Kolektivitas Tim dan Serangan Sayap Jadi Modal Timnas U-23 Korea Selatan
Euforia lolosnya Indonesia membuat publik alpa terhadap kekuatan Korea Selatan yang unggul kualitas pemain.
Laga perempat final Piala Asia U-23 2024 antara Indonesia dan Korea Selatan tentu akan disaksikan jutaan pasang mata publik Tanah Air. Terlepas dari cemerlangnya penampilan ”Garuda Muda” di babak grup, performa ”The Taeguk Warriors” sedang dalam kondisi prima.
Kiper Korea Selatan belum pernah memungut bola dari gawangnya selama tiga pertandingan di babak kualifikasi Piala Asia U-23 2024.
Menariknya, dalam dua pertandingan awal, gawang Korea Selatan dijaga Kim Jeong-hoon. Namun, pada pertandingan terakhir melawan Jepang, Pelatih Hwang Sun-hong memercayakan gawang kepada kiper pelapis, Baek Jong-beom.
Pergantian pemain ini bukan tanpa alasan. Sebab, pada pertandingan terakhir babak grup itu, baik Korea Selatan maupun Jepang sudah dipastikan lolos ke perempat final.
Kedua pelatih pun tampak melakukan percobaan modifikasi taktik permainan anak asuhnya. Perbedaannya, Jepang masih mengandalkan sejumlah posisi kepada pemain yang dijadikan andalan, yang justru tidak dilakukan Korea Selatan.
Keberanian Hwang untuk beradaptasi dalam pertandingan inilah yang perlu diantisipasi Pelatih Indonesia Shin Tae-yong.
Laga ini sekaligus ajang reuni kedua mantan pemain timnas Korea Selatan tersebut yang pernah merumput bersama di era 1990-an. Bahkan, pada 7 Desember 1996, keduanya mengalahkan kesebelasan Indonesia dengan skor 4-2 pada Piala Asia 1996.
Kembali pada kecerdikan Hwang meracik taktik anak asuhnya. Dalam catatan selama fase grup Piala Asia U-23 2024, Hwang menerapkan taktik 4-2-3-1 saat berhadapan dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan membuahkan hasil skor 1-0 dengan satu gol dianulir karena di luar posisi (offside).
Meski dianulir, gol pertama itu terlahir dari ketangkasan pemain sayap mengecoh pemain UEA dan kemampuan penyerang di garis kedua untuk memanfaatkan ruang tembak.
Dengan taktik yang sama, Hwang dan kawan-kawan mampu menorehkan kemenangan 2-0 saat berhadapan dengan China. Dalam pertandingan ini, China tampil habis-habisan setelah kalah pada pertandingan sebelumnya dan membutuhkan kemenangan untuk lolos grup.
Para penyerang China langsung menekan Korea Selatan yang cenderung membangun serangan dari lini belakang. Namun, soliditas lini tengah Korea Selatan yang turun membantu lini pertahanan mampu meredam tekanan serangan China.
Kredit tambahan patut diberikan kepada kiper Korea Selatan, Kim Jeong-hoon, yang tetap tenang dan mampu membendung lima tembakan terarah dari pemain China. Dalam pertandingan ini, Lee Young-jun menunjukkan tajinya sebagai penyerang mematikan Korea Selatan dengan mencetak dua gol yang berkualitas.
Dari dua pertandingan ini, taktik 4-2-3-1 yang diandalkan Hwang memiliki fleksibilitas tinggi ketika membangun serangan ataupun bertahan atau kehilangan bola (off positioning).
Ketika membangun serangan, taktik ini diterapkan dengan posisi yang melebar guna menciptakan ruang gerak pemain yang tidak memegang bola. Skema penguasaan bola antarpemain menjadi kunci strategi Korea Selatan.
Skemanya kurang lebih demikian, dua pemain gelandang bertahan akan naik ke tengah menjadi gelandang yang mengontrol lini tengah. Sementara itu, dua pemain tengah yang memiliki kemampuan menggocek dan operan silang akan melebar ke sisi sayap. Satu pemain tengah sisanya menjadi penyerang di lini kedua guna membantu penyerang tunggal.
Ketika bertahan atau kehilangan bola, dengan sigap para pemain di lini tengah akan turun ke lini belakang, sementara para penyerang menekan pemain lawan.
Dua gelandang bertahan akan membantu lini belakang sehingga keunggulan jumlah pemain tercipta di pertahanan Korea Selatan. Inilah yang membuat para pemain China dan UEA kesulitan mencari ruang tembak ke gawang Kim Jeong-hoon.
Skema ini sebenarnya terbilang mirip dengan taktik timnas Jepang selama babak kualifikasi grup. Maka, ketika keduanya bertemu, kedua pelatih tim menerapkan taktik yang berbeda dari sebelumnya. Di sinilah kepiawaian Hwang terbukti dengan taktik 3-4-3 yang membuat Jepang kesulitan duel di lini tengah.
Baca juga: Prestasi Timnas U-23, Raihan Garuda Muda Bukan Sulap Semalam
Soliditas timnas U-23
Para pemain Korea Selatan juga terbilang cukup matang secara kualitas. Komposisi skuad ini didominasi para pemain yang berlaga di liga domestik (K League Divisi 1 dan 2).
Tercatat, hanya Jeong Sang-bin (penyerang, 21 tahun) yang bermain untuk Minnesota United FC (Liga Amerika Serikat) dan Kim Min-woo (bek kiri, 22 tahun) yang masih menjalin kontrak dengan Fortuna Duesseldorf II (Liga Jerman Divisi IV).
Sebenarnya, tim Korea Selatan memanggil Yang Hyun-jun (Celtic FC, Liga Skotlandia), Kim Ji-soo (Brentford FC, Liga Inggris), dan Bae Jun-ho (Stoke City, Liga Inggris), tapi mereka batal bergabung karena tidak mendapat izin dari klub masing-masing.
Hal ini tentu kurang sebanding dengan susunan pemain timnas Indonesia jika dilihat dari asal klub. Skuad Indonesia memiliki Nathan Tjoe-A-On (SC Heerenveen dari Liga Belanda), Ivar Jenner (Utrecht U21, Liga Belanda Divisi 2), Marselino Ferdinan (KMSK Deinze, Liga Belgia Divisi 2), Justin Hubner (Cerezo Osaka, Liga Jepang), dan Rafael Struick (ADO Den Haag, Liga Belanda Divisi 2).
Meski begitu, kualitas pemain Korea Selatan tidak dapat dipandang sebelah mata. Kolektivitas Korea Selatan berhasil mencatatkan hasil pertandingan yang baik dalam pertandingan selama tahun ini. Dari tujuh pertandingan resmi, Korea Selatan hanya kalah sekali dan menang dalam enam pertandingan lainnya.
Pada Maret 2024, Korea Selatan menjadi juara WAFF U-23 Championship 2024 atau Piala Asia Barat yang setara dengan Piala ASEAN (AFF). Di babak kualifikasi, Korea Selatan mengalahkan Thailand, 1-0.
Kemenangan berikutnya diperoleh atas tuan rumah Arab Saudi dengan skor tipis 1-0. Di babak final, Korea Selatan menang lewat adu penalti setelah imbang dengan Australia 2-2 hingga perpanjangan waktu selesai.
Sebagai persiapan Piala Asia U-23 2024, Hwang mengadu anak asuhnya melalui pertandingan persahabatan dengan Arab Saudi.
Hasil pertandingan berakhir 1-0 untuk kemenangan Arab Saudi. Kekalahan ini tampaknya menjadi pengalaman bagi skuad muda Korea Selatan untuk berbenah dan berhasil diperbaiki saat berlaga di Piala Asia U-23 2024 kali ini.
Baca juga: Nathan Kembali, Tim Indonesia U-23 Kekuatan Penuh Lawan Korsel
Antisipasi serangan sayap Korsel
Strategi penguasaan bola dan pola permainan melebar menjadi skema yang berulang kali diterapkan Korea Selatan pada Piala Asia U-23 2024. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, serangan sayap menjadi andalan tim dalam membangun serangan, dipadukan dengan kemampuan antarpemain dalam mengoper serta mencari ruang kosong.
Dalam tiga pertandingan di fase grup, hampir semua gol yang dicetak Korea Selatan berawal dari serangan sayap, baik melalui umpan silang ke kotak penalti lawan maupun operan pendek antarpemain.
Akurasi operan antarpemain juga cukup besar dengan statistik rata-rata penguasaan bola 58,7 persen dalam tiga pertandingan. Padahal, serangan sayap dan akurasi pemain lawan sering kali menjadi celah bagi lini pertahanan Indonesia.
Meski demikian, skuad ”The Taeguk Warriors” masih memiliki beberapa kelemahan yang dapat dieksploitasi. Lini belakang Korea Selatan masih kerap terlihat panik ketika menguasai bola dan mendapat tekanan dari tim lawan.
Begitu juga dengan serangan balik cepat yang masih sering terlambat diantisipasi di lini tengah dan menciptakan ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan Indonesia nantinya.
Rekor tidak kebobolan dan selalu menang di fase penyisihan grup menjadi catatan ciamik An Jae-joon dan kawan-kawan. Dengan melihat perjalanan skuad muda Korea Selatan dalam setahun ini saja, soliditas dan permainan kolektif tim ini dapat dikatakan sudah terbentuk matang, baik secara teknik maupun mentalitas. Hal ini tentu menjadi catatan yang perlu diantisipasi Indonesia nanti.
Maka, jangan sampai euforia atas lolosnya Indonesia menjadi ”kuda troya” yang menyusupi mentalitas bertanding para pemain di atas lapangan.
Euforia yang memenuhi linimasa media sosial menjadi ekspresi kebanggaan dan kelegaan masyarakat terhadap performa timnas Indonesia yang kesulitan mengukir prestasi di kancah internasional.
Para pemain timnas Indonesia masih perlu menginjak bumi dan berjuang sepenuhnya demi mewujudkan harapan Tanah Air.
(Litbang Kompas)
Baca juga: Indonesia Jumpa Korsel, Keinginan Shin Tae-yong Akhirnya Terwujud