logo Kompas.id
Akhir PekanPengembangan Obat Baru di...
Iklan

Pengembangan Obat Baru di Indonesia

Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
· 6 menit baca

Saya senang mengikuti informasi kesehatan, terutama di bidang kedokteran. Meski bidang saya ekonomi, saya senang membaca mengenai obat atau cara pengobatan baru. Setiap tahun banyak sekali obat baru yang dipasarkan, tetapi sayang kita masih menjadi konsumen saja. Saya pernah membaca Biofarma yang merupakan perusahaan vaksin nasional mampu mengekspor produk vaksinnya ke luar negeri dan juga mampu mengembangkan vaksin baru di Indonesia. Setahu saya, Biofarma bersama beberapa universitas di Indonesia sudah lama meneliti vaksin flu burung, tetapi sampai sekarang kita belum mendengar hasilnya. Apakah penelitian tersebut gagal? Sebagian besar dana kesehatan kita dihabiskan untuk mengimpor obat. Pemerintah juga menyadari hal ini karena itu dalam kebijakan ekonomi yang baru dikeluarkan, pemerintah mendukung dan membuka kesempatan luas kehadiran industri bahan baku obat di Indonesia. Kita berharap ketergantungan kita pada impor obat dapat dikurangi. Setahu saya, kemampuan lembaga pendidikan dan lembaga riset di negeri kita sudah sampai pada pembuatan obat baru. Banyak penelitian mengenai obat herbal yang telah dikembangkan, misalnya curcumin. Namun, saya merasa perusahaan obat ingin hasil cepat karena itu yang diproduksi adalah obat herbal dalam bentuk aslinya belum memurnikan zat aktifnya. Apakah mungkin lembaga pendidikan dan penelitian kita mencoba untuk mengembangkan obat baru, terutama obat yang banyak dibutuhkan masyarakat? Apakah dewasa ini sudah ada universitas atau industri farmasi yang melakukan penelitian dan pengembangan obat di Indonesia? Berapa lama biasanya penelitian tersebut dan berapa lama pula baru akan sampai kepada masyarakat? Dapatkah dokter memberi gambaran proses penemuan obat baru dari penelitian awal sampai dipasarkan? Berapa lama biasanya dibutuhkan waktu untuk itu serta berapa lama pula biaya yang perlu dikeluarkan? Terima kasih atas penjelasan dokter.M di J Kepedulian Anda merupakan kepedulian kita semua. Sudah tentu kita ingin mandiri di bidang kesehatan, termasuk bidang kedokteran. Kita sudah berada dalam era pasar bebas ASEAN, termasuk bidang kesehatan. Industri farmasi di Indonesia sebenarnya cukup kuat. Industri ini tumbuh mengesankan meski belakangan ini menghadapi berbagai tantangan di antaranya penyesuaian diri terhadap sistem layanan kesehatan yang mulai menerapkan jaminan sosial (BPJS). Sedikit banyak saya mengikuti perkembangan riset di kalangan industri farmasi kita. Industri farmasi yang besar, seperti Kalbe Farma, Dexa Medika, dan Sanbe Farma, telah mempunyai laboratorium penelitian yang lengkap juga tenaga peneliti yang andal dan tampaknya juga didukung dana yang lumayan besar. Kalbe Farma lebih mengutamakan bidang sel punca dan kanker, Dexa mencoba menghasilkan obat yang dapat digunakan masyarakat, serta Sanbe juga mengembangkan bioteknologi untuk diagnosis penyakit, termasuk kanker. Di sejumlah universitas juga telah dilakukan penelitian obat, tetapi penelitian tersebut biasanya belum lengkap dari ide awal sampai dikembangkan menjadi obat yang siap dipasarkan. Penelitian obat baru sebenarnya memerlukan waktu yang lama sekitar 10 tahun dengan biaya penelitian ratusan miliar rupiah. Kenapa begitu mahal dan lama? Proses penemuan obat baru merupakan suatu rangkaian yang amat panjang dan lama. Mulai dari skrining molekul, penelitian pada hewan coba, penelitian pada manusia sehat, penelitian pada orang sakit jumlah terbatas, penelitian kepada penderita dengan jumlah lebih besar, serta penelitian lanjutan. Setelah dinyatakan bermanfaat dan efek sampingnya dapat ditoleransi melalui uji klinik, obat tersebut sebelum dapat dipasarkan harus didaftarkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan. Badan ini bertugas menjaga agar obat yang diedarkan bermanfaat dan efek sampingnya minimal tidak merugikan masyarakat. Pendaftaran obat di Badan POM juga memerlukan waktu biasanya satu sampai dua tahun. Dengan gambaran tersebut, dapat dibayangkan minat untuk menemukan obat baru di Indonesia masih akan terkendala waktu dan biaya. Kalau begitu apa yang sekarang dilakukan oleh universitas dan industri obat? Biasanya di Indonesia kita baru mengadakan sebagian penelitian dari proses pengembangan obat yang panjang tersebut. Penelitian yang banyak dilakukan adalah penelitian uji klinik, baik yang tingkatnya nasional maupun bekerja sama dengan negara lain. Obat yang diproduksi di negara Barat jika bermanfaat untuk populasi Barat masih harus diteliti manfaat, efek sampingnya, serta dosisnya untuk orang Indonesia. Penelitian ini sudah sering dilakukan.Beberapa industri farmasi, seperti Kalbe Farma, melakukan pengembangan bersama (codevelopment) dengan industri obat atau lembaga penelitian di luar negeri. Pengembangan bersama ini termasuk dalam pembiayaan penelitian. Jika berhasil dipasarkan bersama, sudah tentu mereka yang ikut dalam pengembangan akan mendapat keuntungan. Perkembangan yang menarik adalah di bidang vaksin. Anda benar kita boleh bangga dengan Biofarma yang perannya dalam industri vaksin di negara berkembang amat menonjol. Biofarma telah mengekspor produknya ke puluhan negara sehingga 70 persen pendapatannya dari ekspor dan hanya 30 persen dari pemasaran vaksin di dalam negeri. Kebijakan pemerintah saat ini mengutamakan dalam penggunaan vaksin yang dibiyai pemerintah (program pemerintah) harus diproduksi di dalam negeri (Biofarma). Melalui kebijakan ini, Biofarma dipacu untuk mampu memproduksi berbagai vaksin yang dibutuhkan di Indonesia yang sebagian besar bekerja sama dengan industri atau lembaga penelitian di luar negeri. Setahu saya, Biofarma sedang menyiapkan produksi vaksin Morbilli Rubella, Pneumokok, dan beberapa vaksin lain yang akan digunakan untuk program pemerintah di masa datang. Sementara penelitian vaksin flu burung merupakan penelitian jangka panjang dan sekarang baru berhasil pada tahap awal.Bagaimana agar penelitian kedokteran dapat digalakkan? Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang berpihak bagi kepentingan lembaga penelitian dan industri farmasi nasional. Sebagai contoh, di Kuba semua layanan kesehatan di Kuba harus menggunakan produk nasionalnya. Jika tak ada, baru boleh menggunakan produk impor. Di Indonesia perusahaan nasional masih harus bersaing dengan perusahaan multinasional. Begitu pula Badan POM harus menjaga fungsinya melindungi masyarakat. Obat produk dalam negeri atau impor dalam registrasi harus memenuhi syarat-syarat yang sama. Potensi pengembangan obat yang besar memang dalam kelompok obat alami yang sudah lama digunakan di negeri kita. Karena sudah lama dipakai masyarakat, obat-obat tersebut dianggap aman. Tinggal mencari zat aktifnya agar obat tersebut masuk dalam kelompok obat fitofarmaka sehingga dapat indikasi dan dosisnya menjadi jelas. Beberapa perusahaan obat telah mengembangkan fitofarmaka dan obat tersebut telah dipasarkan di Indonesia. Saya setuju dengan pendapat Anda perusahaan farmasi perlu didorong untuk mengembangkan produk fitofarmaka ini. Badan POM juga perlu membina agar penggunaan obat alami tidak dipasarkan sebagai obat kanker, kencing manis, dan sebagainya, padahal obat tersebut belum dibuktikan bermanfaat untuk indikasi tersebut. Masyarakat dapat mendorong tumbuhnya industri farmasi kita dengan mengutamakan pemakaian obat produk nasional. Obat yang telah terdaftar di Badan POM telah diseleksi dengan ketat sehingga manfaatnya dapat diyakini. Secara perlahan kita berharap kita akan semakin mandiri dalam bidang farmasi dan di masa depan mampu menemukan obat baru.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000