logo Kompas.id
Akhir PekanRamadhan, Bulan Seribu Kitab...
Iklan

Ramadhan, Bulan Seribu Kitab di Pesantren

Oleh
AHMADUL FAQIH MAHFUDZ
· 5 menit baca

Ramadhan kembali tiba, dan inilah bulan seribu kitab di pesantren. Di pesantren, Ramadhan tak sekadar bulan puasa, lebih dari sekadar itu, Ramadhan adalah ruang tempat kitab-kitab dari berbagai khazanah keilmuan dibaca, dikaji, sekaligus dikhatamkan. Di pesantren, Ramadhan tak sekadar bulan menahan lapar-dahaga atau mengekang hawa nafsu, lebih dari sekadar itu, Ramadhan merupakan telaga tempat para santri menimba hikmah serta mereguk ilmu.Setiap Ramadhan, hampir semua pesantren di Nusantara menggelar khataman kitab. Sebulan atau beberapa pekan menjelang Ramadhan, ustaz dan ustazah atau pengurus pesantren akan terlihat sibuk mempersiapkan jadwal; dari kitab-kitab apa saja yang akan dibacakan; mualim atau pembaca sekaligus pembabar kitab di hadapan para santri; hingga ruang dan waktu, di mana dan kapan pengajian-pengajian kitab tersebut akan digelar.Setelah jadwal dipajang di papan pengumuman yang terdapat di dinding atau di lorong pesantren, santri akan berkerumun: melihat-lihat jadwal. Lalu mereka akan sibuk namun gembira dalam menentukan pengajian kitab apa yang akan mereka ikuti untuk mengisi hari-hari dan malam-malam selama Ramadhan, sesuai selera dan gairah intelektualitasnya masing-masing.Pengajian khataman kitab ini digelar secara bandongan, yakni mualim membacakan kitab, santri menyimak dan memaknai kitab dengan huruf pegon. Selama dua sampai tiga minggu selama Ramadhan, khataman kitab ini digelar di beberapa waktu dalam sehari semalam: pagi hari di waktu shalat sunah Duha, siang hari seusai shalat Dzuhur, sore hari selepas shalat Ashar, juga malam hari seusai shalat sunah Tarawih.Ada pula pesantren yang menggelar pengajian kitab pada pukul 01.00. Alasannya, selain sambil menunggu tiba waktu sahur bersama, juga melatih santri ber-sahirul layali, yakni menghidupkan separuh malam terakhir dengan beribadah. Melalui pengajian dini hari ini, kiai atau pengurus pesantren ingin malam-malam Ramadhan santri tak berlalu begitu saja dengan tidur, namun menghidupkannya dengan cara bertugur di majelis ilmu; mengkaji hikmah dan kearifan dari risalah atau kitab-kitab peninggalan ulama dahulu.Aneka kitabAneka kitab dari khazanah ilmu wajib di pesantren, seperti fikih, ushul fikih, hadis, tafsir, qiraah, tauhid, dan akhlak pun dikaji di bulan ini. Kitab-kitab tasawuf tentu saja tak ketinggalan. Tak jarang pula, bahkan, kitab-kitab tasawuf menjadi kitab-kitab khataman idaman di bulan ini. Terlebih apabila kitab-kitab tersebut tak pernah dibacakan di luar Ramadhan.Ada pula kiai atau ustaz yang membacakan kitab-kitab di luar khazanah keilmuan wajib pesantren sebagaimana disebut di atas. Kitab kosmologi dan eskatologi, misalnya, sebagaimana rutin digelar di Pondok Pesantren Sumber Bunga, Situbondo. Di pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Sufyan Miftaul Arifin ini, setiap Ramadhan digelar khataman kitab Daqaiq al-Akhbar. Meski tipis, Daqaiq al-Akhbar adalah satu dari sekian kitab kosmologi dan eskatologi favorit para santri, terutama bagi santri muda yang baru belajar kosmologi dan eskatologi Islam.Atau pengajian kitab-kitab tasawuf dan filsafat Islam sebagaimana digelar di Pondok Pesantren Maulana Rumi, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Setiap bulan Ramadhan, seusai berjamaah shalat Dzuhur, digelar pengajian kitab Fushush al-Hikam secara rutin di pesantren ini. Kitab monumental karya seorang teolog, kosmolog, sufi, sekaligus penyair agung Andalusia bernama Syaikhul Akbar Muhyiddin Ibn \'Arabi ini dibacakan langsung oleh pengasuh pesantren, yakni kiai-penyair Kuswaidi Syafi\'ie.Kitab-kitab berisi kumpulan fabel, anekdot, serta kisah hikmah para sufi juga kerap dibacakan di beberapa pesantren selama Ramadhan. Di antara kitab-kitab jenis ini adalah Nashaih al-\'Ibad, Mawa\'idz al-\'Ushfuriyyah, Hilyat al-Awliya\', Hayat al-Hayawan al-Kubra, \'Uyun al-Akhbar, Misykat al-Anwar, at-Thabaqat al-Kubra, al-Ishabah fi Ma\'rifat as-Shahabah, Ayyuhal Walad, Washaya al-Aba\' li al-Abna\', Hikayat ash-Shalihin, Mi\'raj as-Salikin, al-Hikmah fi Makhluqatillahi \'Azza wa Jalla, Uqala\' al-Majanin, Tadzkirat al-Awliya\', Risalah at-Thayr, Nuzhat al-Jullas, serta kitab-kitab sejenis lain yang sarat akan kisah-kisah hikmah dari hikayat kaum sufi.Dikaji pula kitab-kitab puisi pujaan terhadap Nabi Muhammad SAW, seperti Maulid ad-Diba\'i karya Syaikh Abdurrahman ad-Diba\'i, Maulid al-Barzanji karya Sayyid Jakfar bin Husein al-Barzanji, Simthu ad-Durar karya Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi, serta Burdah karya Imam Muhammad Al-Bushiri. Di luar Ramadhan, kitab-kitab berisi madah sanjungan terhadap Nabi Junjungan ini lazimnya hanya ditembangkan. Namun, pada bulan Ramadhan, kitab-kitab ini dibaca dan dijabarkan. Para santri yang sehari-hari memang telah karib dengan puisi melalui nazam di berbagai keilmuan Islam yang menjadi kurikulum inti pesantren, pada bulan Ramadhan makin gembira karena mendapat pemahaman langsung terhadap apa yang selama ini mereka lantunkan dalam aktivitas kesehariannya di pesantren.Meski bernama khataman kitab, kitab-kitab yang dibacakan ini tak mesti dikhatamkan. Selain karena kitab yang dibacakan kadang terlalu tebal dan tak mungkin dikhatamkan dalam waktu dua atau tiga minggu, juga karena tujuan mualim kadang bukan sekadar khatam, melainkan lebih dari sekadar itu, agar isi kitab yang dibacakan menukik ke wilayah penghayatan para santri.Khataman kitab di pesantren ini pun menjadi ajang kegembiraan ilmiah para santri. Jika selama sebelas bulan di luar Ramadhan mereka berkutat dengan ilmu-ilmu teknis gramatika Arab seperti nahwu, sharraf, dan balaghah; atau bergumul dengan teori-teori fikih ibadah dan fikih muamalah; pada bulan Ramadhan, mereka berkesempatan merambah dan menjelajahi khazanah keilmuan di luar itu: tasawuf dan sastra, misalnya, sebagaimana diurai sebelumnya.Khataman kitab di pesantren ini juga tak hanya menjadi ajang kegembiraan dan hidupnya gairah perkitaban di pesantren tersebut, namun juga menjadi wahana silaturahim antara pesantren yang satu dan pesantren yang lain. Santri di pesantren yang satu mengaji kitab ke pesantren lain, begitu pula sebaiknya. Fenomena ini terjadi karena pengajian kitab tertentu kadang hanya dikhatamkan atau dibacakan di pesantren tertentu, sedangkan di pesantren lain, kitab yang dibacakan berbeda lagi. Khataman kitab Ramadhan ini tak hanya diperuntukkan bagi para santri, tetapi juga dibuka untuk siapa pun yang bukan santri, tua maupun muda.Dari kitab-kitab yang dibacakan selama Ramadhan itu, dari buku-buku yang ditulis para ulama di abad pertengahan itu, terbukalah pintu-pintu silaturahim antarpesantren, dan tentu saja antarmanusia, apa pun latar belakangnya.Berbeda dengan jalinan politik praktis yang dipertemukan karena ambisi dan nafsu kuasa yang tak habis-habisnya, silaturahim antarpesantren terjalin kuat karena dipertemukan oleh ikatan intelektualitas, dan tentu saja oleh ikatan spiritualitasnya.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000