Ketika Indonesia sedang mengembangkan Sistem Komunikasi Satelit Domestik di akhir 1970-an, kentungan asal Bali ikut dipamerkan pada Pameran Telekomunikasi Dunia yang berlangsung di Geneva, Swiss, Oktober 1975.
Oleh
·2 menit baca
Ketika Indonesia sedang mengembangkan Sistem Komunikasi Satelit Domestik di akhir 1970-an, kentungan asal Bali ikut dipamerkan pada Pameran Telekomunikasi Dunia yang berlangsung di Geneva, Swiss, Oktober 1975.
Ketika teknologi komunikasi sudah begitu maju, kentungan tetap digunakan sebagai alat komunikasi di beberapa daerah.
Alat berongga yang terbuat dari kayu atau bambu itu, misalnya, mempunyai andil dalam menyukseskan program Keluarga Berencana (KB) pada era 1970-an. Pemerintah daerah di Jawa Tengah, sebagai contoh, menggunakan kentungan sebagai isyarat tanda waktu minum pil KB bagi ibu-bu.
Cara serupa dilakukan di desa-desa Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tiap pukul enam sore, kentungan dipukul sebagai tanda waktu bagi ibu-ibu untuk minum pil antihamil dalam rangka keluarga berencana.
Kentungan juga menjadi perangkat ”ritual” baru dalam acara peresmian. Gubernur Sulawesi Tengah HR Eddy Djadjang Djajaatmadja, umpamanya, pada 1979 memukul kentungan bertalu-talu sebagai penanda penanaman serentak 786 pohon oleh penduduk Desa Tendeadongi, Kabupaten Poso. Kemudian pada April 1980 bunyi kentungan Kyai Swara Gugah dipukul Menteri Penerangan Ali Moertopo menandai diresmikannya gedung tambahan Monumen Pers Nasional di Surakarta. Swara Gugah artinya suara untuk menggugah semangat.
Kentungan dicoba untuk dihidupkan kembali fungsi tradisionalnya di tengah kehidupan modern Ibu Kota, Jakarta, pada 1981. Warga Cipinang Muara melakukan sosialisasi penggunaan kentungan, antara lain sebagai tanda bahaya.
Misalnya, bunyi kentungan titir yang dipukul secara terus-menerus tanpa henti menjadi penanda terjadinya tindak kriminal atau adanya perkelahian.
Sampai sekitar 10 tahun lalu kentungan digunakan warga tiap desa di Kabupaten Gunung Kidul untuk kegiatan ronda. Setiap malam warga desa secara bergiliran berkeliling menjaga keamanan lingkungan. Mereka membunyikan kentungan keliling desa.