Harga Kebutuhan Pokok di Bandung Meroket, Presiden Terpilih Diharapkan Atasi Masalah Ekonomi
Harga sejumlah barang kebutuhan pokok di Bandung, seperti minyak goreng, gula, dan bawang merah, melonjak signifikan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Harga minyak goreng, gula, dan bawang merah di pasar tradisional Kota Bandung, Jawa Barat, masih tinggi seusai Lebaran. Para pedagang berharap presiden terpilih fokus mengatasi masalah ekonomi, termasuk ketidakstabilan harga barang kebutuhan pokok.
Dari pantauan Kompas pada Selasa (23/4/2024), terjadi kenaikan harga minyak goreng, gula, dan bawang merah di Pasar Kosambi, Bandung. Pasar Kosambi merupakan salah satu pasar yang menjadi acuan pemerintah daerah untuk memantau inflasi yang dipengaruhi harga barang kebutuhan pokok.
Brian Rizal (26), salah seorang pedagang, mengatakan, harga minyak goreng bersubsidi naik dari Rp 14.000 per liter menjadi Rp 17.000 per liter. Sementara itu, harga minyak goreng nonsubsidi naik dari Rp 17.000 per liter menjadi Rp 20.000 per liter.
Selain itu, harga gula dalam kemasan melonjak dari Rp 17.000 per kilogram menjadi Rp 18.500 per kg. Adapun harga gula curah naik dari Rp 15.000 per kg menjadi Rp 18.000 per kg.
Menurut Brian, kenaikan harga minyak goreng dan gula di Pasar Kosambi mulai terjadi sebelum Lebaran. Kondisi ini dikeluhkan para pembeli, terutama mereka yang memiliki usaha kuliner.
”Saya berharap presiden terpilih fokus untuk menstabilkan harga barang kebutuhan pokok. Kasihan para pedagang dan juga konsumen,” kata Brian.
Imas Neni, salah satu pedagang bawang merah di Pasar Kosambi, mengatakan, harga bawang merah sudah mencapai Rp 70.000 per kg. Sebelum terjadi kenaikan, harga normal bawang merah berkisar Rp 40.000 hingga Rp 45.000 per kg.
”Harga bawang merah terus naik karena minimnya pasokan di sentra produksi di wilayah Brebes, Jawa Tengah. Masalah ini terus terjadi berulang kali. Mudah-mudahan presiden terpilih bisa menyediakan program sebagai solusi masalah ini,” ucap Imas.
Diana (37), salah seorang pembeli di Pasar Kosambi, menyebut, kenaikan harga itu membuat pengeluaran keluarganya untuk belanja barang kebutuhan pokok menjadi lebih besar daripada penghasilan bulanan sang suami. Oleh karena itu, Diana harus mengurangi jumlah barang kebutuhan pokok yang dibelinya.
”Kondisi ini sangat menyulitkan saya dan keluarga untuk konsumsi sehari-hari. Saya terpaksa membeli bawang hanya setengah kilogram karena harganya sangat mahal,” ungkap warga Kelurahan Kebon Pisang, Kota Bandung, itu.
Saya berharap presiden terpilih fokus untuk menstabilkan harga barang kebutuhan pokok. Kasihan para pedagang dan juga konsumen.
Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengawasan Kemetrologian Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Meiwan Kartiwa mengatakan, pemicu kenaikan harga sejumlah barang kebutuhan pokok seperti bawang merah karena petani mengalami gagal panen.
”Pemicu petani gagal panen karena faktor kondisi cuaca pada bulan Februari dan Maret. Belum dapat dipastikan kemungkinan pelaksanaan operasi pasar untuk mengatasi masalah kenaikan harga,” ujarnya.