Untuk pertama kalinya Djakarta Racing Management menyelenggarakan pacuan kuda di Gelanggang Pacuan
Kuda Pulo Mas, Jakarta Timur, dengan mendapat perhatian besar penonton. Dalam pacuan saat itu, tidak kurang dari 60 kuda pacu dan joki-joki berpengalaman dari Australia dan Indonesia dilepas dalam tujuh perlombaan untuk jarak 1.100 meter hingga 1.400 meter.
Hebohnya Pacuan Kuda
Sebuah kota satelit ibu kota Jakarta di daerah Pulo Mas, sebelah timur Jakarta, sedang dirancang untuk dibangun. Dalam keterangan persnya, Presiden Direktur Yayasan Perumahan Pulo Mas Darussalam menjelaskan, di areal seluas 400 hektar itu akan dibangun 10.000 unit rumah yang mampu menampung sekitar 50.000 penduduk Jakarta. Pulo Mas juga akan dilengkapi pusat perdagangan, pendidikan, industri, dan tempat rekreasi.
Salah satu tempat rekreasi yang dibangun adalah gelanggang pacuan kuda di atas tanah seluas 75 hektar. Modal untuk pembangunan tahap pertama telah tersedia Rp 150 juta. Pemda DKI membuka kesempatan kepada pihak swasta dan asing untuk bekerja sama membangun gelanggang pacuan kuda dan lapangan golf yang berada di sebelahnya.
Gelanggang tiga lajur itu butuh banyak kuda pacuan. Dalam perhitungan, jika dalam satu minggu diadakan dua hari perlombaan, diperlukan sekitar 500 kuda pacuan.
Untuk mencukupi keperluan itu, pemerintah pusat telah menyetujui impor kuda pacuan dari Australia yang nantinya akan dikembangbiakkan di Indonesia. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin optimistis, berkaca pada pengalaman Jepang yang pernah mengimpor 6.000 kuda pacuan, kini setelah dikembangbiakkan, Jepang mampu mengekspor kuda pacuan.
Keberadaan pacuan kuda ini nantinya akan memberikan efek ekonomi pada Jakarta, seperti berkembangnya industri rakyat pembuatan pelana, penanaman rumput, dan suguhan atraksi yang menarik di sektor pariwisata.
Pada perlombaan yang akan digelar 21 Juni 1971, untuk menjaga mutu lomba, para joki (penunggang kuda) akan didatangkan dari luar negeri dengan kuda pacuan jenis thoroughbred asal Australia. Mutu ini perlu dijaga agar dapat bersaing dengan lomba sejenis di Singapura dan Malaysia. Indonesia sendiri baru memiliki 20 joki yang sedang mengikuti pendidikan khusus untuk memperoleh sertifikat. Gaji tetap joki Rp 200.000 per bulan.
Sabtu, 11 Juni 1971, sekitar 60 kuda pacuan dengan joki berpengalaman dari Australia bertarung dalam tujuh perlombaan untuk jarak 1.100 meter di Gelanggang Pacuan Kuda Pulo Mas. Meskipun pembangunan stadion berkapasitas 50.000 penonton itu belum rampung, hal itu tidak mengurangi animo ribuan warga untuk menyaksikan lomba tersebut. Pokoknya, Pulo Mas heboh! (JPE)