Di toko pun, mencari buku informasi kesehatan bukan perkara gampang. Informasi memang tersedia, tetapi umumnya buku-buku itu dibuat berdasarkan spesialisasi, organ, atau fungsi tubuh. Pemilahan ini kadang membuat awam sulit menemukan apa yang dicari bila tidak tahu kategori spesialisasinya. Belum lagi redaksional penulisannya, yang sering begitu teknis dan sulit dipahami orang di luar bidang kesehatan.
Oleh karena itu, terbitnya buku Ensiklopedia Penyakit layak disambut gembira. Buku semacam ini, yang komplet membahas penyakit dari penyebab, tanda dan gejala, faktor risiko, diagnosis dan terapi, hingga upaya pencegahan, dan dengan bahasa yang populer pula, belum pernah ada di Indonesia. Kalaupun ada Ensiklopedia Kesehatan dan Ensiklopedia Kedokteran, semua dalam skala kecil yang hemat penjelasan dan lagi-lagi, teknis.
Buku ini terdiri atas 237 penyakit yang disajikan secara alfabetis tanpa mempertimbangkan jenis penyakit infeksi atau noninfeksi, keganasan atau penyakit ringan. Ada penyakit kongenital, metabolisme, ataupun yang menyangkut sistem dan organ tubuh. Ada juga penyakit sehari-hari, langka, ataupun unik, termasuk di antaranya tentang zoonosis, penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyakit ALS
Di halaman 14 ada penyakit ALS (amyotrophic lateral sclerosis) yang belakangan makin populer ketika ALS Association menggalang solidaritas lewat ice bucket challenge, membuat video saat mengguyur diri dengan seember air es dan kemudian mengunggahnya di Youtube. ALS Association berhasil membangkitkan kewaspadaan dan mengumpulkan dana dalam jumlah besar, apalagi setelah para selebritas ikut berpartisipasi, termasuk Victoria Beckham, Roger Federer, dan Cristiano Ronaldo.
ALS adalah penurunan kemampuan saraf yang berlangsung progresif. Semua otot gerak yang dikendalikan otak terkena dampaknya. Tidak hanya tubuh menjadi lumpuh, tetapi penderitanya juga jadi susah menelan, hilang suara, dan bahkan sulit bernapas. Penyakit ini sebelum tantangan mengguyur diri itu, sebenarnya sudah mendapat perhatian karena menyerang Stephen Hawking, fisikawan dengan gagasan teori-teori semesta yang menggemparkan.
Kita mungkin juga jarang bersinggungan dengan bisinosis, penyakit berbasis alergi akibat serangan debu kapas. Penyakit ini banyak dijumpai pada buruh-buruh di pabrik tekstil dan membuat mereka enggan kembali ke pabrik setiap Senin, karena begitu sampai karyawan usai berakhir pekan, perasaan menjadi berat dan sesak napas langsung menyerang. Tidaklah mengherankan apabila penyakit ini juga disebut ”rasa hari Senin” (hal 65), perwujudan lagu populer dari The Boomtown Rats, ”I don’t like Mondays”, yang sesungguhnya.
Penyakit lain yang juga unik adalah kawasaki, karena sering disangka sebagai campak, infeksi virus, gondong, bahkan alergi obat. Gejalanya seperti demam tinggi, bercak-bercak di badan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan nyeri sendi, memang mirip penyakit-penyakit tersebut di atas yang sudah lebih dikenal. Padahal, kawasaki bisa memicu komplikasi penyumbatan dan penyempitan pada arteri koroner dan berdampak pada kerusakan otot jantung.
Dalam buku ini diinformasikan enam kriteria gejala diagnostik yang perlu diwaspadai (hal 279).
Kanker termasuk penyakit yang mendapat porsi lumayan banyak. Paling tidak ada 12 jenis kanker yang dibahas, di antaranya kanker endometrium, payudara, otak, usus besar, pankreas, dan prostat. Sayangnya, kanker serviks yang menjadi pembunuh perempuan nomor satu di Indonesia, menurut Kementerian Kesehatan (2015), malah tidak ada. Sementara kanker endometrium yang masuk dalam buku sebenarnya masih di urutan ketiga penyebab kematian setelah kanker serviks dan kanker ovarium.
Steven-Johnson syndrome (SJS), penyakit alergi yang parah terhadap obat, juga belum dibahas. Padahal, pada hampir semua penderita SJS, reaksi alergi dipicu oleh penggunaan antibiotik yang begitu mudah diresepkan di negeri ini. Obat-obatan lain pemicu SJS adalah anti-kejang, anti-nyeri, termasuk obat OTC¬— over the counter—obat bebas yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Kalau tidak diwaspadai, SJS bisa memicu kerusakan organ tubuh dan pada kasus yang parah bisa memicu kematian.
Menambah ilmu
Meskipun demikian, buku ini layak dikoleksi karena memberi tambahan ilmu pengetahuan sekaligus mengurangi kepanikan apabila sedang terserang suatu penyakit. Di setiap jenis penyakit, kita diajak untuk mengenali gejala, jenis penyakit, hingga metode pengobatannya, sehingga akhirnya memahami suatu penyakit secara menyeluruh dan bisa mendiskusikan penanganannya dengan dokter terkait.
Memang ada kemungkinan kesulitan muncul, misalnya pembaca yang mendadak mendapat penyakit dan dokter belum bisa mendiagnosisnya. Tidak akan mudah mencari apa sebenarnya yang ia derita di buku ini, karena tidak ada indeksnya. Oleh karena itu, seiring dengan upaya Prof Anies sebagai penulis untuk terus menambahkan penyakit-penyakit yang belum masuk edisi pertama ini, pada edisi-edisi berikutnya alangkah baiknya bila dalam perkembangannya buku juga dilengkapi dengan indeks. Dengan demikian, pembaca bisa dengan cepat menemukan penyakit yang diperlukan dengan segala jenis kata kunci: nama penyakit yang populer, gejala, nama obat, dan seterusnya.
Bila nantinya buku ini terus berkembang, tentu layak pula dipertimbangkan membuat ensiklopedi dalam bentuk seri. Dengan demikian, setiap penyakit bisa dibahas lebih detail dan bahkan akan lebih menarik lagi apabila diperkaya dengan pengalaman Prof Anies saat mengajar, meneliti, ataupun menangani para pasiennya.
Memang ini bukan pekerjaan mudah mengingat sang penulis membutuhkan waktu hingga lebih dari dua tahun untuk menyusun buku ini. Penulis buku ini adalah Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan pada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Di tengah kesibukannya, ia masih menyempatkan diri mengumpulkan berbagai jenis penyakit dan melengkapi informasinya. Oleh karena itu, kehadiran buku ini sungguh layak diapresiasi.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.