Tahun ini 73 tahun Indonesia merdeka. Setiap peringatan kemerdekaan pada 17 Agustus selalu dibacakan teks proklamasi. ”Ritual” tersebut berlangsung setiap tahun. Pada zaman Soekarno, rupanya naskah yang dibacakan setiap peringatan kemerdekaan adalah naskah salinan. Naskah asli proklamasi justru dibacakan untuk pertama kali pada peringatan 17 Agustus 1967 setelah Soekarno lengser pada Maret 1967. Naskah proklamasi asli itu, yang masih berupa tulisan tangan dan ditandatangani Soekarno-Hatta, diperoleh dari tangan Soekarno.
Naskah proklamasi asli itu dibacakan oleh Jenderal Abdul Haris Nasution, yang kala itu Ketua MPRS. Suara Nasution begitu lantang: ”Proklamasi! Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05”. Naskah itu masih bertarikh Jepang 2605.
Ternyata kata-katanya sedikit beda dengan naskah yang biasa dibacakan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, selama ini menggunakan tahun 1945, bukan tahun Jepang. Naskah yang selama itu dibacakan berbunyi: Proklamasi! Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dll diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17 Agustus 1945.
Pada tahun itu pula bendera pusaka Merah Putih ikut dikibarkan. Harian Kompas, 18 Agustus 1967, menulis bahwa bendera pusaka tersebut ”diambil” dari tangan Soekarno. Mulanya ada keengganan dari Soekarno, tetapi atas desakan empat panglima angkatan, Proklamator yang sudah dalam kondisi lemah itu akhirnya memberikan bendera pusaka tersebut. Dan, tahun itu pengibaran bendera Merah Putih tidak lagi dilakukan oleh gadis-gadis cantik dan pria-pria ganteng, tetapi oleh anggota pramuka yang didampingi empat regu dari RPKAD, KKO, Kopasgat, dan Brimob. Makulmlah, tahun itu Soeharto sudah berkuasa dan Soekarno sudah tak punya daya. (ssd)