Jakarta sebagai kota metropolitan terus berbenah diri seiring perkembangan kota di dunia tahun 1970-an. Berbagai sarana dan prasarana disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satunya adalah sarana hiburan bertaraf internasional di Ancol, sebuah drive-in cinema yang pertama di Indonesia. Di negara besar seperti Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara di Eropa, hal itu sudah ada sejak tahun 1930-an. Di Sydney, misalnya, dengan jumlah mobil 1,5 juta unit, terdapat 12 tempat drive-in yang masing-masing dapat menampung 700 mobil.
Drive-in cinema dibangun di atas lahan seluas 5 hektar yang mampu menampung 800 mobil dan 400 tempat duduk. Layarnya terbuat dari kayu dan dipancangkan setinggi 8 meter di atas tanah. Ukuran layarnya 19 meter x 40 meter. Proyektornya berukuran 35 milimeter (mm) dan 70 mm, buatan Toshiba, dan impor dari Jepang. Kualitas gambarnya masih jelas meski ditonton dari jarak terjauh, 200 meter.
Orang bisa menonton film dari dalam mobil. Dialog dalam film disalurkan lewat dua pengeras suara yang tergantung di tiang samping tempat parkir mobil. Jika tidak berada di dekat tiang, suaranya lirih sehingga kita seperti menonton film ”bisu”.
Tempat parkir mobil sekaligus berfungsi sebagai tempat duduk. Mobil diparkir di atas lapisan aspal bergelombang dan mengarah ke layar. Pengaturan parkirnya sedemikian rupa agar masuk-keluar kendaraan tidak saling mengganggu. Truk dan pikap tidak boleh masuk. Sebuah rumah makan dan snack bar juga tersedia di kawasan drive-in (Kompas, Sabtu, 2/5/1970, halaman 2).
Menonton film drive-in juga cocok untuk satu keluarga. Letaknya yang berada di kawasan pantai membuat penonton bisa menikmati hawa laut yang segar. Tiap malam digelar pertunjukan film mulai dari pukul 19.00 sampai tengah malam. Penonton cukup membeli satu karcis untuk film yang diputar terus-menerus, bisa satu atau lebih film. Saat film diputar, pengunjung bisa bebas masuk-keluar. Harga karcisnya berkisar Rp 100 sampai Rp 500.
Seiring waktu, menonton di drive-in mendapat saingan dengan menjamurnya bioskop, video, dan televisi. Akhirnya, teater mobil itu pun ditutup pada Februari 1988. (JPE)