Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin memberikan kesempatan kepada para pengusaha mendirikan tempat rekreasi bagi muda-mudi. Tempat itu dimaksudkan sebagai pusat kegiatan muda-mudi untuk berekreasi, seperti tempat dansa, diskotik, dan kuliner. Menurut Ali, hiburan cukup dengan piringan hitam stereo. Siapa saja yang berminat mendirikan tempat hiburan akan diberi izin.
Sejak Dulu Muda-mudi Mendapat Perhatian
Istilah muda-mudi pernah demikian sering disebut dan menjadi perhatian besar pemerintah, khususnya pemerintah DKI. Seperti tercatat dalam arsip, gubernur ketika itu menaruh perhatian terhadap tempat rekreasi muda-mudi.
Jika dirunut, masih ada lagi sejumlah perhatian yang diberikan bagi mereka yang tergolong muda, yaitu penyelenggaraan malam muda-mudi pada setiap perayaan hari jadi Jakarta. Semua orang seperti menanti datangnya acara setahun sekali ini yang ditandai dengan penutupan Jalan Sudirman-Thamrin sepanjang malam. Panggung hiburan yang disediakan relatif sederhana jika dibandingkan dengan panggung-panggung pertunjukan yang sering kita saksikan sekarang. Akan tetapi, momen malam muda-mudi mempunyai makna yang sangat istimewa.
Rupanya pemerintah menyadari betul perlunya saluran bagi orang muda, bagi remaja. Pada tahun 1970-an itu, lahir organisasi karang taruna yang menjadi wadah muda-mudi di luar sekolah dan keluarga. DKI dipilih menjadi proyek percontohan organisasi lingkungan ini. Menurut AD/ART-nya karang taruna merupakan tempat curahan bagi muda-mudi dalam segala macam kegiatan olahraga, seni/drama kerja sosial, dan kegiatan lainnya.
Sebelumnya, pada 1969 Jakarta sudah mempunyai pusat kegiatan untuk remaja yang dikenal dengan gelanggang remaja. Hampir sama idenya dengan karang taruna, pemerintah melihat perlu tempat khusus bagi sekitar 600.000 remaja untuk mengembangkan dan menyalurkan bakat serta energi yang sedang meluap.
Tempat kegiatan remaja tingkat wilayah ini pada masanya cukup disambut antusias. Segala aktivitas remaja bisa dilakukan di gelanggang remaja yang mempunyai fasilitas cukup memadai. Bahkan, satu paket dengan gelanggang remaja, di setiap wilayah berdiri kolam renang dengan tarif yang relatif terjangkau warga.
Kendati rezim dan kepala daerah berganti, karang taruna ataupun gelanggang remaja sampai sekarang masih eksis. Namun, di tengah perubahan zaman yang sudah jauh berbeda, rasanya perlu ada ide segar lagi buat kelompok remaja. (RET)