Menjelang Lebaran, dulu, stasiun kereta api senantiasa menjadi obyek liputan yang menarik, baik bagi wartawan foto maupun kamerawan televisi. Maklum, di stasiun bisa terlihat calon penumpang kereta yang berebut dan berdesak-desakan masuk kereta, penumpang yang berjejal mulai dari lantai, bordes, hingga toilet kereta, hingga calon penumpang yang memadati stasiun sejak dini hari untuk mendapatkan tiket.
Untuk kereta komuter Jabodetabek, kondisinya sama saja. Pedagang, pengamen, dan pengemis hilir mudik di dalam kereta. Bahkan, penumpang ilegal sudah biasa berjejal di atap kereta. Penumpang yang jatuh dari atap kereta sudah lumrah terjadi seperti kasus yang diberitakan Kompas 24 Oktober 1972.
Berbagai upaya untuk mengatasi penumpang ilegal sudah kerap dilakukan, mulai dari razia tiket penumpang, menyemprot cat penumpang di atas atap, hingga memasang hamparan paku di atap kereta.
Semuanya tidak membuahkan hasil. Penumpang kereta komuter tanpa tiket jumlahnya sekitar 30 persen dari total 500.000 penumpang (Kompas, Selasa 12 Februari 2008) Ini ditambah lagi dengan fasilitas kereta yang sangat minim. Kereta kelas ekonomi jarak jauh sering disindir ”kereta ulang tahun” karena saat malam tidak dilengkapi lampu sehingga penumpang harus menyalakan lilin. Bahkan, dari 415 kali perjalanan KA di Jabodetabek, hanya 20 persen yang dilengkapi penyejuk ruangan (Kompas, 12/2/2008).
Kini kondisi kereta api sudah jauh berubah. Dalam 10 tahun terakhir, kereta api semakin diminati masyarakat karena pelayanannya dinilai memuaskan. Semua kereta api kelas ekonomi, misalnya, dilengkapi penyejuk ruangan.
Bahkan, kini, selain kereta eksekutif, juga tersedia kereta priority yang sangat nyaman serta kereta kelas luxury, sleeper train yang sangat mewah.
Tidak heran dengan pelayanan yang prima, jumlah penumpang kereta api terus meningkat. Jika pada 2007 terangkut 168 juta penumpang, pada 2016 melonjak jadi 351 juta penumpang, kemudian 392 juta penumpang (2017) dan tahun 2018 ini ditargetkan melayani 400 juta penumpang, dengan target laba Rp 1,7 triliun. (THY)