Kita tak dapat menyusun negara dan tak dapat menyusun masyarakat jika kita tak mengerti soal wanita. Karena itu, wanita dianggap tiang negara,” kata Presiden Soekarno pada suatu kesempatan.
Karena itu, kemampuan wanita Indonesia harus mendapatkan tempat dan diperlihatkan, misalnya di bidang ekonomi. Didirikanlah sebuah toko serba ada (toserba) yang dijalankan oleh sebagian besar pekerja wanita, hampir 60 persen, dan diberi nama Sarinah.
Nama Sarinah berasal dari nama salah seorang pengasuh Soekarno. Segala macam barang dan keperluan warga nantinya bisa diperoleh di Sarinah, toserba pertama di Indonesia, kata Bung Karno. Di tempat itu tersedia 2.388 jenis barang. Pengelolaannya dilakukan secara modern, menggunakan sistem IBM (International Business Machines). Karena itu, pemerintah mengirimkan beberapa orang untuk pelatihan di luar negeri.
Nama Sarinah berasal dari nama salah seorang pengasuh Soekarno.
Senin pagi, 15 Agustus 1966, gedung berlantai 14 di Jalan MH Thamrin, Jakarta, itu diresmikan dengan pengguntingan pita oleh Ny Shinta Suharto, istri Direktur Utama Sarinah, Suharto. Gedung yang dibangun selama 3 tahun itu diresmikan lebih cepat dua hari dari rencana awal, 17 Agustus. Baru beberapa lantai yang difungsikan untuk tahap awal.
Untuk kebutuhan perlengkapan rumah tangga, sayur mayur, daging, dan buah segar dapat diperoleh di lantai bawah. Bahan-bahan makanan itu tersimpan dalam lemari pendingin agar tetap segar.
Buat kaum hawa, lantai 1 bisa menjadi surga karena di tempat ini tersedia peralatan kosmetik, salon kecantikan, aksesori wanita, dan peralatan jahit. Di lantai yang sama juga tersedia kebutuhan kaum pria, seperti aksesori pria, peralatan elektronik dan optik, serta tempat mencukur rambut.
Sejak dibuka, setiap hari Sarinah dibanjiri 20.000 orang dan meningkat jadi 50.000 orang pada Minggu. Hampir 70 persen pengunjung datang untuk berbelanja dengan omzet per hari mencapai Rp 600 juta uang lama. Warga tidak kerepotan untuk mencapai setiap lantai karena disiapkan lift dan eskalator yang merupakan eskalator pertama di Indonesia. (JPE)