Maraton, Tak Sekadar Lomba Lari
Maraton, yang penyelenggaraannya senantiasa ditunggu masyarakat luas tak sekadar lomba lari. Aktivitas ini sudah menjadi cerminan gaya hidup sehat serta ajang mengadu prestasi. Lomba lari jarak jauh ini juga turut ambil bagian terhadap seni dan budaya, bahkan menyentuh sisi ekonomi.
Kesadaran akan pentingnya stamina tubuh telah mendorong masyarakat modern berupaya meluangkan waktu untuk berolahraga. Lari menjadi salah satu pilihan mudah karena selain mudah dilakukan, juga tidak terlalu membutuhkan banyak perlengkapan. Tak heran, sebelum berangkat beraktivitas atau pada saat senja datang, banyak orang membakar kalori dengan cara berlari, baik di perkantoran maupun sejumlah ruas jalan pedestrian.
Selain meningkatkan daya tahan tubuh, dengan berlari, kita akan merasa enjoy lantaran bisa menikmati suasana sekitar, belum lagi jika bertemu dengan teman atau rekan sejawat yang memiliki hobi serupa. Lomba lari pun kemudian menjadi salah satu sarana bagi banyak orang untuk unjuk kemampuan, tak hanya pelari profesional, tetapi juga masyarakat umum.
Bali menjadi salah satu lokasi yang sering dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan lomba maraton. Kearifan lokal dibalut seni budaya yang begitu memesona menjadikan Pulau Dewata ini dicintai para pelari, baik tingkat nasional maupun internasional. Pihak penyelenggara lomba maraton pun secara berkelanjutan menggelar ajang ini dari tahun ke tahun.
Maybank Bali Marathon (MBM) 2018 yang digelar oleh PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) pada Minggu (9/9) dapat dijadikan barometer betapa maraton tidak hanya menjadi ajang adu prestasi para pelari, tetapi juga ikut ambil bagian terhadap pengenalan dan kelestarian seni budaya setempat.
MBM yang digelar untuk ketujuh kalinya ini diikuti oleh lebih dari 10 ribu pelari yang berasal dari 46 negara, termasuk Indonesia. Pemandangan desa di Kabupaten Gianyar dan Klungkung menjadi suguhan menarik bagi para peserta lomba. Tak hanya itu, di sejumlah titik, para pelari juga disambut oleh kesenian Bali seperti Tari Rejang Renteng dan Tari Kecak.
Semangat yang mulai kendur akibat rasa letih dapat kembali hadir berkat sambutan para penari dan masyarakat setempat. Inilah yang menjadi salah satu pembeda MBM dengan lomba maraton lainnya, baik tingkat nasional maupun internasional.
Tak hanya pada saat event berlangsung, sehari menjelang lomba, penyelenggara juga menyuguhkan sejumlah seni tradisional khas Bali, mulai dari karya tenun, cendera mata, hingga tarian tradisional. Semua dikemas dengan begitu apik sehingga para pelari, termasuk anggota keluarganya, merasakan sensasi wisata yang begitu mengesankan.
Ekonomi
Dari sisi ekonomi, lomba lari yang dibagi menjadi 3 kategori (full marathon, half marathon, 10K) ini tentu memberikan dampak positif bagi pemerintah daerah setempat. Lomba maraton bertajuk Run for Fun, Race for Place ini ikut meningkatkan pendapatan pada industri wisata, seperti penginapan, transportasi, hingga hiburan dan kuliner.
“Dari setiap tahun penyelenggaraan MBM, para pelari biasanya banyak yang membawa anggota keluarga atau pasangannya dan mayoritas mereka berasal dari luar Bali. Mereka datang harus menggunakan pesawat. Dari sini saja, sudah bisa kita lihat industri penerbangan ikut merasakan manfaat positif dari ajang ini,” ujar Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria.
Selain itu, lanjut Taswin, mereka juga membutuhkan penginapan serta transportasi lokal selama di Bali. Dan, yang tak ketinggalan, tempat-tempat perbelanjaan dan restoran juga merasakan dampak positif dari lomba lari tersebut.
Pada MBM 2018, pelari-pelari asal Kenya kembali mendominasi podium. Di kategori Full Marathon Open pria, Cosmas Matolo Muteti asal Kenya mencetak waktu 02:15:25 sekaligus menjadi tercepat pada MBM kali ini. Posisi kedua dan ketiga diraih oleh rekan senegaranya, Kiprop Tonui dan Cosmas Kimutai.
Pelari putri asal Kenya juga mengisi podium pada Full Marathon Open wanita. Rebecca Jepchirchir Korir menjadi yang tercepat dengan torehan waktu 02:45:29, diikuti oleh Peninah Jepkoech Kigen, dan Pauline Wangui Ngigi. Sementara itu, Hamdan Syafril Sayuti menempati podium pertama untuk kategori Full Marathon National pria dengan catatan waktu 02:35:07. Sedangkan podium pertama Full Marathon National wanita diraih oleh Odekta V Naibaho. [BYU]