Penumpang gelap naik kereta api meski tidak punya karcis, termasuk anggota ABRI yang tak membayar tiket. Ada pula penumpang liar yang naik kereta barang. Padahal, kereta itu tak boleh membawa penumpang. Mereka sulit ditertibkan karena ada petugas PJKA yang meminta bayaran pada penumpang tersebut untuk kepentingan pribadi. Keterbatasan sarana angkutan juga jadi kendala.
Kereta Api Tak Lagi Kumuh
Menjelang Lebaran, kereta api selalu menjadi obyek foto yang menarik buat fotografer. Di stasiun, misalnya, bisa disaksikan calon penumpang berebut masuk kereta, bahkan berupaya masuk melalui jendela sempit. Belum lagi calon penumpang yang tidur di emperan stasiun, menunggu dibukanya loket penjualan tiket. Di dalam kereta, penumpang berjejal hingga ke dalam toilet.
Namun, itu dulu. Kini kondisi kereta api sudah jauh berbeda. Kereta api kini identik dengan kebersihan, kenyamanan, dan ketepatan waktu, terutama untuk kereta api jarak jauh.
Semua ini tidak terlepas dari tangan dingin Ignasius Jonan yang dilantik menjadi Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia pada 25 Februari 2009. Setelah dilantik, ia langsung melakukan pembenahan manajemen, perubahan strategi, dan budaya perusahaan, serta melakukan investasi di beberapa bidang, seperti pembelian lokomotif dan gerbong baru, serta membangun jalur ganda. Penjualan tiket juga dilakukan secara online (daring) sehingga menghilangkan peran calo tiket.
Terhadap sekitar 22.000 pegawai juga secara selektif dilakukan pelatihan ulang disertai sistem meritokrasi. Di sisi lain, pendapatan pegawai dinaikkan beberapa kali lipat.
Hasilnya memang sangat menakjubkan. PT KAI yang pada 2008 masih merugi Rp 80 miliar, pada 2009 sudah untung Rp 153 miliar, kemudian pada 2015 untung Rp 943 miliar, dan pada 2016 keuntungan naik lagi menjadi Rp 1 triliun. Pada 2017 dari pendapatan Rp 17 triliun, PT KAI meraih laba Rp 1,4 triliun.
Kenaikan laba ini seiring dengan kenaikan jumlah penumpang. Jika pada 2008 jumlah penumpang kereta api 194 juta, pada 2016 menjadi 352 juta penumpang dan pada 2017 naik lagi menjadi 389 juta penumpang.
Sejumlah inovasi terus dilakukan PT KAI. Selain menyediakan kereta api premium dan kereta api tidur untuk kereta jarak jauh, juga kereta api ekonomi dibuat semakin nyaman bagi penumpang.
Kini sapaan ramah berbahasa Indonesia, Inggris, dan bahasa daerah akan terdengar saat penumpang tiba di stasiun tujuan. Kereta api kumuh kini tinggal cerita. (THY)