Gaya dan cara berpakaian seseorang merupakan sebentuk ”bahasa” sekaligus manifestasi diri. Namun, di tengah tatanan masyarakat yang mengaku kian modern, perempuan masih terjerat dalam kendali.
Oleh
Riana A Ibrahim
·4 menit baca
Gaya dan cara berpakaian seseorang merupakan sebentuk ”bahasa” sekaligus manifestasi diri. Namun, di tengah tatanan masyarakat yang mengaku kian modern, perempuan masih terjerat dalam kendali. Tak jarang enggan berekspresi dan mengeksplorasi sesuai jati diri karena cemas dengan stigma, bahkan diskriminasi.
Lewat tema besar ”Fly for Freedom” yang menjadi pergelaran pembuka Fashion Nation XIV di Senayan City pada 12 Maret 2020, Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese mendobrak batasan. Perempuan semestinya bebas dari belenggu dalam mengaktualisasi dirinya, termasuk melalui penampilannya.
”Kita tahu banyak perempuan yang tak berani menampilkan jati dirinya karena tekanan sosial, budaya, politik, dan agama. Karya ini coba memberikan sesuatu untuk mendukung perempuan menjadi dirinya sendiri sehingga mereka dapat menyuarakan yang sesuai dirinya tanpa dibatasi pendapat,” ujar Seba, panggilan akrab Sebastian Gunawan.
Mode memang bukan hanya soal merancang dan menelurkan koleksi. Seba dan Cristina meyakini betul hal ini. Mereka tak main-main dalam memilih tema agar mampu memberikan pesan juga kepada masyarakat.
”Saya berharap semua perempuan yang melihat koleksi ini terinspirasi untuk lebih percaya diri dan terbuka dalam mengekspresikan dirinya dalam beragam bentuk, baik warna maupun siluet,” kata Seba.
Pergerakan terhadap hak dan kebebasan perempuan melalui mode sudah bergulir dalam tiap dekade sejak awal abad ke-20. Salah satunya, tren perempuan yang tak lagi tabu mengenakan celana atau berdandan dengan rasa maskulin sebagai bentuk kesetaraan. Tren ini pun hidup lagi dengan modifikasi pada era 70-an, yang kemudian kembali populer saat ini.
Tampilan rok di atas lutut juga bagian dari revolusi mode yang menegaskan tentang derajat perempuan di akhir 60-an hingga berlanjut pada masa 80-an. Pada masa itu, tabrak berbagai warna terang dengan berani turut pula memenuhi kolase mode seiring dengan semangat flower generation.
Ragam tren yang pernah mengemuka di berbagai belahan dunia ini turut menjadi inspirasi bagi Seba dan Cristina dalam 36 tampilan pada koleksi yang disuguhkan di landas peraga Fashion Nation XIV.
Sentuhan Seba yang bercita rasa adibusana tetap melekat dalam aneka gaun yang ditampilkan malam itu.
Dibuka dengan seorang peragawati yang melenggak-lenggok mengenakan one shoulder dress berwarna biru muda. Gaun mini di atas lutut itu berbahan taffeta dengan sebagian lengannya dibentuk rimpel besar. Tampilan seluruh model kali ini pun terlihat bersih dan sederhana dengan cepol rambut yang sama.
Selanjutnya, disusul tampilan dengan bahan taffeta hijau limau pada jumpsuit dengan lingkar bawah celana yang lebar dipadu dengan sarung tangan panjang berwarna ungu dan aksesori topeng berbentuk burung. ”Ini sebagai lambang bahwa mereka bisa melihat kebebasan seperti burung yang terbang di alam bebas,” ujar Seba.
Tak hanya menyulap taffeta, Seba juga mengolah material lain, seperti organdi, brokat, tulle, hingga sequin. Mengusung semangat kebebasan seperti yang pernah ditularkan pada geliat mode era 60-an hingga 80-an, warna terang dengan padu-padan saling tabrak sebagai pemberi kesan berani, segar, dan dinamis menjadi pilihannya.
Warna biru muda, ungu, hijau limau, kuning, oranye muda, merah, merah muda, emas, monokrom, hingga motif bunga dan daun berpadu dalam koleksi kali ini. Dominasi gaya one shoulder diterapkan tidak hanya pada jumpsuit, tetapi juga pada sebagian besar gaun. Meski begitu, Seba tetap menawarkan gaun dengan lengan tertutup dengan detail gelembung pada bagian atas siku hingga bahu.
Selain itu, gaun mini dengan siluet balon dengan aksen pita dan detail tumpuk dengan kerah tinggi juga dimunculkan. Pita, bulu, rumbai, dan rimpel mempercantik koleksi ini.
Berbagai gaun dan jumpsuit dipertegas dengan detail pita besar, baik di bagian lengan maupun bagian depan. Begitu pula dengan bulu, rumbai, dan rimpel yang selalu jadi aksen pada bagian lengan layaknya kepakan sayap burung.
Siluet lain dengan potongan leher rendah menyerupai huruf v atau dengan model kemben dituangkan juga dalam sebagian gaun mini yang di
presentasikan di hadapan publik.
”Pengerjaan semuanya ini memakan waktu empat bulan,” kata Seba.
Pertama kali
Kemunculan Seba bersama Cristina dalam ajang tahunan milik Senayan City, yakni Fashion Nation, ini merupakan pertama kalinya. Kontinuitas dari acara yang sudah berlangsung sebanyak 14 kali ini mencuri perhatian Seba.
”Saya juga melihat Fashion Nation berniat terus memajukan dunia fashion Indonesia dengan caranya sendiri. Saya sangat menghargai itu sehingga mau ikutan. Harapan saya, event semacam ini terus ada,” kata Seba.
Fashion Nation yang sedianya digelar hingga 18 Maret 2020 terhenti pada pertunjukan di Minggu, 15 Maret 2020. Eskalasi dari pandemi global Covid-19 membuat sebagian pergelaran harus ditunda, termasuk agenda penutup bertajuk ”Runway Hits”.
Namun sebelumnya, desainer Ria Miranda, jenama Sejauh Mata Memandang, hingga tampilan hypebeast dari Urban Sneakers Society sempat mewarnai panggung.
Kembali pada karya yang dihadirkan Seba, perempuan sudah sewajarnya mampu melepaskan diri dari ikatan yang mengekang, yang membuatnya sulit berkembang untuk menjadi lebih baik. Terbanglah yang tinggi….