Indones, Indones/ Merdeka, merdeka...”. Syair lagu ”Indonesia Raya” itu terpaksa diubah menjadi ”Indones, Indones, mulia mulia...”. Itulah salah satu bentuk perubahan dalam lagu karya WR Supratman tersebut.
Perubahan pada lagu kebangsaan itu juga pernah terjadi dalam hal tempo dan irama. Menurut B Soelarto, salah seorang anggota panitia penyusun naskah brosur lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”, pengubahan tersebut ”terpaksa” dilakukan karena pihak penguasa kolonial Belanda tidak senang dengan lagu itu. Meski terdapat pengubahan, menurut B Soelarto, seperti dikutip harian Kompas, 22 September 1972, esensi dan substansi lagu tetap sama.
”Indonesia Raya” pernah bebas dibawakan sesuai penafsiran setiap pembawa. Hal itu terjadi sebelum pemerintah mengeluarkan Pengumuman Pemerintah yang dimasukkan ke dalam lembaran negara tahun 1958. Di dalamnya disebutkan tentang cara penyajian serta peraturan lain.
Versi vokal ”Indonesia Raya” pertama kali dinyanyikan oleh Dolly Salim dalam sebuah pertemuan pemuda di Jalan Kramat Raya 106 pada 1928. Saat itu, Dolly berusia 15 tahun. Agar terlihat oleh peserta pertemuan, Dolly bernyanyi dengan berdiri di kursi. Dolly Salim adalah putri sulung tokoh pergerakan Haji Agus Salim.
Dolly hafal di luar kepala lagu ”Indonesia Raya” karena lagu itu sudah beredar luas, terutama di kalangan anggota organisasi kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij. ”Bukan karena saya satu-satunya yang pintar nyanyi. Semua kita bisa menyanyi lagu ’Indonesia Raya’. Lagu itu populer di kalangan kami,” kata Dolly Salim Soedjono, seperti dikutip harian Kompas, 31 Oktober 1982.
Lagu ”Indonesia Raya” pertama kali dimainkan WR Supratman dengan biola pada 28 September 1928 di depan peserta Kongres Pemuda II yang berlangsung pada 26-29 September. Versi instrumental ”Indonesia Raya” dimainkan WR Supratman lewat biola yang direkam dalam piringan hitam oleh Firma Tio Tek Hong. Pada 1958 rekaman itu diserahkan kepada negara. (XAR)