Kontribusi Ekonomi Kreatif terhadap PDB Indonesia
“Fashion, kuliner, dan crafts (kerajinan tangan) itu sudah besar, dan kami mau akselerasi. Ada juga lainnya yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, yakni games, aplikasi, musik, dan film.”
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, pada diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Staf Presiden, Selasa (17/10). Bekraf juga terus berupaya meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan untuk menyadari betapa pentingnya upaya bersama mendorong sektor ekonomi kreatif lain.
“Di masa depan, ekonomi tidak semata-mata bergantung pada sumber daya alam mentah,” ujar Triawan.
Bekraf mencatat, kontribusi ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2014 adalah Rp 784,82 triliun dan pada 2015 menjadi Rp 852 triliun atau meningkat 8,6 persen. “Dari total kontribusi tersebut, sub-sektor kuliner, kriya, dan fashion memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi kreatif,” tambahnya.
Sub-sektor kuliner tercatat berkontribusi sebesar 41,69 persen, kemudian fashion sebesar 18,15 persen, dan kriya sebesar 15,70 persen. Selain itu, industri film bertumbuh 10,28 persen, musik 7,26 persen, seni/arsitektur 6,62 persen, dan game tumbuh 6,68 persen.
Tiga negara tujuan ekspor komoditas ekonomi kreatif terbesar pada 2015 adalah Amerika Serikat 31,72 persen, Jepang 6,74 persen, dan Taiwan 4,99 persen. Walau bertumbuh, memang masih ada yang harus diperhatikan dalam pengembangan ekonomi kreatif. Salah satunya ekosistem bisnis dan investasi, di samping juga infrastruktur penunjang kegiatan.
Dominasi perempuan
Karena besarnya potensi ekonomi kreatif, pemerintah tidak ragu untuk memberikan bantuan permodalan. Sektor ini dinilai paling memberi kesempatan kerja kepada anak-anak muda, demikian juga khususnya kaum perempuan.
Ditinjau dari status jender, 62,84 persen tenaga kerja Indonesia pada 2015 adalah laki-laki. Sisanya atau 37,16 persen adalah perempuan. Namun, ekonomi kreatif justru membalik fakta itu. Berdasarkan data Bekraf, perempuan mendominasi ekonomi kreatif, yaitu 53,68 persen. Sisanya sebesar 46,52 persen adalah laki-laki.
Pelaku ekonomi kreatif juga telah mengakses permodalan dari bank. Pada 2016, permodalan yang diakses dari perbankan sebesar Rp 7,668 triliun. Angka tersebut melampaui target yang hanya sebesar Rp 4,9 triliun.
Sementara itu, pada 2017, tercatat pelaku ekonomi kreatif mengakses modal dari perbankan sebesar Rp 192, 9 miliar dari target Rp 280 miliar. Dengan demikian, total capaiannya sebesar Rp 7,86 triliun. [*]