logo Kompas.id
TajaKenali Penyebab Pemanasan...

Kenali Penyebab Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Perubahan iklim jika tidak segera diatasi akan berdampak sangat serius bagi kehidupan dan seluruh ekosistem di planet ini. Inilah sejumlah penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.

Bank DBS
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Bank DBS.
· 5 menit baca
Kenali Penyebab Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Perubahan iklim terus menjadi isu penting negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Jika tidak segera diatasi, masalah ini akan berdampak sangat serius bagi kehidupan dan seluruh ekosistem di planet ini.

Berdasarkan laporan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada 2020, periode 2010–2019 menjadi dasawarsa terpanas sejak perubahan iklim tercatat 140 tahun lalu.

Adapun rerata kenaikan suhu global dalam satu dasawarsa terakhir sekitar 1 derajat celsius jika dibandingkan kenaikan pada periode 1950–1980. Ini harus segera ditangani untuk meminimalkan dampak lebih besar lagi seperti peningkatan suhu udara, kenaikan permukaan air laut akibat pencairan es di kutub, penyebaran penyakit, serta kebakaran hutan.

Upaya mitigasi menjadi sebuah keniscayaan agar bumi ini tetap lestari. Salah satu upaya yang dapat memperlambat terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim di antaranya dengan meminimalkan aktivitas yang menyebabkan masalah tersebut.

Berikut ini, sejumlah penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.

Emisi kendaraan bermotor

Emisi kendaraan bermotor merupakan salah satu pemicu terjadinya pemanasan global. Hal ini karena polutan dan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap peningkatan gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.

Seperti diketahui, sebanyak 70 persen GRK berasal dari pelaku industri. Dari jumlah tersebut, 25 persen di antaranya berasal dari sektor transportasi. Selain itu, setiap liter bahan bakar yang digunakan juga menyumbang sekitar dua kilogram karbon dioksida ke atmosfer.

Oleh karena itu, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) meminta semua pihak, termasuk pelaku industri, untuk menghentikan penggunaan sumber energi berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara dan menggantinya dengan energi baru terbarukan (EBT).

Limbah industri

Kenali Penyebab Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Gas limbah industri dan rumah tangga merupakan penyebab pemanasan global terbesar setelah emisi kendaraan bermotor. Bahkan, ini disinyalir menjadi penyebab awal terjadinya pemanasan global.

Sejumlah studi mengungkap, pemanasan global dimulai pada masa revolusi industri pertama, yakni sekitar pertengahan abad ke-19.

Industri kertas dan plastik menjadi penyumbang limbah industri terbesar yang memicu global warming. Sebagai gambaran, untuk memproduksi 30 juta produk plastik polietilena tereftalat (PET), dibutuhkan sekitar 12 juta barrel minyak.

Adapun 1 barrel  berisi sekitar 159 liter (135 kilogram) minyak mentah yang bisa melepaskan emisi karbon sebesar 118 kilogram. Jika ditotal, produksi tiap ton plastik PET dapat menghasilkan sekitar 3 ton karbon dioksida.

Deforestasi

Penggundulan hutan (deforestasi) juga turut menjadi pemicu meningkatnya suhu bumi. Melansir theconversation.com, setiap tahun, deforestasi menyebabkan sekitar 5,2 miliar ton karbon dioksida yang tersimpan selama jutaan tahun di dalam hutan terlepas ke atmosfer.

Angka tersebut hampir mencapai 10 persen dari total emisi global selama 2009–2016. Padahal, menurut ilmuwan lingkungan dari University of Virginia di Charlottesville, Deborah Lawrence, keberadaan hutan, terutama hutan tropis, dapat membantu mendinginkan suhu global rata-rata lebih dari 1 derajat celsius.

Penggunaan listrik

Penggunaan energi listrik yang tidak bijak juga merupakan salah satu pemicu terjadinya pemanasan global. Hal ini karena sebagian besar listrik diproduksi menggunakan batu bara, gas alam, dan minyak bumi.

Untuk diketahui, pembakaran batu bara pada pembangkit listrik di AS mampu menghasilkan sekitar 2 miliar ton emisi karbon dioksida per tahun. Bahkan, emisi karbon dioksida yang disumbang dari sektor tersebut disinyalir mencapai 40 persen.

Selain pembangkit tenaga listrik, pemborosan penggunaan alat elektronik dalam rumah tangga pun turut berkontribusi terhadap pemanasan global. Hal ini karena gas berfluorinasi (fluorinated gas) yang dihasilkan alat elektronik memiliki efek pemanasan yang sangat kuat, yakni 23.000 lebih besar dari karbon dioksida.

Limbah peternakan dan pertanian

Penyebab lain yang dapat memicu pemanasan global dan perubahan iklim adalah limbah peternakan dan pertanian

Limbah pada sektor peternakan seperti kotoran hewan, napas, dan flatulensi dapat  menghasilkan emisi gas metana. Kontribusi gas berbahaya dari limbah peternakan ini terhadap pemanasan global tergolong tinggi, yakni mencapai 16 persen.

Proses pembuatan pupuk kompos yang berasal dari kotoran hewan juga menghasilkan gas dinitrogen oksida (N2O) yang dapat mencemari udara.

Sementara itu, pada sektor pertanian, limbah yang dihasilkan ini mencapai 10 persen dari total volume emisi GRK pada 2019.

Sisa makanan

Kenali Penyebab Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Sebagian orang mafhum bahwa sisa makanan juga turut memicu terjadinya pemanasan global.

Perlu diketahui, saat makanan disisakan, secara tak langsung telah menyia-nyiakan energi dan air yang digunakan untuk memproduksi makanan tersebut. Sebagai informasi, sepertiga energi yang digunakan untuk memproduksi makanan berasal dari pembangkit tenaga listrik berbahan bakar fosil.

Pembangkit tersebut turut memproduksi emisi karbon yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Selain itu, sisa makanan yang menumpuk dan membusuk di tempat pembuangan sampah akan menghasilkan gas metana.

Sampah sisa makanan tersebut menjadi masalah besar. Selain memicu pemanasan global, kerugian yang diterima Indonesia akibat sampah sisa makanan mencapai Rp 213 triliun–Rp 551 triliun per tahun atau setara dengan 4–5 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional.

Itulah sejumlah penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim.

Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, sepakat untuk menekan berbagai penyebab dari pemanasan global tersebut.

Tak hanya pemerintah, penanggulangan pemanasan global juga datang dari sejumlah pihak, salah satunya Bank DBS yang saat ini tengah melakukan gerakan peduli lingkungan melalui kampanye “Towards Zero Food Waste” dan #MakanTanpaSisa.

Kampanye tersebut bertujuan mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah makanan yang dapat menimbulkan masalah lingkungan hingga pemanasan global. Melalui gerakan tersebut, Bank DBS mengajak masyarakat Indonesia agar mulai mengurangi sampah makanan.

Executive Director and Head of Group Strategic Marketing Communication PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, Gerakan #MakanTanpaSisa merupakan realisasi dari pilar keberlanjutan yang diusung Bank DBS Group yakni Creating Impact Beyond Banking.

Mona menjelaskan, membantu masyarakat dan menjadi bank yang digerakkan oleh tujuan positif merupakan DNA dari Bank DBS Indonesia. Oleh karena itu, Bank DBS Indonesia terus berinovasi untuk menjadi bank yang mengedepankan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Upaya tersebut dilakukan Bank DBS Indonesia atas kesadaran akan peran sebagai lembaga keuangan yang menjalankan bisnis berkelanjutan demi generasi masa depan dan lingkungan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank DBS Indonesia secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang berdampak sosial lewat kerja sama dengan komunitas dan wirausaha melalui DBS Foundation.

Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000