logo Kompas.id
TajaMerayakan Cara Pandang Lewat...

Merayakan Cara Pandang Lewat “Lanskap Luar Dalam”

Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan .
· 3 menit baca

Seniman Butet Kartaredjasa dan Widiyatno merayakan langgengnya persahabatan mereka berdua dengan cara yang hangat, pameran lukisan bersama. Pameran bertajuk “Lanskap Luar Dalam” itu dikurasi oleh seorang sahabat yang lain, Suwarno Wisetrotomo.

Pameran Lanskap Luar Dalam berlangsung selama 1 bulan penuh, pada 21 November–21 Desember 2019 di Tugu Kuntskring Paleis, Menteng, Jakarta. Pameran ini mempresentasikan kurang lebih 70 karya cat air Butet dan Wid, panggilan akrab Widiyatno.

https://cdn-assetd.kompas.id/7rsUJjiWpdHUlxvRd6vNA0RBD54=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F2611-lanskap-luar-dalam-taja-1-720x405.jpg

Butet dan Wid merupakan sahabat semenjak menempuh pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) yang sekarang berubah nama menjadi Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Yogyakarta. Selain persahabatan itu, ada banyak yang dirayakan dalam pameran ini. Tanggal pembukaannya bertepatan dengan hari jadi ke-58 tahun Butet.

Tahun ini juga menandai 10 tahun Butet dan Wid berkarya bersama sebagai tim untuk komik strip Bung Sentil yang rutin terbit di Media Indonesia seminggu sekali. Butet menulis naskahnya, Wid memvisualisasikannya.

https://cdn-assetd.kompas.id/82agdSGW1O5vvmrGmhnKrnAuouE=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F2611-lanskap-luar-dalam-taja-5-720x405.jpg
Kompas

FOTO-FOTO: IKLAN KOMPAS/ NOVKA.

Wid, sejak sekolah sampai saat ini, terus menekuni bidang seni rupa, khususnya lukis dan ilustrasi. Butet banyak dikenal sebagai seniman panggung. Namun, tanpa diketahui banyak orang, Butet tidak meninggalkan seni rupa hingga saat ini.

Butet bercerita, di rumahnya, ia punya meja khusus masing-masing untuk melukis, mengutak-atik keramik, dan tentu saja menulis. Kapan saja ia merasa pas untuk melakukan yang mana, ia akan bertekun pada apa yang ingin ia kerjakan. Oleh karena itu, karya-karya seni rupanya pun banyak sekali tersimpan.

Kekayaan perspektif

Tajuk Lanskap Luar Dalam bicara mengenai perbedaan cara pandang Butet dan Wid dalam menciptakan suatu karya. Lanskap luar direpresentasikan karya-karya Wid, yang menunjukkan kepiawaiannya menangkap suatu bentuk yang menggugah naluri estetik dan artistiknya. Sementara itu, lanskap dalam terwujud dalam karya-karya Butet yang memakai simbol-simbol dalam menyampaikan respons dari apa yang ia lihat dan dengar dari keadaan sekitarnya.

“Widiyatno, dengan mata telanjangnya, dengan cermat menangkap obyek-obyek di sekitarnya. Semuanya dia rekam, dia garis dengan baik dan menjadi artefak penting. Siapa yang menjamin obyek-obyek yang direkam Widiyatno, dalam lima atau sepuluh tahun ke depan masih bisa kita saksikan. Pada Butet, ia mengolah apa yang dia lihat;persoalan ekonomi, sosial, budaya. Semua diserap dan diolah kembali. Butet, dengan caranya melalui gambar-gambar simbolik itu, merekam kehidupan dengan mata batin, hati, dan intelektualitasnya. Sesungguhnya mereka sedang merekam kosmos dengan caranya sendiri-sendiri,” tutur Suwarno, kurator yang juga seangkatan dengan Butet dan Wid di SRRI, dalam pembukaan pameran Lanskap Luar Dalam.

https://cdn-assetd.kompas.id/T_Q02D3zPV0wi-2HB0zsLM7irwI=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F2611-lanskap-luar-dalam-taja-4-720x405.jpg

Kita akan dengan mudah mengenali mana yang karya Butet dan mana yang dilukis Widiyatno. Widiyatno, dengan garis-garisnya yang khas, melukis potret kota, bajaj, atau perahu-perahu pinisi yang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Sementara karya Butet lebih simbolis, kerap berupa kritik yang satir. Salah satu yang paling menonjol misalnya beberapa lukisan yang menyentil seorang penceramah agama yang sempat viral beberapa waktu lalu. Butet dengan jenius dan jenaka mengeksplorasi perspektifnya dalam memandang sebuah isu, lantas menuangkannya dalam karya yang juga patut diacungi jempol.

https://cdn-assetd.kompas.id/6kOshIU34qg06unrOcVcwxJZkDg=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F2611-lanskap-luar-dalam-taja-3-720x405.jpg

Lukisan-lukisan dalam pameran ini dijual kepada publik. Selain itu, ada dua lukisan yang diberikan Butet dan Wid kepada Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk untuk dilelang. Hasil penjualannya akan disumbangkan untuk panti asuhan.

“Selain berbisnis, kami punya visi untuk peka terhadap lingkungan sosial. Kami diberi kepercayaan untuk melelang lukisan ini dan menyalurkan hasil penjualannya ke panti asuhan di sekitar kami,” ujar Dhaniel H Prabowo, General Manager Regional II dari Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk Jakarta. [NOV]

Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000