Diplomasi Makarim untuk Palestina
Diplomasi Makarim untuk Palestina
Penyelesaian konflik Palestina-Israel melalui jalur diplomasi sangat pelik. Sikap keras dan non-kooperatif pihak Israel menjadi kendala yang dihadapi berbagai misi perdamaian. PBB berkali-kali mengirim utusan khusus untuk Palestina. Namun, izin bagi para utusan untuk masuk wilayah Palestina selalu kandas. Bahkan Prof Richard Falk, salah satu utusan PBB, warga negara AS keturunan Yahudi, ditangkap di Bandara Tel Aviv, ditahan di kantor imigrasi Israel, lalu dideportasi.
Peliknya misi ini juga dialami Dr Makarim Wibisono, diplomat senior Indonesia, yang mendapat mandat secara aklamasi sebagai Pelapor Khusus PBB untuk Palestina tahun 2014. Rentetan karier diplomatik sebagai Ketua G-77 di New York, Presiden ECOSOC, dan Ketua Misi ECOSOC untuk Haiti, tak menjamin kemudahan membuka pintu Gaza. Berbagai cara telah dilakukan agar mendapat akses masuk ke Palestina, tetapi hingga akhir jabatannya di tahun 2016, izin tersebut tak kunjung didapat.
Kiprah perjuangan Makarim ini tertuang dalam buku Diplomasi untuk Palestina (LP3ES, 2017). Rangkaian kronologis tentang awal mula penunjukan dirinya sebagai wakil PBB hingga segala upaya yang dilakukan untuk masuk ke Palestina dikupas tuntas.
Meski tak berhasil masuk wilayah Palestina, Makarim berhasil menyelidiki dan melaporkan pelanggaran HAM yang dialami rakyat Palestina. Menurut Makarim, persoalan HAM menjadi kunci dan mendesak diselesaikan. Persoalannya, sudah tidak terhitung berapa banyak resolusi dan laporan PBB terkait Palestina. Namun, sejak awal konflik pada tahun 1967, semua resolusi tersebut berakhir dengan pengabaian Israel. (IGP/LITBANG KOMPAS)
Potensi Medsos dalam Perencanaan Kota
Kota yang baik memiliki karakteristik selalu mengakomodasi kebutuhan masyarakatnya. Oleh sebab itu, dalam konteks pembangunan kota, proses interaksi antara perencana kota dan masyarakat menjadi sebuah keharusan. Peluang bagi keduanya untuk saling berinteraksi sejatinya sangat dimungkinkan dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, khususnya kehadiran media sosial (medsos). Medsos dapat menjadi salah satu instrumen bagi perencana kota untuk menangkap aspirasi dan permasalahan kota yang kompleks dari masyarakatnya.
Ridwan Sutriadi, dalam bukunya yang berjudul Media Sosial dan Perencanaan Kota (Penerbit ITB, 2017), menangkap potensi medsos tersebut bagi proses perencanaan kota. Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITB itu menjelaskan bahwa media sosial berfungsi sebagai sensor pemangku kepentingan, khususnya bagi warga kota untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan bagi terciptanya suatu kota cerdas. Bagi perencana kota sendiri, konten yang tersaji dalam media sosial merupakan data dan informasi berharga bagi proses perencanaan kota yang bersinergi dengan karakter warganya.
Meskipun demikian, penggunaan data dan informasi dari medsos bukan tanpa masalah. Maraknya berita bohong atau hoaks menjadi salah satu tantangan para perencana kota.
Masalah lainnya adalah kesenjangan digital (digital divide), suatu hal yang menggerus potensi pemanfaatan medsos bagi perencanaan dan pembangunan kota. Menghadapi berbagai tantangan tersebut, peningkatan kompetensi, etika, dan kemampuan inovasi semua pemangku kepentingan menjadi penting untuk selalu dilakukan. (AEP/LITBANG KOMPAS)