Pesawat supersonik Concorde merupakan hasil kolaborasi teknologi dirgantara Inggris dan Perancis. Pesawat penumpang dengan kemampuan dua kali kecepatan suara itu dioperasikan pertama kali pada Januari 1976.
Keberadaan pesawat supersonik dengan kecepatan 2.179 kilometer per jam itu memukau dunia karena bisa memotong waktu penerbangan trans-Atlantik.
Penerbangan dari London, Inggris, ke New York, Amerika Serikat, yang biasa ditempuh selama 8-10 jam dengan pesawat komersial biasa, diringkas menjadi kurang dari 3,5 jam dengan pesawat Concorde.
Tak mengherankan jika kedatangan Concorde ke Indonesia pada November 1976 itu menarik perhatian masyarakat yang ingin mengetahui bentuk pesawat supercepat yang ramping itu.
Panjang pesawat Concorde sekitar 62 meter dengan lebar 26 meter dan bisa diisi sekitar 100 penumpang. Bandingkan dengan pesawat Boeing saat itu yang bisa mengangkut penumpang hampir dua kali lipat.
Selama rentang waktu hampir tiga dekade, ada 20 pesawat Concorde yang berhasil dibuat, tetapi hanya 14 pesawat yang digunakan untuk penerbangan komersial oleh maskapai British Airways dan Air France. Enam sisanya yang berupa prototipe dan produksi off the line dipajang di museum.
Namun, kejayaan Concorde harus berakhir pada Oktober 2003. Tarif yang mahal membuat jumlah penumpang terus menurun dan tak mampu menutup ongkos produksi. Untuk terbang dengan Concorde, seseorang harus membayar sekitar 10.000 dollar AS untuk sekali terbang.
Jika pergi-pulang bisa mencapai sedikitnya 20.000 dollar AS. Sementara tarif pesawat reguler untuk London-New York saat itu sekitar 3.000 dollar AS untuk pergi-pulang.
Faktor lainnya, kecelakaan pesawat Concorde Air France 4590 tujuan Paris-New York pada 25 Juli 2000 yang menewaskan 109 penumpang dan 4 orang di darat.
Pesawat itu baru mengudara sekitar 2 menit dan kemudian menabrak sebuah hotel di Gonesse, Perancis. Serangan teroris 11 September 2001 juga membuat jumlah penumpang pesawat dari dan ke New York turun drastis. (MYR)