logo Kompas.id
Akhir PekanBahaya Obesitas
Iklan

Bahaya Obesitas

Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
· 6 menit baca

Sejak menikah lima tahun yang lalu, saya mengalami kenaikan berat badan cukup besar. Tinggi saya 175 sentimeter dan sewaktu menikah berat saya 78 kilogram, namun sekarang berat saya 118 kg. Saya tampak kegemukan serta agak sulit mencari pakaian yang ukurannya sesuai. Saya juga mulai mendapat kesulitan jika bepergian dengan mobil kecil dan pesawat udara, padahal tugas sebagai tenaga pemasaran mengharuskan saya sering bepergian. Istri saya juga gemuk, begitu pula kedua anak saya yang berumur 4 tahun dan 2 tahun. Karena kesibukan, saya tak menimbang berat badan secara teratur. Saya baru mulai merasa khawatir ketika berat saya melebih 110 kg. Saya mulai mengurangi makan, tetapi gagal karena dua hal. Pertama, istri saya senang memasak dan setiap ada masakan baru, dia akan meminta kami sekeluarga mengonsumsinya. Untuk menyenangkan istri saya, terpaksa saya tetap makan meski sudah kenyang. Faktor lain adalah saya sering makan di restoran, baik untuk menjamu relasi maupun dijamu. Nah, kalau sudah makan di restoran terasa sayang jika tak menghabiskan makanan yang sudah dipesan. Kegiatan olahraga saya terbatas karena waktu saya habis untuk kunjungan ke luar kota. Sesekali jika ada waktu luang, saya berenang di kolam hotel, tetapi olahraga ini jarang dilakukan.Sekarang saya mulai mendapat informasi gemuk itu tidak baik untuk kesehatan. Jadi, gemuk tak hanya mengganggu penampilan dan mobilitas, tetapi juga dapat menyebabkan sakit. Saya pernah membicarakan hal ini dengan istri dan dia setuju agar kami sekeluarga lebih peduli pada kesehatan, termasuk menjaga berat badan agar dapat mencapai berat badan ideal. Kami pernah masuk klub gimnastik di kota kami, tetapi kami hanya menggunakan kartu tersebut selama sebulan setelah itu hampir tak pernah lagi memakainya. Belakangan ini, beredar informasi cara-cara menurunkan berat badan. Bahkan, ada yang memberi kesaksian berat badannya dapat turun 10 kg lebih dalam dua bulan. Saya dan istri ingin sekali mengikutinya, namun kami masih ragu apakah cara-cara tersebut tak ada risiko kesehatannya. Jadi, sementara ini kami belum ikut dalam program diet apa pun, kecuali yang dianjurkan dokter.Dokter menganjurkan agar saya mengurangi makan, termasuk menghindari pemakaian garam dan gula berlebih. Saya juga dianjurkan menjalani olahraga lima kali dalam seminggu. Semula saya membeli sepeda statis dan bersepeda di rumah, tapi kemudian lutut saya sakit sehingga saya berhenti dan menggantinya dengan jalan kaki 30 menit di lingkungan rumah saya atau di hotel. Tampaknya, berat badan saya mulai turun, tapi bulan lalu hanya turun 1 kilogram. Saya ingin turun lebih cepat. Adakah cara yang aman yang dokter anjurkan? Dapatkah dokter menjelaskan bahaya kesehatan akibat obesitas? Terima kasih atas penjelasan dokter.T di S Jumlah penduduk dunia yang mengalami obesitas bertambah. Di Amerika Serikat, terdapat sedikitnya 97 juta orang yang mengalami obesitas, jadi sekitar sepertiga penduduk Amerika. Di Indonesia penduduk yang termasuk kelompok obesitas juga sudah banyak dan peningkatannya cukup tajam. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup, pola makan, dan kurangnya berolahraga. Apakah yang disebut obesitas? Obesitas adalah keadaan di mana indeks massa tubuh (IMT) ?30 kg/m2. IMT diukur dengan membagi berat badan dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Nah, jika tinggi Anda 175 cm dan berat badan Anda 118 kg, IMT Anda adalah 118: (1,75 x 1,75) = 38,5. Jadi, Anda memang termasuk kategori obesitas. Dewasa ini cukup banyak informasi mengenai dampak obesitas terhadap kesehatan. Hanya saja sebaiknya Anda mengakses informasi yang dapat dipercaya, seperti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Centers for Disease Control and Prevention Amerika (CDC), Kementerian Kesehatan, informasi dari profesi kedokteran, dan lain-lain. Dalam era informasi bebas, kita harus pandai memilah informasi sehingga informasi tersebut bermanfaat buat kita.Salah satu informasi yang didasari atas bukti sahih adalah dari CDC Amerika. Pada informasi tersebut dinyatakan bahwa pemahaman kita mengenai obesitas belum sepenuhnya lengkap. Masih banyak hal yang belum jelas. Namun, berdasarkan data yang ada, masalah obesitas berkaitan dengan masalah sosial, perilaku, budaya, psikologi, serta genetik. Data penelitian menunjukkan bahwa obesitas meningkatkan risiko hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit kandung empedu, osteoartritis, sleep apnea, serta kanker. Risiko kanker yang dihubungkan dengan keadaan obesitas adalah kanker usus besar, payudara, prostat, dan endometrium. Jadi, memang obesitas meningkatkan risiko banyak penyakit. Saya gembira Anda dan istri sudah mulai merencanakan menurunkan berat badan. Jika Anda menelusuri media sosial, topik menurunkan berat badan banyak sekali. Berbagai cara dianjurkan, tetapi hendaknya Anda mengonsultasikan cara yang akan Anda jalani dengan dokter Anda. Lebih baik lagi jika Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi klinik agar upaya menurunkan berat badan tersebut berhasil dan tidak menimbulkan masalah kesehatan yang baru. Pada prinsipnya penurunan berat badan tidak harus dilakukan secara cepat. Penurunan yang sedikit tapi konsisten akan lebih baik daripada turun banyak dalam waktu singkat, namun tak lama kemudian berat badan naik kembali. Banyak orang yang menurunkan berat badan mengalami keadaan tersebut dan keadaan ini disebut sebagai sindrom yoyo. Pada prinsipnya terapi obesitas dilakukan dengan kombinasi beberapa cara. Cara yang tersedia adalah diet rendah kalori, rendah lemak, kegiatan olahraga yang teratur, terapi perubahan perilaku, penggunaan obat penurun berat badan, serta tindakan operasi. Terapi obesitas melalui dua tahap, yaitu tahap pertama penilaian beratnya obesitas serta penyakit lain yang menyertai, tahap kedua menurunkan berat badan serta tindakan terapi lain untuk mengatasi penyakit penyerta. Jadi, sebenarnya penatalaksanaan obesitas tidaklah sesederhana menurunkan berat badan. Tujuan akhir tetap adalah menjaga kesehatan. Mungkin saja berat badan turun secara cepat, tetapi jika akibat penurunan cepat tersebut timbul gangguan kesehatan, tentu tidak kita inginkan.Motivasi pasien amat penting untuk penatalaksanaan obesitas. Pemahaman mengenai bahaya obesitas terhadap kesehatan dapat merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan motivasi untuk menurunkan berat badan. Pengalaman masa lalu, kegagalan dalam menurunkan berat badan, atau berat badan berhasil turun namun meningkatkan kembali juga memengaruhi motivasi pasien. Dukungan keluarga dan teman sudah tentu juga akan meningkatkan motivasi. Nah, kepedulian keluarga Anda untuk memperoleh berat badan normal merupakan modal yang bagus. Tinggal melakukan identifikasi berbagai kebiasaan yang kurang mendukung, termasuk makan di restoran serta hobi istri memasak. Anda dan keluarga tentu dapat meneruskan kebiasaan tersebut, tetapi dengan kesadaran akan tetap memelihara berat badan yang normal. Tujuan penatalaksanaan obesitas adalah menurunkan berat badan menuju berat badan ideal serta menjaga agar berat badan normal yang telah tercapai tidak meningkat kembali. Kita juga perlu menetapkan waktu yang rasional dalam menurunkan berat badan. Untuk menurunkan berat badan sekitar 10 persen diperlukan waktu sekitar 6 bulan. Seorang yang IMT-nya sekitar 27 sampai 35, jika mengurangi masukan kalori 300 sampai 500 kal per hari, berat badannya akan menurun sekitar 2 kilogram dalam sebulan. Setelah mengalami penurunan secara teratur dalam 6 bulan, biasanya penurunan menjadi kecil dan penurunan berat menjadi mendatar. Jika kebiasaan makan tetap dipertahankan, akan terjadi lagi penurunan berat badan. Jadi, untuk menurunkan berat badan perlu tekun dan sabar. Saya berharap Anda sekeluarga akan mampu mencapai berat badan normal dalam rangka memelihara kesehatan keluarga.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000