logo Kompas.id
Akhir PekanMencegah Penyakit Morbili dan ...
Iklan

Mencegah Penyakit Morbili dan Rubela

Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
· 6 menit baca

Kemenakan saya, berumur 11 tahun, menderita demam kemudian pada kulitnya timbul bintik-bintik merah. Ibunya membawanya ke dokter, dan menurut dokter kemenakan saya terjangkit penyakit campak atau morbili. Dokter menjelaskan bahwa campak disebabkan oleh virus dan mudah menular melalui udara. Karena dia sering main ke rumah saya dan biasanya bermain dengan kedua anak saya yang berumur 3 tahun dan 5 tahun, untuk sementara orangtuanya menyuruhnya tinggal di rumah. Seingat saya anak saya yang pertama hanya mendapat imunisasi campak, sedangkan anak saya yang kedua mendapat imunisasi MMR yang kalau tak salah untuk mencegah gondongan, campak, dan campak jerman. Apakah imunisasi campak cukup ampuh untuk menghindari penularan penyakit campak? Sepengetahuan saya cukup banyak anak yang pernah menderita campak di lingkungan keluarga kami. Meski tak sampai dirawat di rumah sakit, anak-anak yang terkena campak harus istirahat di rumah sehingga tak dapat masuk sekolah. Apakah ada komplikasi penyakit campak dan apakah komplikasi penyakit tersebut serius? Mengenai rubela (campak jerman), saya pernah membaca bahwa penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada bayi jika ibu yang sedang hamil muda tertular rubela. Apakah jika seorang perempuan hamil muda, dia harus menjalani imunisasi rubela agar anak yang dilahirkan tak mengalami kecacatan? Mengapa ada vaksin morbili dan juga ada vaksin MMR? Kenapa tidak semua anak diimunisasi MMR saja karena lebih lengkap? Apakah morbili dan rubela jika mengenai orang dewasa juga menimbulkan penyakit? Saya mendengar anak sekolah akan mendapat imunisasi morbili dan rubela dalam tahun ini. Apakah anak saya yang sudah mendapat imunisasi morbili atau MMR juga harus ikut kembali? Kenapa pemerintah melakukan imunisasi bebas besaran untuk kedua penyakit ini? Apakah sedang ada wabah morbili dan rubela? Mohon penjelasan dokter.M di J Morbili (campak) dan rubela (campak jerman) memang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Sebenarnya di kawasan Asia Tenggara penularan penyakit ini sudah menurun secara nyata sejak dicanangkannya rencana untuk eliminasi morbili dan pengendalian rubela di kawasan Asia Tenggara oleh WHO pada tahun 2013. Pada tahun itu, WHO menetapkan pada tahun 2020 morbili sudah akan dapat dieliminasi, sedangkan rubela, termasuk kelainan kongenital (kelainan bawaan sejak lahir) akibat rubela, akan dapat dikendalikan. Sebagai salah satu negara anggota WHO, Indonesia juga berusaha untuk menuju pencapaian tersebut. Indonesia telah lama memasukkan imunisasi morbili dalam program imunisasi nasional. Vaksin yang tersedia sekarang ini adalah vaksin morbili yang dapat diperoleh melalui program imunisasi nasional, sedangkan vaksin MMR (mumps, morbili, dan rubela) dapat diakses melalui jalur layanan swasta. Target WHO pada tahun 2020 adalah menekan morbili dan rubela sedemikian rupa dengan cara negara- negara anggota WHO menggalakkan imunisasi morbili dan rubela. Pada tahun 2017 ini, Pemerintah Indonesia akan melakukan kampanye imunisasi morbili-rubela (MR) pada anak mulai usia 9 bulan sampai 15 tahun di Pulau Jawa. Pada bulan Agustus akan dilakukan imunisasi pada anak usia 9 bulan - <15 tahun, sedangkan bulan September 2017 untuk anak berumur 9 bulan - <9 tahun. Dengan demikian, diharapkan penularan kedua penyakit ini dapat diturunkan secara nyata seperti yang diharapkan oleh WHO. Imunisasi ini akan diberikan kepada semua anak sesuai dengan target tanpa memperhatikan apakah anak itu sudah pernah mendapat imunisasi serupa sebelumnya. Penyakit morbili yang dikenal sebagai penyakit campak merupakan penyakit akut yang mudah menular. Di Indonesia, morbili ditemukan sepanjang tahun, dan dari survei kesehatan rumah tangga, morbili menempati peringkat ke-5 penyakit utama pada bayi dan anak usia 1-4 tahun. Gejala penyakit ini berupa demam dan ruam kulit. Pasien dapat mengalami batuk serta radang selaput mata (konjungtivitis). Komplikasi yang dapat terjadi adalah otitis media (radang telinga tengah), bronkopneumonia (radang paru), bahkan juga dapat timbul kelainan neurologis (saraf) berupa kejang dan ensefalitis (radang otak), serta gangguan pencernaan. Di sisi lain, rubela berbahaya, karena jika mengenai perempuan hamil muda, akan dapat menimbulkan kecacatan pada bayi yang lahir, baik pada sistem penglihatan, pendengaran, maupun sistem saraf. Kita tentu ingin anak- anak yang lahir di Indonesia merupakan bayi yang sehat dan akan tumbuh kembang menjadi orang dewasa yang sehat. Pada kenyataannya masih banyak bayi di Indonesia yang mengalami kelainan rubela kongenital sehingga penularan rubela harus dicegah.Penyakit gondongan atau mumps merupakan penyakit yang juga disebabkan oleh virus. Virus ini menyerang kelenjar parotis (kelenjar ludah) sehingga tampak pembengkakan kelenjar tersebut. Biasanya penyakit ini disertai demam tinggi. Di zaman dulu, orangtua kita sering meminta anak yang sedang mengalami gondongan ditulis dengan tinta cina. Sudah tentu pengobatan cara ini kurang bermanfaat. Penyakit gondongan banyak terjadi pada anak yang berusia di bawah 15 tahun. Vaksin MMR adalah vaksin yang terdiri atas virus hidup, karena itu justru tak boleh diberikan kepada perempuan hamil. Bagaimana cara mencegah penularan rubela sehingga perempuan hamil tak berisiko tertular rubela? Imunisasi rubela harus diberikan jauh sebelum kehamilan. Salah satu cara yang praktis adalah pada usia sekolah, yaitu ketika anak masih berusia di bawah 15 tahun. Di beberapa negara, sebelum anak perempuan masuk perguruan tinggi diwajibkan telah menjalani imunisasi rubela yang didukung dengan bukti telah menjalani imunisasi rubela.Nah, jika pemerintah akan melakukan imunisasi massal pada tahun 2017 ini untuk anak berusia 9 bulan sampai 15 tahun, tujuannya adalah menekan sedapat mungkin morbili dan rubela sehingga penyakit morbili ataupun rubela akan menurun tajam sesuai dengan sasaran WHO. Penyakit morbili dan rubela sering terjadi pada anak, tetapi dapat juga mengenai orang dewasa. Jika anak-anak ibu termasuk yang akan mendapat imunisasi MR dari pemerintah, mereka hendaknya mengikuti imunisasi ini meski mungkin sudah pernah diimunisasi dengan vaksin yang mengandung virus morbili dan rubela. Meski mengandung virus hidup, virus tersebut telah dilemahkan sehingga risiko menimbulkan penyakit dapat dihindarkan. Sebenarnya, dari sekitar 11 anggota WHO kawasan Asia Tenggara, negara kita termasuk yang belakangan melakukan imunisasi massal MR. Ini dapat dipahami karena untuk melakukan imunisasi pada anak berusia 9 bulan sampai 15 tahun diperlukan persiapan yang matang. Bukan hanya soal biaya, melainkan juga kesiapan petugas kesehatan menjalankan kegiatan ini. Mereka perlu dilatih ulang agar dapat menjalankan tugas dengan lancar. Selain itu, negara kita menginginkan vaksin yang akan digunakan dibuat seluruhnya atau sebagian di Indonesia. Sudah tentu agar Biofarma mampu memproduksi vaksin yang bermutu dengan jumlah jutaan, diperlukan pula persiapan. Nah, tak kalah pentingnya adalah kesiapan masyarakat. Masyarakat perlu memahami manfaat imunisasi MR ini agar mereka tak ketinggalan membawa anak-anak mereka ke layanan imunisasi terdekat. Saya berharap keluarga Anda akan sehat dan bahagia selalu.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000