logo Kompas.id
Akhir PekanIbu Mengeluh Terus
Iklan

Ibu Mengeluh Terus

Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
· 5 menit baca

Ayah saya meninggal dunia mendadak dalam usia 58 tahun sekitar 6 bulan yang lalu. Ayah merupakan tulang punggung keluarga, dan suara beliau paling menentukan dalam keluarga. Ibu selalu patuh kepada ayah. Kami mencoba untuk berdiskusi dengan ayah, tetapi biasanya harus mengalah karena ayah amat dominan. Ketika ayah meninggal dunia, kami sekeluarga seperti kehilangan arah, terutama ibu. Ibu tak dapat membayangkan hidup bersama dua putrinya yang sudah dewasa. Saya baru setahun bekerja di sebuah perusahaan swasta, sedangkan adik saya yang juga perempuan masih kuliah tingkat terakhir. Sejak ayah meninggal, ibu lebih banyak di rumah. Beliau tidak lagi menghadiri pengajian dan arisan. Beliau selalu mengenang ayah dan selalu mengatakan jika ayah masih ada, tentu semua persoalan di keluarga kami akan beres. Ayah tak banyak meninggalkan tabungan meski kami punya rumah yang besar di kota serta ada dua mobil. Ibu harus menghemat untuk membiayai pengeluaran rumah tangga. Gaji saya belum seberapa, hanya cukup untuk keperluan saya sendiri. Sejak ayah meninggal, ibu banyak keluhan. Berat badan beliau menurun 4 kilogram. Beliau tidak nafsu makan, sering berdebar, kurang tidur, dan juga sering merasa cemas. Hampir setiap hari, ibu mengeluh badannya tak enak, dari mulai pegal, debar-debar, sampai sakit maag. Kalau mengeluh, lama sekali.Adik saya membawa ibu ke dokter spesialis. Semula diduga fungsi tiroidnya berlebihan, tetapi pemeriksaan laboratorium kemudian menunjukkan fungsi tiroidnya normal. Kami juga membawa ibu ke pakar kanker karena kami khawatir ibu terkena kanker, tetapi semua pemeriksaan menunjukkan hasil yang baik. Saya kemudian memutuskan membawa ibu kepada seorang dokter spesialis yang pasiennya tidak banyak supaya dapat berkomunikasi dengan baik. Di sinilah baru kami mendapat penjelasan yang dapat kami pahami. Ibu secara fisik sehat, tetapi ibu mengalami kegelisahan mungkin akibat ditinggal ayah. Gejala fisiknya disebabkan karena emosinya yang tidak stabil. Dokter mengatakan bahwa ibu terkena gangguan psikosomatis. Beberapa kali kami membawa ibu ke dokter ini dan hasilnya mulai menunjukkan kemajuan. Ibu dapat kesempatan mengungkapkan segala perasaannya serta juga diajak melihat persoalan lebih jernih. Rupanya dokter ini mempunyai kemampuan melakukan psikoterapi meski sederhana. Kami juga diajak berdiskusi. Ibu mendapat obat penenang pada permulaan konsultasi, tetapi kemudian obat tersebut dapat dihentikan karena ibu merasa lebih baik. Sekarang ibu mulai mau makan dan tidurnya juga baik. Saya juga merasa gembira karena ibu mulai mau bergaul kembali dengan teman-temannya di arisan dan pengajian. Namun, saya punya kekhawatiran baru, yaitu mengenai calon suami saya. Saya telah memperkenalkannya kepada ibu, dan ibu amat setuju dengan calon saya. Calon saya bekerja di sebuah bank dengan posisi dan penghasilan yang cukup baik, tetapi dalam waktu dekat dia akan dipindahtugaskan ke daerah. Jika menikah, sudah tentu saya harus mengikuti dia. Saya amat khawatir ibu akan mengalami guncangan kembali. Mohon pendapat dokter apa yang saya harus lakukan. Terima kasih. M di J Gangguan psikosomatis telah lama diketahui para pakar kedokteran. Di Indonesia, Prof Aulia sejak 1950 sering menyosialisasikan penyakit ini di media massa. Beliau menjelaskan bahwa keadaan jiwa kita dapat memengaruhi fungsi tubuh kita. Salah satu contoh yang sering kita alami adalah apabila menghadapi ujian lisan, biasanya kita berdebar-debar, timbul rasa cemas. Namun, setelah ujian selesai, apalagi jika hasilnya baik, suasana hati kembali normal. Begitu pula rasa cemas berganti dengan gembira, debar-debar hilang sendiri. Jadi, gangguan emosi dapat memengaruhi fisik kita, tetapi jika gangguan emosi tersebut hilang, keadaan fisik kita juga kembali normal. Tampaknya keadaan emosi ibu Anda mengalami gangguan berkepanjangan, berbulan-bulan, sehingga menimbulkan gangguan fisik yang lama. Jika dokter tak teliti menelusuri penyakit, dokter akan mengutamakan berbagai pemeriksaan untuk menyingkirkan gejala berat badan turun, debar-debar, dan lain-lain, salah satunya memang penyakit tiroid. Beruntung dokter Anda yang terakhir punya kesempatan untuk menelusuri keluhan ibu Anda dengan teliti sehingga beliau mendapatkan kaitan gejala keluhan ibu dengan kematian ayah. Di zaman sekarang, penyakit psikosomatik tetap penting. Bahkan, menurut penelitian, sekitar 70 persen pasien yang berobat ke dokter disertai gangguan psikosomatis. Artinya, mungkin hanya penyakit psikosomatis murni atau penyakit lain disertai gangguan psikosomatis. Dokter di Indonesia sebenarnya memahami situasi ini, tetapi acap kali karena waktu konsultasi singkat, faktor kejiwaan pasien belum sempat digali dengan baik. Sebaliknya, pasien dan keluarga perlu menceritakan timbulnya gejala dengan baik agar dokter dapat mendapat gambaran utuh. Bagaimana jika gangguan psikosomatis dibiarkan tak tertangani dengan baik? Gangguan fisik pasien, misalnya, gangguan irama jantung jika berlama-lama dapat mengakibatkan gangguan fisiologis menetap. Karena itulah, gangguan psikosomatis perlu dikenal secara dini serta diterapi secara dini dan tepat. Terapi utama gangguan psikosomatis adalah psikoterapi serta jika diperlukan obat untuk menenangkan psikis, misalnya, obat penenang. Sudah tentu yang paling penting ialah menyadarkan pasien menghadapi kenyataan serta mendukung pasien untuk dapat menghadapi persoalan. Jika masalah psikologis terlalu rumit, diperlukan bantuan psikiater. Ibu Anda telah bangkit dan berangsur baik, tetapi dalam perjalanan hidup, beliau akan menghadapi berbagai masalah. Beliau harus mampu menghadapi masalah-masalah tersebut secara wajar. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkinan Anda meninggalkan ibu untuk ikut suami. Dokter mungkin dapat menilai apakah ibu Anda sudah cukup kuat untuk menghadapi hal tersebut ataukah masih harus menunggu beberapa waktu agar ibu Anda menjadi lebih kokoh. Kehilangan tulang punggung keluarga tentulah akan menjadi masalah besar, tetapi kita yang ditinggalkan harus sabar dan ikhlas. Saya bergembira bahwa Anda dan adik amat peduli dengan kesehatan ibu sehingga ibu Anda mendapat pertolongan. Semoga dukungan teman-teman, lingkungan pengajian, dan arisan juga akan memperkuat ibu. Saya percaya suatu waktu ibu Anda akan menyadari, beliau akan memberikan yang terbaik untuk putrinya. Salah satu yang mungkin direlakannya adalah kepergian putrinya mengikuti suami, membentuk rumah tangga baru. Sudah tentu amat berat bagi ibu yang membesarkan Anda sejak bayi untuk merelakan Anda pergi. Namun, kasih ibu biasanya akan mengalahkan rasa egonya. Saya percaya suatu waktu ibu Anda akan melepas Anda dengan ikhlas. Hanya saja diperlukan waktu untuk mencapai situasi tersebut. Anda juga perlu bersabar. Anda bersama adik dapat menunjukkan bahwa Anda berdua amat mencintai ibu. Ibu tidak sendirian di dunia ini. Dia mempunyai anak-anak yang mencintainya, juga keluarga lain dan teman-teman yang akan mendukungnya. Terima kasih atas konsultasi Anda yang telah mengingatkan kita semua tentang pentingnya mengenal gangguan psikosomatis.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000