Para pemimpin ASEAN berfoto bersama dalam pembukaan Pertemuan Kepala Negara-negara Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN Summit) di Singapura, Sabtu (28/4/2018).
Usia 51 tahun bisa dikategorikan tua, tetapi kalau disejajarkan dengan organisasi regional lain seperti Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) jadi relatif muda. Di belahan Benua Amerika ada Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) yang berdiri sejak 1948 (70 tahun). Sementara jika dibandingkan dengan kelompok Uni Eropa yang tahun ini genap 25 tahun, ASEAN jauh lebih tua.
Lalu, dibandingkan dengan jumlah negara, ASEAN yang kini mempunyai anggota 10 negara terbilang sedikit. UE mempunyai anggota 28 negara, sedangkan OAS mencakup 35 negara. Namun, ASEAN yang terdiri dari Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja melingkupi wilayah dengan jumlah total penduduk lebih dari 600 juta jiwa.
Berbeda dengan UE yang mempunyai undang-undang yang berlaku untuk semua, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN tidak sampai sejauh itu. ASEAN juga tidak sampai memiliki institusi supra seperti dewan, komisi, bank sentral, atau mahkamah sebagaimana yang dimiliki kelompok UE. Bahkan, banyak negara di dalam UE sudah mengintegrasikan mata uangnya menjadi euro. Di bidang lalu lintas orang, UE juga bersatu dalam memberlakukan bebas visa, ditambah lagi di bandara sejumlah negara ada jalur layanan khusus bagi warga berpaspor UE.
Itu semua tak dinikmati warga dari negara yang tergabung dalam ASEAN yang mempunyai moto ”satu visi, satu identitas, satu komunitas”. Satu-satunya kemudahan, warga ASEAN bebas berkunjung 14-30 hari tanpa perlu visa. Akan tetapi, di bidang perdagangan, ASEAN akhirnya bisa membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai digagas tahun 1990-an dan diberlakukan tahun 2015.
Di tengah situasi dunia yang berubah, ASEAN mempunyai sejumlah tantangan yang dulu mungkin tak terbayangkan. Di antaranya isu seputar terorisme, narkoba, juga kultur korupsi yang belakangan ini berkembang. Sebagai organisasi kawasan yang sudah lebih dari ”separuh baya”, eksistensi ASEAN juga belum banyak dipahami masyarakat pada umumnya. Sosialisasi dini melalui kurikulum di sekolah mungkin bisa membantu. (RET)
