Industri “Fashion” Gerakkan Ekonomi Masa Depan Indonesia
Nama Dian Pelangi tentu tak asing bagi perempuan muda berhijab dan peduli penampilan. Merek pakaian hasil karya Dian Wahyu Utami (26) ini memiliki banyak penggemar dan menjadi barometer busana muslimah yang modis dan trendi.
Melihat kesuksesannya kini, siapa sangka saat remaja ia merasa dipaksa orangtua untuk bersekolah di Jurusan Tata Busana SMK 1 Pekalongan, Jawa Tengah. ”Sempat nangis-nangis tiap pulang sekolah karena dicibir teman-teman sebaya, dikiranya cuma akan jadi tukang jahit,” ungkap Dian.
Pandangan itu kini berubah. Bahkan, kreativitasnya memanfaatkan bahan kain tradisional seperti batik pekalongan, songket palembang, dan kain jumputan, membawanya ke kancah internasional. Pada ajang Paris Fashion Week for Peace 2018 tanggal 4 Oktober 2017 lalu, Dian menuai sambutan hangat dari pencinta fashion di Paris.
Kemudian, bersama Barli Asmara, Catherine Njoo, Melia Wijaya, dan Vivi Zubedi, mereka memamerkan karya di ajang New York Fashion Week: First Stage Spring Summer 2018 yang menjadi bagian dari New York Fashion Week (NYFW). Para desainer muda asal Indonesia yang tampil pada 7 September 2017 itu dinilai memenuhi persyaratan yang diajukan oleh pihak International Management Group (IMG) selaku penyelenggara, antara lain karena sisi orisinalitas, kekuatan konsep, dan kemampuan produksi.
Kreativitas mengolah produk modern yang memasukkan identitas keindonesiaan juga dilakukan produsen sneakers lokal, Exodos57. Menghadirkan sepatu berbahan kulit yang digabungkan dengan kanvas dan tenun asal Yogyakarta, karya produsen sneakers asal Bandung itu menarik perhatian Presiden Joko Widodo, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda di Istana Bogor, Oktober lalu.
Sneakers yang diamati Presiden Jokowi merupakan seri terbaru yang mengusung tema 3Laborate, yaitu versi kolaborasi 3 Brand (Exodos57, UnionWell, Rawtype Riot). Perpaduan itu membuktikan bahwa sepatu yang didesain modern tetap bisa membawa identitas Indonesia, yang diwakili kain tenun Yogyakarta. [*]