Peran Industri Jasa Keuangan dalam Memacu Pertumbuhan
Beberapa waktu terakhir kondisi ekonomi global semakin membaik, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Hal ini membuka peluang untuk perbaikan kinerja neraca pembayaran Indonesia pada masa mendatang.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018 yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo di Jakarta pada Kamis (18/1).
Wimboh memaparkan bahwa pemulihan tersebut bisa jadi momentum untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Lebih-lebih pertumbuhan ekonomi tahun lalu ada di kisaran 5-5,1 persen. Sementara itu, nilai tukar rupiah yang stabil mengiringi inflasi rendah (3,61 persen yoy) dan terjadi surplus neraca perdagangan 11,8 miliar dollar AS.
Hal lain yang menjadi catatan positif dalam perekonomian di Indonesia adalah pergerakan IHSG yang mengalami peningkatan dan tumbuh 20 persen pada tahun 2017, serta ditutup pada level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 6.355,65. Pertumbuhan ini lebih tinggi ddibandingkan pertumbuhan indeks saham Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Oleh karena itu, kata Wimboh, pihaknya yakin target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang sebesar 5,4 persen akan mampu tercapai.
“OJK memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan peran sektor jasa keuangan dalam memacu pertumbuhan dengan tetap menjaga kesinambungan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan,” kata Wimboh.
Tantangan
Di tengah optimisme tersebut, Wimboh tak menampik adanya sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi, seperti perkembangan digitalisasi di sektor jasa keuangan yang sangat cepat, normalisasi kebijakan moneter negara maju, dan risiko geopolitik dunia yang masih tinggi.
Sementara itu, di sisi lain, aspek-aspek kebutuhan pembiayaan untuk proyek-proyek infrastruktur dan sektor prioritas lain, percepatan program industrialisasi, peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan literasi dan akses pembiayaan masyarakat, serta optimalisasi potensi ekonomi syariah pun perlu mendapat perhatian.
Selain kebijakan yang menyangkut dukungan pembiayaan infrastruktur dan sektor prioritas serta sekaligus untuk memperdalam pasar keuangan, peran IKNB juga lebih dioptimalkan dalam mendukung pembangunan infrasruktur. Perusahaan pembiayaan infrastruktur dan perusahaan pembiayaan per November 2017 telah menyalurkan pembiayaan infrastruktur sebesar Rp 56,3 triliun, di antaranya digunakan untuk pembiayaan pembangunan pembangkit tenaga listrik Rp31,8 triliun, pembangunan jalan tol Rp12,7 triliun serta pembangunan proyek sistem penyediaan air minum dan pengembangan Palapa Ring Rp 11,8 triliun.
Sementara itu, menyikapi perkembangan teknologi yang begitu pesat, OJK mendukung inovasi produk teknologi di sektor jasa keuangan (fintech), selama produk tersebut bermanfaat bagi masyarakat, tetapi tetap dalam koridor tata kelola yang baik berdasarkan asas TARIF (Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi dan Fairness) agar aspek perlindungan masyarakat terpenuhi.
Saat ini terdapat 30 perusahaan FinTech P2P Lending yang terdaftar/berizin di OJK dan 36 perusahaan dalam proses pendaftaran. Total pembiayaan bisnis FinTech ini telah mencapai Rp 2,6 triliun dengan 259.635 peminjam.
Pada 2018, OJK akan mengeluarkan kebijakan di lembaga jasa keuangan, antara lain guiding principles bagi Penyelenggara Layanan Keuangan Digital yang mencakup mekanisme pendaftaran dan perizinan serta penerapan regulatory sandbox dan kebijakan tentang crowdfunding. [ASP]
Inspirator Inklusi Keuangan
Di sela Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018, Presiden RI Joko Widodo memberikan penghargaan kepada tiga Inspirator Inklusi Keuangan.
Para inspirator tersebut adalah Mohammad Nadjikh dari Gresik Jawa Timur, yang menjadi Tokoh lnspirator Inklusi Keuangan melalui Pengembangan Klaster Perikanan. Nadjikh menginspirasi komunitas nelayan di Indonesia untuk menjadi enterpreneur sukses pada bidang perikanan dan pengolahan hasil laut. Melalui usaha yang didirikannya (PT Kelola Mina Laut - KML Group) tahun 1994, ia saat ini mengelola 125 ribu nelayan, 600 UMKM (pengepul), dan menampung sekitar 14 ribu karyawan.
Selanjutnya adalah H Rasim, yang menjadi Tokoh Inspirator Inklusi Keuangan pada bidang Pengembangan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Sejak menjabat sebagai Kepala Desa Langgongsari, Banyumas, Rasim mentransformasi empat hektar tanah bengkok/lahan tandus yang terbengkalai di sudut desa Langgongsari menjadi taman agrowisata dengan nama Taman Mini Revolusi Mental.
Inspirator terakhir adalah Mochammad Syaihul Izzat, Tokoh Inspirator Inklusi Keuangan pada bidang Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Ia adalah Ketua Pengurus LKM Syariah Berkah Rizqi Lirboyo yang merupakan satu dari sepuluh LMK Syariah tahap awal program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendirian LKMS di sekitar Pesantren yang diprakarsai oleh Lembaga Amid Zakat Nasional Bank Syariah Mandiri (LAZNAS BSM) Umat dan pendiriannya difasilitasi oleh OJK serta Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) pada 17 November 2017. [*/ASP]