Seorang pekerja proyek PLTA Jatiluhur di Jawa Barat tewas karena jatuh ke danau buatan Jatiluhur bersama alat pengeruk tanah yang dijalankannya. Tewasnya pekerja itu menambah jumlah kecelakaan kerja menjadi 12.834 orang, sejak proyek PLTA Jatiluhur dibangun. Di antara 150.000 orang yang pernah bekerja pada proyek Jatiluhur, 27.000 orang mengalami kecelakaan kerja tidak langsung dan 2.100 orang di antaranya meninggal.
Jatiluhur Menelan Banyak Korban
Jika ada ungkapan Waduk Jatiluhur dibangun dengan darah, air mata, dan nyawa, bukanlah dalam arti kiasan, melainkan dalam arti yang sebenarnya. Waduk terbesar di Indonesia yang dibangun dengan membendung Sungai Citarum di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, ini menelan banyak korban luka dan meninggal.
Peletakan batu pertama pembangunan waduk dilakukan Presiden Soekarno pada 1957, sedangkan pengerjaannya dilakukan kontraktor Perancis. Hingga Mei 1967, waduk seluas 8.300 hektar ini mempekerjakan sekitar 150.000 orang dan tragisnya 27.000 pekerjanya mengalami kecelakaan kerja. Dari jumlah itu, 2.100 orang meninggal. Pekerja yang meninggal berusia antara 18 dan 30 tahun (Kompas, 8 Mei 1967).
Meski demikian, ketika mendampingi Presiden Soeharto meresmikan Waduk Jatiluhur pada Sabtu, 26 Agustus 1967, Menteri Perindustrian Dasar, Ringan, dan Tenaga M Jusuf melaporkan, korban meninggal 181 orang dan 30 orang cacat berat. Dari korban meninggal ini termasuk tiga tenaga ahli asal Perancis serta masing-masing seorang tenaga ahli asal Italia dan Indonesia.
Keselamatan kerja saat itu memang menjadi persoalan yang kurang diperhatikan. Di sisi lain, ambisi untuk membangun infrastruktur demi kesejahteraan masyarakat sangat tinggi, sedangkan pengalaman masih sangat minim.
Selain tingginya angka kecelakaan kerja, pembangunan Waduk Jatiluhur atau Waduk Juanda juga menyimpan cerita unik. Ada 325 pekerja asal Eropa, terutama Perancis, yang bekerja dalam pembangunan waduk. Jika ditambah dengan keluarganya, ada sekitar 800 anggota keluarga yang bermukim di sekitar Jatiluhur. Ketika proyek itu selesai, ada 50 bayi warga Perancis yang lahir di kawasan proyek.
Waduk Jatiluhur kini sudah berdiri kokoh. Airnya menghasilkan listrik, irigasi untuk sekitar 240.000 hektar sawah di pantura, serta pengendali banjir. Selain itu, air waduk juga dimanfaatkan untuk menyuplai bahan baku air bersih bagi warga Jakarta, budi daya ikan melalui jaring terapung, dan pariwisata. Sesekali, boleh juga berwisata menikmati kemegahan Waduk Jatiluhur. (THY)