Korban Meninggal di Luwu 14 Orang, 3.000 Warga Latimojong Terisolasi
Korban meninggal akibat banjir dan longsor di Luwu bertambah. Ratusan rumah hanyut dan 3.000 warga terisolasi.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Korban meninggal akibat longsor dan banjir bandang di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, bertambah menjadi 14 orang. Sementara di kaki Gunung Latimojong, 3.000 warga terisolasi akibat putusnya akses ke wilayah tersebut.
Data terbaru yang dilansir Badan Penanggulangan Bencana Daerah Luwu menyebut 14 korban meninggal terdiri dari delapan orang di Kecamatan Latimojong dan enam orang di Kecamatan Suli Barat. Sementara dua warga lain di Suli Barat hingga kini masih dalam pencarian. Dengan satu korban lain yang terbawa luapan banjir di Sidrap, total tercatat 15 korban jiwa akibat banjir dan longsor yang menerjang enam kabupaten di Sulsel sejak Jumat (3/5/2024).
Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin meninjau lokasi banjir di Luwu pada Sabtu dini hari. Dia memastikan semua korban banjir, termasuk pengungsi, akan ditangani dengan baik, mulai dari persediaan makanan, pakaian dan obat-obatan.
”Sampai saat ini masih ada satu wilayah di Luwu, yaitu Kecamatan Latimojong, yang berdasarkan laporan dari Dandim Luwu belum bisa diakses. Hal ini karena ada jembatan yang putus dan jalan yang longsor. Ada kurang lebih 3.000 warga di atas yang tersebar di beberapa dusun dan desa, yang hingga kini terisolasi,” kata Bahtiar.
Dia mengatakan sudah berkoordinasi dengan Polda Sulsel dan Komandan Lanud Hasanuddin agar bisa dibantu helikopter untuk menyuplai bantuan kepada warga terisolasi di kaki Gunung Latimojong ini.
”Kami sudah dapat kabar helikopter bergerak dari Polda Sulsel. Pak Kapolda juga bergerak ke Luwu. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Danlanud Hasanuddin untuk menggerakkan helikopter untuk memasok bantuan bahan makanan, pakaian, maupun obat-obatan. Kami harap seluruh masyarakat tetap tenang, khususnya di Kecamatan Latimojong,” tambah Bahtiar.
Banjir dan longsor menerjang enam kabupaten di Sulsel, yakni Luwu, Sidrap, Wajo, Wnrekang, Pinrang, dan Sinjai. Dari keenam daerah ini, Luwu, Sidrap, dan Wajo adalah yang terparah. Di Luwu, 12 dari 22 kecamatan terendam. Sebagian wilayah Sidrap dan Wajo juga terendam banjir.
Di Enrekang, jalur yang semula memutus akses Enrekang ke Sidrap, Pinrang, dan Toraja mulai terbuka walau lalu lintas belum sepenuhnya lancar.
Sampai saat ini masih ada satu wilayah di Luwu, yaitu Kecamatan Latimojong, yang berdasarkan laporan dari Dandim Luwu belum bisa diakses. Hal ini karena ada jembatan yang putus dan jalan yang longsor. Ada kurang lebih 3.000 warga di atas yang tersebar di beberapa dusun dan desa yang hingga kini terisolasi.
Bencana banjir di Luwu menyebabkan 109 rumah hanyut dan rusak berat. Selain itu, 1.943 rumah lainnya terendam. Banjir dan longsor juga merusak sejumlah bangunan dan fasilitas umum, seperti sekolah, perkantoran, jalan, dan jembatan.
Sementara itu, Penjabat Bupati Luwu Muhammad Saleh mengatakan, saat ini banjir di beberapa wilayah mulai surut. Namun, sejumlah warga masih mengungsi dan menunggu waktu untuk kembali dan membersihkan rumah mereka.
”Harapannya, jika cuaca kembali normal dalam waktu dua-tiga hari ke depan sudah memungkinkan bagi warga untuk kembali ke rumah masing-masing dan memulai proses pemulihan,” katanya.
Terkait evakuasi dan pencarian korban, Andi Sultan, Kepala Operasi dan Siaga Kantor Basarnas Makassar, mengatakan, pencarian hari kedua ini berfokus di dua lokasi, yaitu di Desa Poringan dan Desa Kaili, Suli Barat. Untuk pencarian ini, ada lima regu yang diturunkan.
Regu 1 melakukan pemantauan dan asesmen di lokasi menggunakan drone. Regu 2 melakukan pencarian dengan menyisir sungai yang berada di belakang rumah korban.
Adapun regu 3 melakukan pencarian dengan penyisiran infanteri di sisi kiri dan kanan Sungai Suli. Regu 4 mencari di lokasi longsor dekat rumah korban dan regu 5 melakukan pencarian menggunakan perahu karet di Sungai Suli.