Kenapa IHSG Bisa Drop
Baru-baru ini, Indeks Harga Saham Gabungan mencapai level tertinggi di atas 5.900 dan merupakan level tertinggi dari semua IHSG yang ada setelah Bursa Efek Indonesia berdiri. Tetapi, setelah mencapai puncak, IHSG mengalami penurunan. Kenapa naik IHSG di pertengahan tahun? Timbul pertanyaan, kok, bisa turun, ya, kenapa tidak naik terus.
Untuk membahasnya, terlebih dahulu dibahas mengapa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sampai kepada puncaknya karena selalu IHSG akan menuju kepada puncak yang berikutnya. Kenaikan IHSG dipengaruhi beberapa faktor yang cukup signifikan.
Walaupun bisa diuraikan beberapa banyak faktor, pada uraian ini cukup hanya tiga faktor yaitu: pertama, adanya informasi bahwa fundamental perusahaan akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, bahkan mengalami kenaikan ke tahun berikutnya. Artinya, laba bersih perusahaan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dan mengakibatkan harga saham mengalami kenaikan. Harga saham meningkat akibat laba bersih mengalami peningkatan sesuai dengan rumusan yang diperkenalkan kelompok teori penilaian harga saham. Kenaikan laba bersih ini belum terjadi, tetapi harga saham sudah mengalami kenaikan karena para pihak yang bertransaksi di bursa berpikir ekspektasi pada masa mendatang. IHSG sering disebut dengan leading indicator economics.
Kedua, situasi politik dianggap para pihak mengalami stabilisasi pada tahun mendatang walaupun dua tahun ke depan merupakan tahun politik bagi Indonesia. Tahun 2018 merupakan waktu pemilihan gubernur dan bupati, sedangkan tahun 2019 merupakan pemilihan presiden. Stabilnya politik memberikan indikasi kepada investor akan keamanan investasi yang dilakukannya pada negara yang diinvestasikan.
Ketiga, adanya aliran dana segar ke Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat terjadi kenaikan IHSG. IHSG tidak mungkin mengalami kenaikan apabila tidak ada dana segar yang masuk. Bahkan, IHSG akan turun jika ada dana yang berpindah dari bursa saham tersebut. Besaran perpindahan dana yang mengakibatkan IHSG mengalami kenaikan atau penurunan belum dapat informasi karena belum didapat hasil empiris mengenai hal tersebut. Bursa Efek Indonesia diharapkan membuat kajian atas fenomena ini agar bisa kebijakan yang bisa diambil dalam membuat bursa menjadi stabil.
Turunnya IHSG
Kembali ke pertanyaan inti, mengapa IHSG mengalami penurunan setelah mencapai puncaknya. Ada beberapa faktor yang membuat IHSG mengalami penurunan setelah puncaknya yaitu: Pertama, liburan yang panjang membuat para pihak mencoba membeli kembali saham tersebut dan mengejar kenaikan harga saham, tetapi kenaikan ini dimanfaatkan para pemain pasar yang ingin mencari untung dari kenaikan tersebut. Umumnya, pembelian saham dilakukan investor asing yang belum sempat membeli saham sebelum lebaran pada akhir Juni 2017.
Kedua, adanya profit taking yang dilakukan investor atas saham yang dimiliki. Pada akhir tahun 2016, IHSG ditutup pada level 5296 di mana IHSG ini mengalami kenaikan dari IHSG tahun 2015 sebesar 15,32 persen dan merupakan tertinggi kelima di bursa dunia dan nomor dua tertinggi di Asia. Nilai IHSG pada level tertinggi di level 5910 dan dibandingkan dengan akhir tahun lalu sebesar 5296 maka telah terjadi kenaikan sebesar 11,59 persen dan jika disetahunkan bisa mencapai sekitar 23 persen.
Pertumbuhan IHSG yang hanya enam bulan sudah menghasilkan pertumbuhan yang cukup tinggi dan apabila dibandingkan dengan investasi lain sehingga investasi di bursa saham sudah cukup menggembirakan. Akibatnya, bisa dikatakan bahwa investasi di Bursa Saham Indonesia merupakan investasi yang terbaik dibandingkan yang lain.
Ketiga, investor ingin merealisasikan keuntungan yang sebesar 11,59 persen selama enam bulan tersebut. Bila keuntungan yang dihasilkan hanya merupakan catatan saja belum menjadi uang bagi investor yang melakukan investasi. Catatan tidak penting bagi pemilik dana, tetapi realisasi sangat penting sehingga investor melakukan penjualan untuk mendapatkan dananya. Realisasi yang dilakukan membuat penjualan sehingga harga saham mengalami penurunan.
Keempat, adanya kebutuhan dana akibat baru selesainya Lebaran. Investor yang melakukan Lebaran banyak mengeluarkan dana selama Lebaran. Akibatnya, dibutuhkan dana baru untuk keperluan lain-lain yang selama ini dipergunakan untuk Lebaran. Saham merupakan cara cepat mendapatkan dana karena dalam tiga hari bisa menjadi uang dan mengingat harga saham sudah mengalami kenaikan yang tinggi.
Kelima, adanya kepercayaan dari para pihak investor menyatakan bahwa IHSG ini tidak mungkin mengalami kenaikan lagi karena telah terjadi kenaikan yang tajam. Kepercayaan ini sangat didominasi oleh pemain pasar yang telah berpengalaman bertransaksi di bursa. Kenaikan berikutnya harus didorong kenaikan dana segar ke bursa. Dana segar ke bursa kelihatan tidak terus mengalami kenaikan yang tajam. Bila ingin menaikkan bursa, harus ada dana segar yang masuk seperti diuraikan sebelumnya.
Keenam, penurunan IHSG tidak terlepas dari natural event di mana IHSG dianggap sudah menuju gelembung harga (bubble price), akibatnya perlu menurun sebentar. Seperti seseorang yang telah mengalami kegemukan, maka perlu dikurangi agar jangan cepat kegemukan. Oleh karenanya, setiap ada kenaikan yang tajam pasti ada sebuah penurunan yang temporer untuk membuat pasar itu menuju ke sebuah keseimbangan yang alami.
Penurunan ini juga merupakan kebutuhan pasar untuk membuat pasar supaya bergairah lagi kembali karena para pihak yang telah melakukan penjualan saham akan masuk kembali bila melihat saham sudah mengalami penurunan yang tidak signifikan. Akhirnya, IHSG yang naik terus juga akan mengalami penurunan dalam rangka mendukung terjadi kenaikan harga saham pada masa mendatang dan membuat semua pihak harus belajar atas kejadian yang telah berlalu. Investor juga perlu diajarkan bahwa kenaikan tidak terus berlangsung, tetapi akan ada temporer penurunannya.