logo Kompas.id
TajaJejak Sang Legenda

Jejak Sang Legenda

PT Levi Strauss Indonesia
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan PT Levi Strauss Indonesia.
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/UvV6YsqK99uN0NWznMdrut40ZLc=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F08%2F2608-TAJA-LEVIS_FEAT-720x405.jpg
Kompas

Foto-foto dokumen Levi's

Berawal dari sebuah surat, lahirlah ikon dalam dunia fashion yang tak pernah kehilangan penggemar. Selama lebih dari 100 tahun, ia berevolusi mengikuti angin perubahan politik, sosial, dan kultural penggunanya. Kini, siapa yang tak memiliki sepasang (atau bahkan puluhan) celana jeans di dalam lemari pakaiannya?

San Fransisco, Amerika Serikat, 1872. Levi Strauss, pengusaha grosir asal Jerman yang datang ke Amerika kala fenomena “demam emas”, menerima surat dari salah satu koleganya, Jacob Davis, penjahit asal Reno, Nevada. Dalam suratnya, Davis menerangkan rancangan celana terbarunya yang inovatif. Dengan menggunakan paku keling (rivet) pada titik-titik regangan sehingga lebih bertahan lama. Davis ingin mendapatkan hak paten untuk rancangannya. Namun, tak memiliki cukup dana untuk mewujudkannya. Ia pun mengajak Levi berkolaborasi.

Tertarik dengan ide ini, Levi menerima lamaran sebagai mitra bisnis Davis dan berhasil mengantongi hak paten celana inovatif itu. Surat paten yang keluar pada 20 Mei 1873 itu pun menjadi hari bersejarah, blue jeans lahir. Dan, tiap menyebut jeans, akan terkait dengan nama Levi.

Dari petambang hingga miliarder

Davis menciptakan rancangannya itu tak lain untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya, para petambang yang membutuhkan celana kuat untuk digunakan saat bekerja di tambang. Tidak mudah robek dan rusak sehingga bisa bertahan lama.

Dalam waktu singkat, para petambang di California menjadikannya “pakaian resmi” saat bekerja. Oleh karena itu, jeans kerap diasosiasikan sebagai pakaian kelas pekerja. Namun, dalam perjalanan waktu, jeans menyiratkan makna yang terus berubah.

https://cdn-assetd.kompas.id/QtUnx8hJ_wRMBr2z8SuFlYPaLCY=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F08%2F2608-TAJA-LEVIS_A-720x405.jpg

Dikutip dari buku Mode dalam Sejarah: Jaket & Celana, karangan Helen Reynolds, pada era 1930-an, jeans identik sebagai pakaian koboi. Persepsi ini terbentuk seiring meningkatkan popularitas film gaya barat Amerika yang selalu menampilkan kehidupan para koboi, lengkap dengan gaya berpakaiannya yang khas.

James Dean, Elvis Persley, Marlon Brando, hingga Marilyn Monroe yang merajai layar kaca dan layar lebar di era 1950-an turut mendongkrak popularitas jeans. Yang tadinya dianggap sebagai pakaian pekerja, kini justru menjadi pernyataan gaya. Jeans menguarkan simbol pergolakan anak muda yang ingin keluar dari keteraturan dan menikmati kebebasan.

Simbol ini kian terasa kuat pada era 1960-an, masa kebangkitan kaum hippies yang semakin populer pada 1970-an. Jeans pun tampil semakin variatif, sesuai dengan semangat kebebasan berekspresi yang identik dengan generasi bunga pada saat itu. Kaum hippies menjahit motif paisley atau melukis gambar bunga, ada tambahan ornamen bordir, hingga lencana sebagai cara bagi aktivis hak sipil mengenalkan gerakan mereka.

https://cdn-assetd.kompas.id/kOq3b2ytImUUeQGRzW3sDZK38Uc=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F08%2F2608-TAJA-LEVIS_C-720x405.jpg

Lama kelamaan, jeans juga kian dekat dengan dunia musik. Seperti pada era 1980-an, jeans mewarnai wajah musik rock dengan sentuhan motif belel dan robek. Sementara pada 1990-an, wajah jeans tak lepas dari tampilan klasik dan bergaya.

Perubahan masa dan gaya hidup mengubah identitas jeans. Seiring dengan kian populernya celana ini, para desainer pun beramai-ramai meluncurkan koleksi adibusana bertemakan jeans dan denim. Perlahan tetapi pasti, jeans mengalami kenaikan status sosial.

Menurut survei yang dilakukan Cotton Incorporated, rata-rata warga Amerika memiliki 7 celana jeans di dalam lemari pakaiannya. Jeans memang menjadi menjadi pilihan cepat, juga tepat, untuk bergaya dalam berbagai kesempatan dan situasi. Paris Hilton, selebritas dunia, tahun lalu bahkan membuka isi lemarinya pada majalah mode dunia Vogue dan memperlihatkan koleksi jeans miliknya yang mencapai ratusan, mulai dari celana panjang, celana pendek, rok, hingga jaket.

Bagaimana dengan Anda, ada berapa pasang jeans dalam lemari pakaian di rumah? [ADT]

Melangkah dengan Levi’s

Tak hanya berevolusi dari sisi makna, jeans juga terus berinovasi menghasilkan material dan potongan desain demi memberi kenyamanan maksimal dan tampilan terbaik bagi setiap individu. Bertahan lebih dari 140 tahun, Levi’s, sang pionir pun terus menghadirkan kelindan kreativitas dan inovasi dalam sepasang celana yang inspiratif.

Celana Levi’s kini menjadi atribut busana yang mudah dipadupadankan dengan ragam jenis pakaian, dikenakan dalam berbagai aktivitas, di mana pun dan kapan pun. Dengan kancing button fly dan potongan kaki lurusnya yang ikonik, Levi’s 501 hingga kini masih menjadi “must have jeans” karena mudah dipadupadankan dengan koleksi fashion lainnya.

Levi’s juga terus berinovasi menghadirkan koleksi baru seperti Taper yang fleksibel dan Commuter yang nyaman untuk dikenakan para pesepeda. Ada juga Coolmax yang memberikan efek sejuk di bawah matahari, dan Revel yang memberikan efek kaki langsing untuk perempuan. Selain tren baru, ada juga koleksi tren ikonik seperti Trucker Jacket yang terus diminati pencinta Levi’s. Celana jeans model high-waist yang sempat booming pada 1980-an dan skinny jeans kini kembali digemari.

Melengkapi koleksi jeans pribadi, manfaatkan promosi buy one get one free selama 25 Agustus-3 September 2017. Untuk pembelian dua produk Levi’s, Anda hanya perlu membayar dengan harga yang lebih tinggi. Promosi ini berlaku di seluruh Original Levi’s Store di seluruh Indonesia.

Ajang musik

https://cdn-assetd.kompas.id/mvvsmJs8iWLQxzRgjrQaPh4U8v0=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F08%2F2608-LEVIS_1-720x405.jpg

Karakter Levi’s yang melekat dengan dunia musik menjadi alasan bagi Levi’s Indonesia menggelar Levi’s Band Hunt, kompetisi musik yang mengadopsi filosofi “Authentic Self Expression”. Levi’s mencari band indie yang siap menggebrak industri musik Indonesia dengan lagu dan musik yang otentik dan unik.

Pendaftaran Levi’s Band Hunt berlangsung selama 2 Agustus–8 September 2017. Pendaftaran dapat dilakukan secara online dengan mengirimkan link demo musik band, berupa video atau audio. Atau, jika memiliki demo musik dalam format CD, daftarkan dengan menyerahkan CD ke Original Levi’s Store dan mengisi formulir pendaftaran yang ada di tempat.

Levi’s bekerja sama dengan Universal Music Indonesia dengan menghadirkan sosok-sosok piawai dalam industri musik Indonesia sebagai dewan juri. Yakni Jan Djuhana (A&R Director, Universal Music Indonesia), Maliq & D’Essentials, dan Ricky Siahaan (gitaris band Seringai).

Saatnya mengekspresikan diri sebebasnya lewat karya maupun dalam gaya. [*]

Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000