Meski bukan satu-satunya, pesona angkot dan bus di Padang memang tampak lebih memikat dibandingkan daerah lain di Indonesia. Kota Makassar, misalnya, juga memiliki angkot yang dihiasi. Namun, dekorasi mereka sangat berbeda, kebanyakan angkot di Makassar hanya memiliki hiasan sedikit, atau malah tidak dihias sama sekali. Di Padang justru sebaliknya, sebagian besar angkotnya dipenuhi hiasan, baik dalam rupa gambar maupun tulisan.
David Reeve, yang terkesima oleh fenomena budaya itu, kemudian menuangkan hasil penelitian kualitatifnya dalam buku Angkot dan Bus Minangkabau: Budaya Pop & Nilai-nilai Budaya Pop (Komunitas Bambu, 2017). Dari catatan-catatan dan foto-foto yang dikumpulkan, ia menganalisis tema-tema budaya pop yang melekat dalam ”tubuh” angkot dan bus di Sumatera Barat. Salah satu temuannya yang menarik adalah penggunaan bahasa asing yang menonjol pada angkot, menunjukkan kegandrungan terhadap modernitas luar negeri. (AEP/Litbang Kompas)
Kisah Sapardi tentang Cinta Pingkan
Sejak kenal Pingkan di Kyoto beberapa tahun silam, saat menjadi mahasiswa di Jepang, Katsuo seperti mengalami cinta pertama. Namun, ketika beberapa kali mendengar cerita Pingkan tentang Sarwono, yang disebutnya sebagai calon suami, Katsuo memutuskan tidak mengganggu hubungan itu.
Pingkan sadar Katsuo menyayanginya, tetapi Katsuo sangat menghormati hubungan Pingkan dengan Sarwono. Dia tak pernah terbuka mengutarakan perasaaannya. Segenap pikiran Katsuo justru diarahkan untuk penyembuhan Sarwono yang terbaring di rumah sakit di Solo.
Sakitnya Sarwono diperkirakan karena perkara yang menyangkut mengembaranya ruh dari badan seseorang. Dalam tradisi Jawa, manusia memiliki empat saudara, di mana manusia berada di tengahnya, yang biasa disebut pancer. Ketika pancer mendapat masalah dan menyelinap keluar tubuh, siapa pun pasti mendapat masalah. Lepasnya sedulur papat hanya bisa disatukan kembali lewat ritual.
Kisah asmara ini terkait dengan kisah Panji-Galuh (Raden Panji Asmara Bangun-Dewi Sekartaji) dari Kerajaan Kediri pada awal abad ke-15. Kisah asmara Pingkan digambarkan sendiri oleh Toar, kakak kandung Pingkan, sebagai dongeng.
Adapun Katsuo, pemuda Jepang itu, menjalani takdir sebagai Raden Inu Kertapati, yang melanglang buana mencari keberadaan sang Dewi Sekartaji. Akhir kisah, Pingkan dan Katsuo sudah berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka ke Jepang. Novel kedua dari Trilogi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini menyuguhkan cinta segitiga yang tak mudah dipahami, rumit. Maknanya tersembunyi dalam keindahan bahasa yang dirangkainya. (TGH/Litbang Kompas)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.