-136 yang berkecepatan 185 kpj diperkirakan butuh sekitar 9 jam perjalanan untuk mencapai Israel dari Iran yang berjarak sekitar 1.700 km. Sementara rudal jelajah Paveh yang berkecepatan 600 kpj membutuhkan dua jam perjalanan ke Israel.
Drone itu dikenal merupakan drone kamikaze yang efektif memberi dampak psikologis karena membawa hulu ledak sebesar 30-50 kg. Jika ratusan drone Shahed 131 dan 136 itu mampu mencapai sasaran, bisa dipastikan infrastruktur dan bangunan di kota-kota Israel bakal hancur seperti di Ukraina.
Sementara rudal balistik Kheibar Shekan dan Emad-1 yang berkecepatan 5000 kpj (Mach 4) hanya butuh sekitar 12 menit perjalanan ke Iran. Meski demikian, sejumlah rudal diluncurkan dari pangkalan militer milisi terafiliasi Iran, seperti pejuang Houthi di Yaman, milisi di Suriah, dan pasukan Hezbollah di Lebanon dengan jarak tempuh berbeda.
Rudal Kheibar Shekan termasuk salah satu yang paling modern dalam arsenal rudal Iran dan tergolong rudal balistik jarak menengah atau MRBM(medium range ballistic missile). Kheibar berbahan bakar padat dan mampu mencapai jarak 1.450 km.
Adapun rudal balistik Emad (Emad-1) adalah MRBM berbahan bakar cair, berkemampuan MaRV (maneuverable re-entry vehicle), dan mempunyai jangkauan 1.700 km. Emad-1 merupakan pengembangan dari rudal Shahab-3 dan merupakan rudal balistik pertama Iran yang memiliki kemampuan MaRV untuk meningkatkan akurasinya (missilethreat.csis.org).
Emad-1 memiliki hulu ledak sebesar 500-750 kg dan memiliki keistimewaan sistem kendali lebih canggih, yaitu saat pembawa hulu ledak memasuki atmosfer mampu bermanuver dari lintasan ketinggian.
Bukti dari video yang beredar di media menunjukkan, lintasan nyaris tegak lurus dari rudal-rudal balistik ini lolos dari sergapan sistem pertahanan udara Israel, kemudian menghunjam bak kilat ke daratan, yaitu pangkalan udara Nevatim Israel. Ini merupakan bukti Emad-1 battle proven.
Iran juga meluncurkan rudal jelajah Paveh yang merupakan rudal jelajah permukaan-ke-permukaan dan berkemampuan menyerang target dari berbagai arah dan menjelajah dengan mengubah-ubah jalur terbang. Jarak jangkau rudal ini dilaporkan IRNA sejauh 1.650 km, masih di bawah jarak jelajah rudal Tomahawk buatan AS yang mampu menempuh maksimum 2.400 km.
Pengembangan rudal Iran
Selain jenis rudal Emad, Iran juga memiliki dan mengembangkan rudal Ghadr-1 yang juga merupakan rudal balistik jarak menengah (MRBM). Memiliki dimensi fisik yang hampir sama dengan rudal Emad-1, kecuali pada bagian desain ujung rudal, Ghadr-1 berbobot 19 ton.
Baik Emad-1 maupun Ghadr-1 memiliki kemampuan membawa hulu ledak konvensional ataupun nuklir dengan kendaraan pembawa hulu ledak (re entry vehicle/RV). Pada Januari 2021, Iran mengklaim mengenai sasaran sebuah kapal perang sejauh 1.800 km menggunakan rudal Emad-1 saat latihan militer.
Baca juga: Serangan Iran ke Israel, Puncak Perseteruan Negara Adidaya Timur Tengah
Koran Hindustan Times menyitir kantor berita Iran, IRNA, beberapa hari sebelum serangan 14 Aril 2024 menampilkan sembilan nama rudal balistik yang mampu menjangkau Israel. Jangkauan rudal-rudal balistik itu mulai dari 1.500 km hingga 2.000 km dengan keistimewaan masing-masing.
Di antaranya ialah MRBM Sejjil (jangkauan 2.500 km), MRBM Kheibar (2.000 km), MRBM Emad (2.000 km), MRBM Shahab-3 (2.000 km), MRBM Ghadr (1.950 km), MRBM Paveh (1.650 km), MRBM Fattah-2 (1.400 km), Kheibar Shekan (1.450 km), dan MRBM Haj Qasem (1.400 km).
Baca juga: Mungkinkah Serangan Iran Picu Perang Dunia?
Bagaimanapun, masih ada keraguan kalangan pemerhati militer Barat terhadap keandalan rudal-rudal semacam Emad dan Ghadr yang mensyaratkan kemampuan tinggi dalam menghancurkan target-target bergerak seperti kapal induk atau target strategis lainnya.
Keberhasilan Israel dan koalisi AS menangkis serangan rudal Iran sebenarnya mengungkap kemampuan militer dari masing-masing kubu. Secara politik, Iran terselamatkan pamornya melalui kemampuan menyerang Israel secara besar-besaran yang belum pernah dilakukan negara mana pun di Timur Tengah.
Baca juga: Perang ”Drone” dan Kesiapan Indonesia
Di sisi lain, serangan itu membuat kawasan Timur Tengah semakin rentan dari perang besar akibat perang frontal Israel versus Iran yang diyakini akan menyeret sejumlah negara di kawasan untuk ikut berperang. Kini, dunia bersiap menatap gejolak perang lagi setelah Israel bertekad mengambil tindakan pembalasan atas serangan rudal Iran. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Jejak Pengembangan Pesawat Nirawak Iran