Banjir dan longsor terus mengintai Sulawesi Selatan. Dalam tiga pekan terakhir, tercatat 31 warga meninggal.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Setidaknya tujuh warga tewas tertimbun longsor di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Sementara di Kabupaten Sidrap, satu warga tewas karena hanyut terbawa luapan air sungai. Sepanjang Jumat, enam kabupaten di Sulsel diterjang banjir dan tanah longsor.
Berdasarkan data sementara Pemerintah Provinsi Sulsel, tujuh korban tertimbun longsor ini berada di Desa Buntu Serek, Kecamatan Latimojong. Tujuh korban tewas tersebut meliputi Rumpak (97), Jatima (55), Rima (84), Muhammad Misdar (29), Mawi (57), Sukma (9), dan Kapila (84).
Longsor di Luwu terjadi pada Jumat dini hari. Penyebabnya adalah hujan deras yang berlangsung cukup lama. Wilayah yang longsor berada di kaki Gunung Latimojong.
Pada saat yang sama, banjir bandang juga menerjang sejumlah kecamatan. Hingga Jumat sore, sebagian Luwu lumpuh.
”Ada enam kabupaten yang dilanda banjir dan longsor, yakni Luwu, Enrekang, Sidrap, Wajo, Pinrang, dan Sidrap. Banyak ruas jalan penghubung yang lumpuh dan belum bisa dilalui. Sampai sekarang evakuasi dan pendataan masih terus dilakukan,” kata Amson Padolo, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, Jumat (3/5/2024).
Di Luwu, banjir tak hanya merendam sebagian besar kecamatan, tetapi juga melumpuhkan akses ke Palopo ataupun ke Sidrap. Sementara di Sidrap dan Wajo, banjir merendam rumah warga serta merusak sejumlah fasilitas.
Jalur poros Trans-Sulawesi di wilayah ini hingga Jumat sore lumpuh. Di Wajo, luapan banjir membuat banyak warga menyelamatkan diri di atap rumah sembari menunggu bantuan evakuasi.
Di Sidrap dan Wajo, hujan lebat menyebabkan sejumlah sungai dan Danau Tempe meluap. Sejumlah aliran sungai besar dan kecil masuk ke Danau Tempe, sementara selama bertahun-tahun pendangkalan terjadi di danau ini. Dari Danau Tempe, air mengalir ke Teluk Bone. Beberapa daerah yang kerap terdampak luapan Danau Tempe adalah Wajo, Sidrap, dan Soppeng.
”Ada lima jembatan yang putus ataupun terbawa luapan banjir. Sejumlah ruas jalan juga putus akibat longsor di beberapa titik,” kata Kepala Pelaksana BPBD Sidrap Sudarmin.
Adapun korban tewas di Sidrap adalah H Ali, warga Desa Belawa, Kecamatan Pitu Riase.
Adapun di Enrekang, longsor di beberapa titik membuat jalur yang menghubungkan daerah ini dengan Sidrap, Pinrang, dan Toraja juga lumpuh. Timbunan material dari longsor di tebing di sisi jalan mencapai tinggi lebih dari 4 meter dan cukup panjang. Hingga sore, alat berat terus bekerja untuk membuka jalan.
”Jalur lumpuh dan antrean kendaraan mencapai hingga 3 kilometer. Kendaraan terjebak di jalan poros. Namun, alat berat sudah mulai membuka jalan,” kata Abdul Rahim, sukarelawan bencana di Enrekang.
Evakuasi
Kepala Kantor Basarnas Makassar Mexianus Bekabel mengatakan, puluhan regu penolong dari Kantor Basarnas Makassar, Bone, dan Palopo dikerahkan untuk melakukan evakuasi.
Ada lima jembatan yang putus ataupun terbawa luapan banjir. Sejumlah ruas jalan juga putus akibat longsor di beberapa titik.
”Kami sebar tim untuk bergabung dengan tim yang ada di daerah. Regu penolong dari Basarnas Makassar bergabung dengan Unit Siaga SAR Parepare dengan berfokus di Kabupaten Sidrap. Tim dari Pos SAR Bone berfokus di Kabupaten Wajo, Unit Siaga SAR Masamba dan Palopo berfokus di Kabupaten Luwu, Kecamatan Suli dan Kera,” katanya.
Sementara itu, Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin mengatakan telah meminta semua instansi terkait untuk turun tangan membantu warga. ”Saya sudah meminta semua pihak untuk berkoordinasi dan bekerja sama untuk melakukan penanganan dan membantu warga. Semua masih bekerja,” katanya.
Sejak pertengahan April lalu, bencana banjir dan longsor terus terjadi di Sulsel. Hingga kini tercatat ada 31 korban meninggal, terdiri dari 20 orang di Tana Toraja, 3 orang di Toraja Utara, 7 orang di Luwu, dan 1 orang di Sidrap.