logo Kompas.id
TajaFestival Sayang Hutan Ajak...

Festival Sayang Hutan Ajak Masyarakat Lestarikan Hutan

Pada Minggu (24/3/2024), Trend Asia menyelenggarakan Festival Sayang Hutan sebagai upaya edukasi anak dan orangtua tentang pentingnya hutan.

Trend Asia
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Trend Asia.
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8iITVlU_Vk3fbYpZ7fyK3eBiueo=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2024%2F03%2FSH-22-720x405.png
DOK TREND ASIA

Antusiasme anak-anak dan orangtua yang berpartisipasi dalam lokakarya berkebun di Festival Sayang Hutan, Minggu (24/3/2024).

Hutan adalah elemen penting dalam kehidupan segenap makhluk hidup di muka bumi. Hutan adalah sumber pangan, air, oksigen, obat-obatan, maupun habitat hidup bagi tumbuhan dan hewan. Keberadaan hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon alami atau natural carbon sink juga menjadi penting untuk mengendalikan emisi karbon yang memicu krisis iklim.

Oleh karena itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 21 Maret sebagai perayaan Hari Hutan Internasional. Proklamasi ini menjadi tonggak penting dalam gerakan global untuk melestarikan dan menghormati ekosistem hutan. Hal tersebut berlandaskan pada harapan untuk mengajak seluruh pihak berperan dalam mengakhiri berbagai bentuk pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan sehingga berdampak negatif terhadap kelestarian ekosistem hutan.

Namun, kondisi hutan Indonesia sendiri tengah sangat miris. Pada 1950, terdapat 162 juta hektar tutupan hutan di Indonesia. Pada 1999, angka ini sudah surut menjadi 100 juta hektar. Meski pemerintah kerap mengulang janji untuk mengentaskan deforestasi, Indonesia kini telah masuk menjadi 10 besar emiten karbon terbesar di dunia.

Merawat hutan dan mencegah deforestasi adalah upaya generasional. Oleh karena itu, pada Minggu (24/3/2024), Trend Asia menyelenggarakan Festival Sayang Hutan sebagai upaya edukasi anak dan orangtua tentang pentingnya hutan.

Dalam acara ini, orangtua dan anak berkumpul di Kandank Jurank Doank, Bintaro, yang diasuh oleh pesohor Dik Doank, untuk merayakan Hari Hutan. Pada sore ini, orangtua dan anak dapat berpartisipasi dalam lokakarya berkebun yang diampu oleh Kebun Kumara. Anak-anak juga dapat berpartisipasi dalam lokakarya kerajinan tangan.

https://cdn-assetd.kompas.id/ecM4dVWMvtTCwZv44TVYRzIcQN8=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2024%2F03%2FSH-24-720x405.png
DOK TREND ASIA

Dik Doank memberikan kultum menjelang buka puasa bersama dalam perayaan Festival Sayang Hutan.

Pada puncak acara, pendongeng Rona Mentari menghibur anak-anak dengan kisah tentang hutan. Menjelang Maghrib, acara ditutup dengan kultum oleh Dik Doank sebelum buka puasa bersama.

“Saya terpikir ikut serta karena tertarik dengan temanya. Perspektif anak-anak tentang hutan sangat minim karena kita tinggal di kota. Tidak terpapar dengan alam. Saya rasa penting untuk kita menghadirkan upaya-upaya edukasi seputar hutan yang bersifat penting terhadap hidup generasi selanjutnya,” kisah Marlina yang hadir bersama dua orang anaknya.

Pengampanye Bioenergi Trend Asia Amalya Reza dalam kesempatan yang sama menuturkan, “Sudah lama kami merasa penting untuk melakukan edukasi tentang hutan pada generasi muda. Untung akhirnya kita bisa menyelenggarakan acara ini. Saat ini hutan Indonesia semakin terancam perusakan, bahkan dengan dalih energi bersih seperti pembakaran biomassa kayu. Padahal hutan berperan penting sebagai penyerap karbon dan pencegah perubahan iklim. Tapi di luar itu, ia juga berperan besar sebagai penjaga keragaman hayati dan pencegah bencana ekologis.”

Pada 2023, BNPB mencatat ada 4.940 bencana alam, dengan bencana banjir dan longsor mendominasi. Ini diakibatkan hilangnya tutupan hutan alam, terutama di hulu-hulu sungai, yang seharusnya bisa menangkap air dan memitigasi bencana. Di banyak tempat di Indonesia, hutan juga bertalian erat dengan pengetahuan dan budaya suatu komunitas sosial, seperti masyarakat adat. Rusaknya hutan, dengan demikian, mengancam eksistensi masyarakat adat, yang berdampak pada menyusutnya kebudayaan di Indonesia.

https://cdn-assetd.kompas.id/vesovrxnDLVS7fLLZ-EgsCM-6jg=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2024%2F03%2FSH-11-720x405.png
DOK TREND ASIA

Baik orangtua maupun anak-anak, antusias mengikuti acara Festival Sayang Hutan yang diselenggarakan di Kandank Jurank Doank, Bintaro.

“Perlindungan hutan kita akan terus bergantung pada generasi-generasi selanjutnya. Oleh karena itu, kami berharap, acara ini akan membantu melanjutkan estafet pendidikan perlindungan alam untuk menjaga keberlangsungan alam kita pada masa depan,” tutup Amalya.

Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000