Kuman Mycobacterium tuberculosis ditemukan Robert Koch sejak 2 Maret 1882 sehingga diagnosis dan penemuan obat bisa berkembang pesat. Namun, hingga kini tuberkulosis (TBC) masih menempati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, penyakit itu membunuh setidaknya 5.000 orang setiap hari. Dampak sosial dan ekonominya sangat berat, termasuk kemiskinan, stigma, dan diskriminasi bagi penderita dan keluarganya.
Tahun 1971, Kompas memberitakan, sekitar 60 juta penduduk Indonesia terjangkit kuman TBC, 4,32 juta di antaranya menderita TBC paru. Berdasarkan data WHO Global Tuberculosis Report 2018, Indonesia menempati posisi ketiga negara dengan beban TBC tertinggi di dunia setelah India dan China.
Laporan WHO 2017 menyebutkan, diperkirakan ada 1.020.000 kasus di Indonesia, tetapi baru terlaporkan ke Kementerian Kesehatan 420.000 kasus.
Menurut Kementerian Kesehatan, tren insiden kasus TBC di Indonesia belum menurun, masih banyak kasus belum terjangkau dan terdeteksi. Kalaupun terdeteksi dan diobati, belum dilaporkan. Sejumlah kasus bahkan berkembang menjadi multidrug-resistant tuberculosis, yakni TBC yang resisten terhadap dua obat antituberkulosis yang paling kuat, isoniazid dan rifampisin. Hal ini akibat ketidakpatuhan penderita dalam berobat.
Saat ini TBC menjadi prioritas di dunia. Eliminasinya menjadi salah satu tujuan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dunia ingin mencapai eliminasi TBC pada 2030, yakni tercapainya jumlah kasus TBC 1 per 1.000.000 penduduk. Tahun ini, WHO bersama Stop TB Partnership dan the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, meluncurkan inisiatif Find. Treat. All.
Di Indonesia, inisiatif ini diterjemahkan sebagai TOSS TBC (Temukan Obati Sampai Sembuh). Tujuan gerakan ini adalah menemukan pasien sebanyak mungkin dan mengobati sampai sembuh sehingga rantai penularan di masyarakat bisa dihentikan.
Target penanggulangan TBC Indonesia adalah eliminasi pada 2035 dan Indonesia Bebas TBC Tahun 2050. (ATK)