Meneroka Garuda Wisnu Kencana
Ada perasaan bangga saat melihat langsung Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang diresmikan Sabtu (22/9/2018). Tidak semata karena predikatnya sebagai salah satu patung tertinggi di dunia, tetapi juga cerita di baliknya. Mulai dari penantian panjang selama 28 tahun hingga kemampuan anak-anak bangsa memadukan seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi sehingga patung ini bisa berdiri dengan megah.
Setelah sempat tertunda lama, pengerjaan patung setinggi 121 meter tersebut dilanjutkan oleh PT Alam Sutera Realty Tbk (Alam Sutera), yang menunjang dari sisi sains dan teknologi dalam perancangan dan pelaksanaan konstruksi struktur patung. Mengingat Patung GWK harus berdiri kokoh menghadapi terjangan angin dan gempa, serta harus sesuai dengan rancangan artistik Nyoman Nuarta, sejak akhir 2015, tim Alam Sutera rutin bertemu dengan para ahli untuk memastikan setiap detail proyek berjalan dengan baik sesuai kualitas yang diharapkan.
Ini bukan pekerjaan mudah karena kompleksitas desain patung sebagai patung tertinggi di Indonesia dan terbesar di dunia membutuhkan uji coba sains serta riset dan studi yang matang. Proses dan cara kerjanya pun boleh jadi bakal membuat siapa pun kagum.
Dalam tur eksklusif ke dalam Patung GWK sebelum dibuka untuk umum, terlihat jelas bahwa kerumitan bentuk patung membuat konstruksi struktur baja di dalamnya sangat tidak beraturan. Ini membuat sistem koneksi pada titik sambungan baja (joint) menjadi rumit dan tidak umum. Misalnya, ada sejumlah joint yang memiliki 11 batang baja (member) sehingga sudut tumpuannya sangat kecil dan sistem sambungan sulit dilakukan.
Berkat sinergi banyak pihak, komitmen, serta konsistensi, tantangan tersebut bisa diatasi dengan tanpa mengesampingkan faktor dan kaidah keselamatan sehingga semua kaidah peraturan standar nasional yang ada diikuti. Hal-hal ini membuat desain yang dibuat telah mengikuti peraturan gempa terbaru tahun 2012 dengan memperhitungkan beban gempa yang terjadi hingga 2.500 tahun sekali. Sementara itu, untuk faktor angin, desain dirancang untuk menahan beban angin terbesar dengan periode ulang 100 tahun sekali.
Taman budaya
Masuk ke dalam tubuh Patung GWK tentu bakal melengkapi perjalanan ke Taman Budaya GWK. Di lantai dasar, pengunjung bisa menyaksikan foto-foto perjalanan pembangunan patung dari era Presiden Soeharto, ground breaking, hingga rencana pengembangan kawasan GWK pada masa mendatang. Lantai dasar ini ada di dalam pedestal, yang di dalamnya dilengkapi fasilitas meeting, incentice, convention, and exhibition (MICE) serta didesain untuk mendukung berbagai kegiatan kultural dunia.
Dari lantai dasar menuju lantai 23, pengunjung harus “transit” di lantai 9. Di lantai inilah terpampang legenda Garuda Wisnu Kencana, profil Nyoman Nuarta, serta tokoh sejarah dan milestone perjalanan Patung GWK.
Yang seru adalah saat naik ke lantai 23, karena dari dalam lift pengunjung bisa melihat rangka baja yang menopang badan patung. Begitu tiba di lantai tertinggi yang bisa diakses pengunjung, terpampang dengan lebih detil pembuatan Patung GWK. Yang menarik adalah lantai kaca, yang memungkinkan pengunjung berdiri di atasnya dan melihat langsung struktur baja yang ada di bawah. Ada juga galeri pandang yang menjadi jendela bagi siapa pun untuk melihat lanskap Bali.
Namun, seperti diungkapkan Kepala Divisi Komersial PT Garuda Adhimatra Indonesia—pengelola Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana yang merupakan anak perusahaan dari PT Alam Sutera Realty Tbk—Yanti Oktaviani Murtrianti, lantai-lantai tersebut belum dibuka untuk umum karena penyempurnaan masih dilakukan. Sesegera mungkin setelah penyempurnaan, pengunjung akan bisa masuk setelah semuanya rapi.” [ASP]