Tragedi berdarah ini berlangsung saat Olimpiade Muenchen tahun 1972. Pada pekan kedua pesta olahraga terbesar di dunia itu, 5 September 1972, delapan anggota kelompok teroris ”September Hitam” menyusup ke perkampungan atlet dan menerobos ke apartemen kontingen Israel. Mereka menyandera 11 orang yang terdiri dari atlet, pelatih, dan anggota tim. Dua orang yang mencoba melawan penyandera ditembak mati.
Harian The Telegraph (2/12/2015) mengungkapkan isi dokumen terkait serangan itu yang selama ini disimpan Pemerintah Jerman. Isinya, antara lain, rincian peristiwa penyiksaan secara brutal terhadap atlet angkat besi Yossef Romano dalam penyanderaan itu.
Dalam negosiasi antara penyandera dan otoritas Jerman, sembilan sandera dan delapan teroris diterbangkan ke Bandara Furstenfeldbruck. Mereka diyakinkan akan dinaikkan ke pesawat dan dibawa ke sebuah destinasi di negara Arab. Namun, sebetulnya pihak otoritas berniat menyergap para teroris dan membebaskan semua sandera. Akan tetapi, kalkulasi itu meleset. Terjadi tembak-menembak dan semua sandera kontingen Israel tewas oleh para penyandera. Lima teroris juga tewas dan tiga orang lainnya ditangkap dan dipenjara di Jerman.
Namun, pada tahun yang sama, ketiga anggota September Hitam itu dibebaskan oleh otoritas Jerman sebagai syarat pertukaran dengan pembebasan sandera pesawat Lufthansa yang dibajak oleh anggota kelompok ini. Meski demikian, dua penyandera tewas setelah diburu anggota Mossad beberapa waktu kemudian. Satu orang lainnya, Jamal al-Gashey, sampai saat ini diperkirakan masih hidup di sebuah negara di Afrika.
Tragedi berdarah itu telah mencoreng wajah Pemerintah Jerman yang dua kali menjadi tuan rumah Olimpiade.
Yang pertama adalah Olimpiade tahun 1936 pada saat Adolf Hitler masih berkuasa. Jerman ingin menghapus kenangan buruk Olimpiade itu dengan penyelenggaraan Olimpiade Muenchen yang bertajuk ”Kompetisi Gembira”. Namun, semua upaya itu pupus oleh insiden berdarah September Hitam, yang terus dikenang sampai kini. (MYR)