Kecanduan Alkohol
Semula saya merasa alkohol hanya merupakan masalah di negara Barat. Adik laki-laki saya, mahasiswa sebuah universitas swasta, ternyata mengalami ketergantungan terhadap alkohol. Kami sekeluarga memberikan dukungan agar dia dapat lepas dari kecanduan alkohol. Proses ini sudah berjalan tiga bulan lebih dan sampai sekarang kami masih berjuang melawan alkohol.
Adik saya merupakan anak bungsu. Kami tiga bersaudara. Ketika dia lahir, keuangan orangtua kami dalam keadaan baik, berbeda dengan keadaan ketika saya dan kakak saya lahir. Orangtua waktu itu masih berjuang menghidupi kami berdua, membeli susu, dan membayar uang sekolah. Karena keadaan keuangan memungkinkan, orangtua kami menyediakan kebutuhan adik kami dengan lebih baik. Dia sekolah di sekolah terkenal. Sekolah diantar sopir. Dia juga berkesempatan, jika liburan, bepergian baik ke tujuan wisata dalam maupun luar negeri.
Adik bungsu saya ini sebenarnya mempunyai IQ yang tinggi, tetapi dia kurang giat belajar. Dia menamatkan SMU dengan angka secukupnya sehingga dia tidak diterima di universitas negeri. Dia masuk universitas swasta yang biaya pendidikannya mahal. Dia bergaul dengan anak-anak orang kaya sehingga akhirnya ikut gaya hidup anak orang kaya. Malam minggu ke kafe dan baru pulang menjelang pagi.
Ibu saya sudah mulai mengingatkan ayah agar adik yang bungsu ini mengubah gaya hidup, tetapi ayah kurang merespons. Ketika ibu membersihkan kamar adik saya, beliau menemukan botol berisi minuman yang kemudian kami ketahui adalah minuman beralkohol. Adik saya memang sudah berumur 18 tahun sehingga dia dapat membeli minuman beralkohol. Kami tak menyangka bahwa dia menyukai alkohol. Kemudian, kami baru menyadari bahwa dia sebenarnya sudah kecanduan alkohol. Ayah merasa amat kecewa dan mulai menyadari bahwa kebebasan yang diberikan kepada adik bungsu ini berujung pada kebiasaan yang mengganggu kesehatan.
Ayah mengajak adik saya bicara secara serius dan adik saya berjanji tak minum alkohol lagi. Nyatanya kemudian janji tersebut dilanggar. Mulutnya sering berbau alkohol dan dia mulai susah mengikuti kuliah. Dia selalu pulang malam dan bangun tidur baru pukul 10.00. Prestasi belajarnya merosot tajam dan dia terancam dikeluarkan dari kuliah. Kami sekeluarga mulai menyadari bahwa masalah alkohol ini memerlukan bantuan profesional.
Adik saya dibawa berkonsultasi ke dokter psikiater. Untunglah dia menurut dan mau berkonsultasi secara teratur. Sekarang dia menjalani sesi konseling dua minggu sekali. Dia harus lebih banyak di rumah, pergaulan dengan teman lama diputus. Kami juga lebih sering berkumpul bersama di rumah dan berupaya memberi dukungan terhadap adik bungsu yang sedang berjuang melawan kecanduan alkohol.
Saya belum mengetahui apakah masalah alkohol sudah merupakan masalah serius di negeri kita. Saya sendiri sudah punya pacar, dia tak merokok dan saya berharap dia bebas alkohol. Apakah adik saya akan dapat bebas alkohol dan bagaimana caranya agar dia tak jatuh kembali ke kebiasaan minum alkohol?
N di J
Sekitar 9 persen laki-laki dan 4 persen perempuan di Amerika Serikat mempunyai kebiasaan minum alkohol. Di negeri kita, jumlahnya jauh lebih sedikit karena agama Islam mengharamkan minum alkohol. Meskipun demikian, di kota besar sudah mulai banyak remaja yang mengonsumsi alkohol, biasanya pada waktu pesta. Mereka disebut peminum sosial (social drinker). Mereka minum alkohol untuk pergaulan.
Kebiasaan minum alkohol sekali-sekali dapat berubah menjadi kebiasaan rutin, bahkan menjadi ketergantungan terhadap alkohol. Pada tahap permulaan, mereka yang minum alkohol tak menunjukkan gejala yang jelas. Alasan minum alkohol bermacam-macam, mulai dari merayakan suatu keberhasilan sampai minum alkohol untuk lari dari persoalan.
Konsumsi alkohol di pedesaan ternyata juga meningkat. Pada malam minggu biasanya ada organ tunggal di desa dan tak jarang acara organ tunggal ini disertai dengan pesta minum alkohol. Alkohol dapat mengubah kebiasaan hidup dan memengaruhi berbagai organ tubuh, bahkan meningkatkan risiko terkena kanker. Karena harga alkohol yang cukup mahal, remaja desa mengoplos sendiri alkohol dicampur dengan berbagai bahan yang membahayakan kesehatan. Sudah banyak remaja di desa yang meninggal akibat alkohol oplosan ini.
Mereka yang mulai minum alkohol dapat semakin banyak minum atas berbagai alasan. Kemudian, minuman apa saja mulai dicampur dengan alkohol, misalnya makan buah dicampur alkohol. Sering juga peminum menyembunyikan botol alkohol agar kebiasaan minumnya tidak diketahui keluarga. Peminum juga mungkin tidak mengakui ketergantungan terhadap alkohol.
Peminum alkohol mungkin mengalami depresi, mudah cemburu, bahkan dapat mengalami paranoid. Prestasi belajar atau bekerja akan terganggu. Kemampuan untuk memusatkan pikiran menurun. Secara fisik, mukanya kemerahan dan tangannya mungkin akan sering gemetar.
Alkohol dapat merusak sistem organ tubuh kita. Gangguan fungsi hati dapat menjurus ke sirosis hati. Di Amerika Serikat, sekitar 20 persen pecandu alkohol dapat mengalami sirosis hati. Alkohol juga dapat memengaruhi lambung, jantung, dan otak.
Di sisi lain, janin dari perempuan hamil yang kecanduan alkohol berisiko mengalami cacat dan keterbelakangan mental. Bahaya ketergantungan alkohol yang juga patut diperhatikan adalah kecelakaan lalu lintas. Sering kali mereka yang kecanduan alkohol memaksakan diri mengemudikan kendaraan dan situasi ini mengundang kecelakaan yang dapat membahayakan dirinya ataupun orang lain.
Bagaimana pengobatan dan pencegahannya? Dokter akan melakukan pemeriksaan komprehensif menyangkut pemeriksaan fisik, psikis, dan psikososial. Dilakukan penilaian terhadap situasi keluarga, kuliah atau pekerjaan, dan berbagai masalah yang sedang dihadapi. Terapi tergantung dari beratnya adiksi. Lama pengobatan
juga berbeda dari satu pasien ke pasien lain.
Biasanya jika adiksi alkohol cepat diketahui dan dilakukan intervensi, kemungkinan untuk pulih lebih besar. Di samping pertolongan profesional, dukungan keluarga juga penting. Di Indonesia juga terdapat lembaga swadaya masyarakat yang memberikan dukungan terhadap mereka yang adiksi alkohol. Nama lembaga ini adalah Alcoholics Anonymous (ponsel 0812 192 6929 Matt/0878 8287 9262 Mona-website http://www.aa-indonesia.org). Lembaga ini berpengalaman mendampingi mereka yang adiksi alkohol ataupun keluarganya.
Nah, pengalaman keluarga Anda dapat menjadi pelajaran bagi keluarga Indonesia lainnya. Adiksi alkohol sudah mulai menjadi masalah di negeri kita meski belum sesering di negara Barat. Kebiasaan minum alkohol dapat berkembang menjadi adiksi.
Jika sudah terjadi adiksi, upaya melepaskan diri dari adiksi tidaklah mudah. Perlu waktu lama, perjuangan dari yang mengalami adiksi, dan dukungan keluarga. Sudah tentu upaya pencegahan terbaik adalah menjauhi alkohol. Untuk remaja, pilihlah situasi dan teman yang tidak memudahkan Anda terjerumus ke kebiasaan minum alkohol yang dapat berkembang menjadi ketergantungan pada alkohol.
Seperti adiksi terhadap narkotika, adiksi terhadap alkohol juga dapat memengaruhi prestasi belajar atau bekerja dan dapat mempermudah seseorang terjerumus ke tindak kriminal. Saya berharap adik bungsu Anda mengalami pemulihan sehingga dapat melanjutkan kuliah. Semoga keluarga Anda semua dapat mengamalkan gaya hidup sehat dan bersih.