Sebenarnya Sir George Thomas meninggal pada 23 Juli 1972 dalam usia 91 tahun. Namun, berita kematiannya itu terlambat diterima media sehingga di Kompas baru dimuat pada 11 Agustus 1972.
Di Indonesia, Thomas dikenal sebagai orang bulu tangkis karena dia lama sekali menjadi Ketua Federasi Badminton Internasional (1934-1955), juara tunggal dan ganda All England sebanyak 21 kali (dari 1906 hingga 1928), empat di antaranya juara beruntun tunggal putra (1920-1923). Selain itu, namanya diabadikan dalam kejuaraan dunia piala beregu putra. Meski demikian, Thomas sejatinya seorang yang multitalenta. Selain berprestasi di bulu tangkis, dia dua kali menjadi juara nasional catur dan cukup berprestasi di cabang tenis. Ia antara lain mencapai perempat final turnamen Wimbledon nomor tunggal (1911) dan semifinal ganda putra (1907 dan 1912).
Perbulutangkisan Indonesia dapat dikatakan tidak dapat dilepaskan dari Piala Thomas. Dengan adanya event kejuaraan itu, Indonesia mendapatkan gengsi tinggi setelah melibas Malaysia dalam final di Singapura pada 1958 untuk merebut gelar pertama kalinya. Tan Joe Hok, Ferry Sonneville, dan kawan-kawan berhasil meruntuhkan negara raksasa meski awalnya hanya dipandang sebelah mata.
Kemenangan itu menjadikan bulu tangkis sebagai olahraga favorit di Indonesia karena gelar dunia yang menyertai Piala Thomas. Bahkan pernah lama populer lagu ”Badminton” ketika olahraga ini sedang dikuasai pebulu tangkis kita.
Tercatat Indonesia mampu jadi juara Piala Thomas 13 kali sekaligus mengantarkan Tan Joe Hok, Rudy Hartono, Liem Swie King, Ardy B Wiranata, dan Heryanto Arbi jadi juara di All England serta Rudy Hartono, Icuk Sugiarto, Joko Supriyanto, dan Heryanto sebagai juara dunia di nomor tunggal, termasuk medali emas Olimpiade yang diraih Susy Susanti, Alan Budikusuma, Ricky/Rexy Mainaky, Tony Gunawan/Candra Wijaya, Taufik Hidayat, Hendra Setiawan/Markis Kido, dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Namun, memang menyedihkan sekaligus. Sebab, sejak terakhir menang pada 2002, Piala Thomas tidak pernah
lagi mampir di Tanah Air, seperti juga pasangannya, Piala Uber. (HCB)