Perencanaan keuangan adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan beberapa tahapan. Sebelum dapat menabung dan berinvestasi, maka langkah paling mendasar adalah membuat adanya penghasilan yang bisa disisihkan. Berdasarkan pengalaman saya sebagai perencana keuangan di ZAP Finance, masalah utama yang banyak menghambat keluarga untuk berencana dengan baik adalah problematika dengan gaya hidup.
Tak bisa dimungkiri, memiliki gaya hidup tinggi adalah penyakit yang hingga sekarang belum ada obatnya, terutama untuk Anda yang tinggal di kota besar. Susah sekali untuk tidak mengikuti perkembangan gaya hidup. Menurut saya, besaran penghasilan tidak berhubungan dengan kaya atau miskinnya seseorang. Namun, penghasilan akan memengaruhi gaya hidup yang dapat dibeli. Jika berkaca pada kondisi 20 tahun lalu, kepemilikan gawai merupakan sebuah kemewahan. Akan tetapi, pada tahun 2017 ini, gawai sudah menjadi bagian dari cara hidup seseorang sehingga timbul biaya hidup yang baru.
Saat penghasilan terbatas, tetapi pengeluaran seperti tak ada habisnya, maka melakukan prioritas dalam pengeluaran menjadi suatu keharusan. Ada beberapa tips dalam prioritas pengeluaran rumah tangga.
Pertama, prioritas pengeluaran rumah tangga. Setiap rumah tangga sebaiknya melakukan skala prioritas pengeluaran berdasarkan pos yang utama, diperlukan, dan sebaiknya ditunda atau dihindari. Pengeluaran utama contohnya adalah belanja dapur dan pengeluaran listrik. Kewajiban untuk membayar cicilan pinjaman juga menjadi hal yang diutamakan. Pinjaman yang diutamakan adalah yang bersifat produktif seperti pinjaman rumah dan pinjaman usaha. Jumlah cicilan per bulan idealnya di bawah 30 persen dari penghasilan bulanan. Apabila sudah melebihi angka tersebut, sebaiknya pembelian berikutnya ditunda terlebih dahulu. Alternatifnya adalah menjual barang yang telah dibeli dengan utang yang konsumtif tersebut.
Berikutnya adalah pengeluaran yang diperlukan. Contohnya, pengeluaran untuk biaya kesehatan. Sementara pengeluaran yang bisa ditunda misalnya biaya asisten pribadi, tergoda promosi penjualan, dan boros listrik.
Kedua, prioritas pengeluaran anak. Pengeluaran utama contohnya biaya makanan dan pakaian anak. Pengeluaran penting contohnya biaya sekolah dan biaya mainan anak. Adapun pengeluaran tambahan adalah biaya les anak, hiburan anak, serta biaya barang elektronik untuk anak. Semakin banyak tanggungan yang dimiliki, maka dampaknya adalah semakin besar persentase penghasilan yang harus dialokasikan.
Ketiga, prioritas pengeluaran untuk masa depan. Hidup tidak hanya untuk hari ini saja, tetapi juga harus dipersiapkan untuk masa depan, terutama saat sudah tidak produktif. Oleh karena itu, investasi untuk masa pensiun harus masuk dalam skala prioritas. Pada umumnya, seorang karyawan memiliki tabungan untuk masa pensiun dalam bentuk program Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan dan juga program Dana Pensiun Lembaga Keuangan dari perusahaan. Umumnya dua program ini memaksa seorang karyawan untuk menyisihkan hingga 10 persen dari penghasilan pokoknya. Jika memang bisa, ada baiknya untuk menambah lagi investasi secara pribadi hingga 20 persen dari penghasilan.
Keempat, prioritas pengeluaran transportasi. Untuk menjaga pengeluaran transportasi agar masih di kisaran 5 persen dari penghasilan bulanan, sebaiknya dipikirkan secara matang sebelum membeli kendaraan. Apakah keluarga perlu membeli kendaraan pribadi atau misalnya dapat menggunakan transportasi umum. Selain itu, dievaluasi juga antara harga kendaraan dibandingkan fungsinya. Salah satu dampak pembelian kendaraan adalah penambahan biaya konsumsi bahan bakar serta biaya perawatannya.
Kelima, prioritas pengeluaran pribadi. Berdasarkan riset, ternyata rata-rata orang hanya menggunakan 21 persen dari barang yang dia beli. Dengan demikian, sebelum menjadi boros dalam pengeluaran pribadi, sebaiknya dipikirkan secara matang sebelum melakukan pembelian?
Keenam, prioritas pengeluaran rekreasi. Sesungguhnya untuk pengeluaran rekreasi dan hiburan keluarga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pengeluaran yang rutin mingguan dengan pengeluaran yang sifatnya tahunan. Hiburan rutin contohnya biaya nonton bioskop dan biaya makan di restoran. Untuk kebutuhan hiburan rutin, alokasi pengeluaran yang ideal sekitar 5 persen dari penghasilan rutin. Adapun pengeluaran untuk hiburan tahunan contohnya biaya liburan besar. Untuk kebutuhan ini, seseorang sebaiknya mengambil alokasi dari penghasilan bonus atau melakukan proses menabung setiap bulan.
Ingatlah bahwa uang sedikit pasti cukup untuk biaya hidup, sedangkan uang sebanyak apa pun pasti tidak cukup jika untuk gaya hidup. Komitmen kuat untuk mencapai tujuan keuangan yang menjadi prioritas dalam keluarga harus diikuti dengan disiplin keuangan yang baik. Live a beautiful life!